"Maaf ya, Bie! Tiba-tiba aku ____kedatangan tamu bulanan," ujar Hanum cengar-cengir.
"Terus? Nggak dilanjut lagi?" seketika wajah Ken berubah kecewa.
"Maaf, Bie. Ini memang sudah jadwalnya. Ini juga bukan keinginan ku!"
Ken mengusap wajahnya kasar. Padahal tadi dia sudah bersemangat siap tempur. Apalagi sudah diisi amunisi, tapi setelah mendengar ucapan Hanum kalau sang istri tengah menstruasi, semangatnya langsung redup.
Ah, senam jari lagi deh!
"Huft!" Ken mengambil nafas panjang, lalu membuangnya kasar.
Ia pikir setelah makan, dia dan Hanum akan melanjutkan kegiatan tadi yang sempat tertunda, namun ternyata aksinya harus berhenti karena Hanum tiba-tiba kedatangan tamu bulanannya.
"Maaf ya, Bie!" ucap Hanum merasa bersalah.
"Iya, nggak apa-apa." Ken melirik ke arah nakas, dia melihat sebuah kotak terikat rapi dengan kertas kado, lalu ada pita cantik berwarna merah di atasnya.
"Kado dari siapa ini?" tanya Ken baru menyadari ada kado tersebut di atas meja.
"Nggak tau, Bie. Aku malah baru lihat!" jawab Hanum yang memang tidak tahu pasal kado tersebut, "Dari siapa sih?"
"Nggak ada nama pengirimnya. Tapi disini tertulis untuk kamu!"
Hanum mengernyit heran, lalu menghampiri Ken, dan duduk di sampingnya.
"Iya juga, Bie. Ini buat aku. Tapi dari siapa ya?"
"Aneh!" Ken juga merasa aneh dengan kado tersebut.
"Buka saja, Bie!" merelakan kadonya untuk dibuka sang suami.
"Nggak ah. Kadonya kan buat kamu, kamu saja yang buka!" ucap Ken sembari menyerahkan kado tersebut pada sang istri.
"Oke, aku buka ya, Bie!" Hanum mulai membuka kertas kado tersebut, dan dengan mudahnya ia berhasil membuka.
"Wow, liontin, Bie. Indah sekali!" puji Hanum terlihat begitu senang.
"Cie, Cie, yang punya penggemar rahasia?" ledek Ken merasa heran. Hanum diberi liontin seperti itu saja senangnya bukan main.
"Ih, apaan sih, Bie. Ini baru pertama kalinya aku dapat kado loh, Bie, ya aku seneng lah!"
"Memang kamu nggak pernah dapat kado? Kado dari pacar kamu!"
"Hihihi, nggak pernah, Bie. Maklum Edo juga bukan dari kalangan berpunya!" Hanum terkikik geli.
"Huh, sayang sekali. Pacaran kok sama cowok kere!"
Hanum merotasi kan bola matanya malas. Gadis cantik itu masih menikmati memakai liontin cantik itu. Sayangnya itu tidak berlangsung lama, tiba-tiba Ken langsung menyerobot, dan menyimpan liontin tersebut disaku jasnya.
"Nanti aku akan membelikan untuk kamu! Aku nggak mau kamu memakai pemberian orang lain. Apalagi orangnya nggak jelas. Nggak gentle. Aku bisa membelikan yang lebih mahal dari yang ini!" tandas Ken.
Hanum hanya menggigit bibirnya rapat-rapat, tak sanggup membantah kata-kata suaminya. Ia sadar bahwa ada benarnya di balik peringatan tersebut, pengirim benda misterius itu tidak jelas, dan bisa saja berbahaya. Dalam hati, ia merasa kecewa dan kehilangan, namun Hanum tak berani menyampaikan perasaannya. Akhirnya, dengan berat hati, ia memilih untuk tak memikirkan liontin itu lagi dan membiarkan suaminya menyimpannya.
"Ayo ganti baju, aku akan mengajakmu ke suatu tempat!" ajak Ken pada istrinya.
"Mau kemana, Bie?"
"Sudah ikuti saja. Jangan banyak tanya!" sahut Ken sambil matanya kedip-kedip. Hanum merinding melihat Ken kedip-kedip kayak gitu.
"Iya, tunggu 5 menit. Eh, nggak. Sepuluh menit!"
"Iya, baiklah. Cepetan!" titah Ken pada sang istri.
Hanum duduk di sebelah suaminya, sudah siap dalam balutan busana terbaiknya. Sementara itu, suaminya, Ken, tampak begitu fokus mengendalikan mobil. Ekspresi misterius tersungging di wajah Ken, membuat Hanum penasaran.
"Akh, Hubby mau ngajak ke mana sih?" gumam Hanum dalam hati, heran dan penasaran.
Gadis cantik itu mencuri-curi pandang ke arah suaminya, menahan rasa ingin tahu, takut dituduh cerewet jika terlalu banyak bertanya. Meski begitu, perasaan tidak sabar Hanum terus bergelora di dalam hati.
Mobil yang Ken kendarai ternyata berhenti disebuah mall besar. Sekarang Hanum tahu tujuan Ken mengajaknya ke mall.
"Hubby mau beli baju?" tanya Hanum dengan polosnya.
"Hemm!" Ken cuma menjawab pertanyaan Hanum dengan deheman saja.
Pria tinggi itu, dengan wajah tampan dan penuh percaya diri, tanpa ragu langsung menggamit pinggang Hanum, istrinya, memasuki mall mewah tersebut. Hanum hanya bisa tersenyum kecut, pasrah namun tidak melawan.
Ternyata sang suami mengajaknya ke toko perhiasan. Ken langsung menyuruh Hanum untuk memilih perhiasan yang disukainya. Hanum jelas bingung, bukannya dia tidak menghargai niat baik suaminya, tetapi dia tidak pernah mengutarakan keinginan untuk membeli perhiasan, terlebih perhiasan yang tampak begitu mewah di toko itu.
Kenapa kita kesini, Bie?" sambil matanya melirik harga perhiasan yang terpampang.
"Kan aku sudah bilang akan membelikanmu perhiasan. Sekarang pilihlah mana yang kamu suka. Lagian awal kita menikah, aku sama sekali belum membelikanmu perhiasan!" jawab Ken mengulas senyum.
"Tapi harganya mahal-mahal?" bisik Hanum ditelinga suaminya, jelas Ken tersenyum mendengar itu.
Dasar Hanum, disuruh memilih malah memperdebatkan masalah harga. Padahal aku sama sekali tidak keberatan jika memang ia memilih perhiasan yang paling mahal sekalipun. Ken membatin.
"Tidak masalah. Berapapun harganya akan aku bayar!" tandas Ken.
"Tapi, Bie.....!"
"Haduh, kamu ini wanita yang sangat aneh. Biasanya seorang wanita kalau diajak membeli perhiasan, apalagi disuruh memilih, dia akan langsung senang tanpa protes. Nah ini kamu malah protes terus!" ujar suaminya, dan Hanum langsung nyengir.
"Pilih saja yang paling kamu suka. Satu set perhiasan tidak akan membuatku miskin, Hanum Salsabiela!"
"Hehehe, iya, iya. Ini juga sedang memilih!" ujar Hanum sambil memperhatikan perhiasan-perhiasan itu.
Pilihan Hanum jatuh pada kalung dengan liontin batu zamrud di tengahnya. Terlihat anggun dan elegan, sangat pas dipakai di leher jenjang Hanum yang putih dan mulus. Ken menyukai pilihan istrinya, ternyata pilihan sang istri bagus juga.
"Aku mau satu set seperti ini!" ujar Ken pada pelayan toko.
Manik Hanum membelalak lebar, "Bie, kenapa harus satu set? Untuk siapa?"
"Untuk kamu lah!"
"Tapi untukku kalung saja cukup, Bie. Nggak perlu satu set perhiasan. Pasti harganya mahal banget!" itu yang Hanum cemaskan. Satu kalung saja harganya mencapai jutaan, apalagi ditambah satu setnya.
"Tidak masalah. Anggap saja itu hadiah dari ku untuk pernikahan kita!" ujarnya sambil tersenyum, dan setelah itu Hanum tidak berani untuk bertanya lagi. Ken sudah menggenggam tangannya menuju toko baju.
"Mau beli apa lagi?" tanya Hanum.
"Pilihlah baju yang kamu suka. Kamu butuh baju bagus untuk kuliah, untuk menemani ku di kantor, dan yang paling penting menemani ku bobo!" kekeh Ken dengan wajah mesumnya.
"Baju apaan untuk menemanimu bobo, Bie. Paling piyama dan daster!"
"Tuh bagus!" Ken menunjuk baju malam warna-warni yang dipakai boneka manekin.
Mata Hanum melotot melihat baju kurang bahan dipakai boneka manekin. Untung itu hanya boneka, kalau manusia beneran, apa nggak melambai-lambai tuh hutan belantaranya yang di bawah sana. Orang bentuknya mirip saringan teh punya Bi Nur di rumah, tipis dan lebarnya cuma satu jari manusia. Hanum cuma bisa menggigit jarinya sambil geleng-geleng kepala.
Bersambung ....
Kira-kira visual untuk Om Ken dan Hanum bagusnya pake orang bule atau Oppa Korea ya????🤔🤔
Minta pendapatnya ya!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Bundanya Aulia
pengen diratukn seperti itu😞😞😞
2025-01-04
0
Rosliza Maznah
bagus bangat
2024-09-10
0
Fifid Dwi Ariyani
teussabar
2024-07-29
0