"Aku akan melakukannya pelan-pelan!" jawab Ken tersenyum lebar.
Hanum menutup matanya erat-erat saat merasakan sentuhan Kenzo. Ken seolah-olah tak ingin melepaskan dirinya, ia perlahan menurunkan ciumannya ke leher jenjang Hanum yang putih bersih dan wangi. Jejak merah pun mulai terbentuk di permukaan kulit halus tersebut. Hanum berusaha menahan rasa nikmat yang melanda hatinya, matanya berair dan ia menutup mulutnya rapat-rapat. Ia tak ingin keluarkan suara desahan saat Ken terus menggigit dan menghisapnya dengan penuh nafsu.
"Mendesah saja tidak apa-apa. Kamar ini kedap suara. Tidak akan ada yang mendengar!"
"Mmmmpppphhhhh!" Hanum mendesah kecil. Ia merasa malu, geli, takut dan aneh pada sekujur tubuhnya, karena memang itu adalah pertama kalinya dia bersentuhan langsung dengan seorang pria.
Entah mengapa, desahan kecil tak terduga terlontar dari bibir Hanum. Selama berpacaran dengan Edo, ia tidak pernah berani melakukan kontak fisik secara intens, apalagi seintim seperti saat itu bersama Ken.
Namun, dengan berat hati, Hanum mencoba pasrah akan situasi yang tengah dihadapi.
Melihat reaksi Hanum, Ken pun semakin termotivasi. Dengan gerakan cepat, ia melepaskan kemeja yang dikenakannya dan membuangnya asal. Tangannya kemudian mulai membuka gaun yang dikenakan Hanum. Hanum merasakan merinding, ketika gaun itu akhirnya terlepas dari tubuhnya, apalagi saat merasakan tangan Ken mengelus-elus tubuhnya yang rentan. Hanum tak bisa menahan ketegangan yang melanda dirinya.
Ketika Ken hampir melepas bra dan celana dalam Hanum, tiba-tiba suara ketukan pintu dari luar menyadarkan mereka. Ken langsung mengeluh frustrasi, segera mengenakan kemejanya dengan gerakan yang tergesa-gesa. Hanum pun ikut panik, segera meraih gaunnya dan mengenakannya dengan penuh kegugupan.
Di dalam hati mereka, detak jantung mereka bergemuruh bak ombak samudra. Emosi mereka teraduk-aduk, antara nafsu yang belum terpuaskan dan rasa ketakutan yang melumpuhkan pikiran. Mereka berusaha melupakan apa yang baru saja mereka lakukan, namun bayangan peristiwa itu terus menghantui benak mereka.
Mereka berdiri di tepi tempat tidur, meresapi apa yang sedang terjadi, tak mampu membendung perasaan canggung dan malu. Masing-masing berusaha menyimpan rahasia itu dalam-dalam, berharap tak ada yang mengetahui apa yang baru saja mereka coba jalani. Hingga akhirnya Ken pun mengumpat seseorang yang sudah menganggu ritualnya dengan sang istri.
Ahhhh, sial! Siapa sih? Menganggu saja! Tarzan dah otw bergelantungan! Ada saja yang menganggu! Gerutu Ken, Hanum tersenyum geli.
Setelah membuka pintu ternyata Bi Nur yang datang untuk mengantarkan makanan. Ken pun menerima tanpa menyuruh Bi Nur masuk ke dalam, lalu ia meletakkan makanan tersebut di meja yang ada di kamarnya.
"Ayo makan dulu, Sayang! Ini Bi Nur membawakan bubur untukmu!" ucap Ken meletakkan nampan berisi makanan dan minuman di meja.
"Terimakasih, Bie!" Hanum menerimanya dengan senang hati, lalu ia mengambil sendok segera melahap bubur tersebut.
Ken memperhatikan Hanum dari sudut pandangnya, pikirannya terhanyut dalam belitan fantasi romantis yang menggebu-gebu. Sebelum menikah, Ken dikenal sebagai pria petualang asmara yang senang menjelajahi berbagai pesona perempuan. Ketenaran melingkari sosoknya, namun hatinya selalu merasa kosong dan haus akan cinta serta kasih sayang yang tulus dan abadi.
Dalam mengejar petualangan cintanya, Ken selalu berhati-hati, mengedepankan perlindungan diri demi menghindari risiko yang tidak diinginkan. Akan tetapi, pertemuan dengan Hanum telah mengubah segalanya. Seolah tersihir, keinginan Ken untuk berganti-ganti pasangan sirna seiring berlalunya waktu. Kini, gairah yang pernah membara dalam hatinya kian meredup, seakan terkikis oleh arus perasaan yang mulai luruh demi satu hati, satu cinta.
Hanum telah membawa perubahan pada Ken, memaknai hidupnya dengan cinta yang sejati dan tak tergantikan. Seiring berjalannya waktu, sebuah harapan perlahan mulai tumbuh di dalam hati Ken, bahwa ia mungkin bisa menemukan cinta yang sesungguhnya dan melupakan kegelisahan di masa lalunya.
"Enak?" tanya Ken melihat Hanum begitu lahap menikmati makanannya. Tangannya terulur, mengelap bubur yang menempel di sudut bibir sang istri
"Enak, Bie. Bi Nur memang sangat pandai memasak!" puji Hanum pada Bi Nur yang sudah memasak makanannya. Ken senang melihat Hanum lahap memakan makanannya. Ia pun tersenyum, melihat sang istri tidak malu-malu lagi.
"Bie, aku boleh bertanya tidak?" tanya Gadis itu mengulum senyum manis. Senyumnya itu mengingatkan dirinya dengan wanita masa lalu. Wanita yang pernah sangat ia cintai dengan segenap jiwa.
Ken langsung mengernyitkan alisnya, "Mau bertanya apa? Tanya saja, memang aku melarang mu bertanya!"
Hanum tertawa cekikikan.
"Emmm, apakah Hubby pernah jatuh cinta?" tanya Hanum tiba-tiba.
Uhuk ... Uhuk ... Uhuk
Pertanyaan Hanum membuat Ken terkejut sampai terbatuk-batuk.
"Bie, pelan-pelan saja makannya! Lagipula aku tidak akan merebut makananmu karena aku sudah kenyang!" celetuk gadis itu membuat Ken langsung memutar bola matanya malas. Hanum menyodorkan gelas yang berisi air mineral untuk suaminya, Ken langsung meminumnya.
Aku terbatuk-batuk karena mendengar pertanyaanmu Hanum! Kenapa dia tiba-tiba bertanya soal percintaanku? batin Ken dalam hati.
"Bie, jawab!" Ken pikir Hanum lupa akan pertanyaannya, ternyata tidak. Gadis itu kembali bertanya.
"Apa yang harus kujawab?"
"Ya itu tadi pertanyaanku. Hubby pernah jatuh cinta tidak?"
"Pernah." Balas Ken.
"Wah, ternyata Hubby pernah jatuh cinta. Lalu, kenapa sampai sekarang Hubby belum pernah menikah?" tanya Hanum dengan konyolnya.
"Dia jatuh cinta pada pria lain." Sahut Ken.
"Oh, jadi cinta Hubby bertepuk sebelah tangan?" Hanum malah tertawa renyah seperti sedang mengejek.
"Jangan tertawa! Tidak lucu!" muka Ken sudah ditekuk mirip koran bekas.
"Siapa wanita yang tidak beruntung itu? Padahal Hubby kan ganteng, keren, cool, macho dan paling penting kaya! Hehehehe!" kekeh gadis kecil itu menekan kata 'Kaya'.
Ken menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Krikk ... Krikk .... Krikk
Wanita yang tidak beruntung itu ibumu, Hanum! Tapi aku beruntung karena mendapatkan kamu! Masih muda, cantik, dan kinyis-kinyis! Eh ....
Dan bapak kamu yang lebih dulu mendapatkan cinta ibumu? Aku sakit hati, Hanum. Hingga saat itu aku memutuskan untuk pergi, dan melanjutkan kuliah ke luar negeri.
Ah, sayangnya, ucapan itu hanya Ken simpan dalam hati. Biarlah dia simpan nama Miranti dalam hatinya, hanya ia dan Arman yang tahu tentang kisah cintanya saat itu.
Wkwkwkwk....
Bersambung .....
Heyyyy, semuanya!!!! Apa kabar???? Ini dobel update ya!!!!
Mana semangatnya nih??? Ayo dong kasih vote untuk karya ini biar melambung tinggi!!! Setinggi bintang di langit. Yea Yea ....
Kasih bunga boleh, bantu promosi di IG atau FB kalian????? Boleh banget.......🤭🤭
Tetap klik like, vote, rate bintang 5, nanti aku Carikan visualnya.... Terimakasih banyak.....
Muuuuuuuuaaaaaaaccccchhhhhh ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Bundanya Aulia
pending lagi,,,😊
2025-01-04
0
Rosliza Maznah
harus
2024-09-10
0
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2024-07-29
1