"Hey, Bro, tumben datang kesini?" tanya Ken terkejut mendapati temannya datang secara tiba-tiba ke kantor.
"Iya, gue ada perlu sama, Lo!" jawab pria yang usianya tidak jauh dari Ken.
"Ada apa, Dave?" tanya Ken sembari mengernyitkan dahinya.
"Masalah perusahaan?" ucap pria bernama Dave tersebut.
"Ada apa? Semua baik kan?"
"Semua baik, cuman....! Kapan pegang perusahaan Lo sendiri? Bagaimanapun perusahaan butuh pemimpinnya! Gue juga sibuk dengan perusahaan gue sendiri, Bro!"
"Iya, Iya. Lo tenang aja, Bro. Gue pasti bakal pegang kok. Lagian sebentar lagi gue juga serahin perusahaan Alvaro pada kakak-kakak gue kok!"
"Ken, Lo masih mempertahankan perusahaan Alvaro? Untuk apa? Lagipula perusahaan itu sekarang hanya memiliki saham 45 persen. Buat apa Lo bertahan sampai segitunya!"
"Gue akan ninggalin Alvaro kalau nyokap tiri gue sendiri yang nyuruh gue ninggalin. Jika nggak, gue akan tetep disini."
Pria bernama Dave terkekeh kecil, "Jadi rumor itu memang benar perusahaan Alvaro hanya memiliki 45 persen saham disini?"
"Ya itu memang benar. Itu sudah berlaku sejak papaku masih hidup. Majority Stockholder dipegang oleh uncle Err. Hanya saja beliau menyerahkan urusan perusahaan sama gue!"
"Lah kalau Lo cabut dari perusahaan ini, nanti apa kabar dengan perusahaan Alvaro? Memang nyokap dan kakak tiri Lo bisa pegang perusahaan?"
Ken terkekeh geli, "Entahlah, gue serahkan saja nanti sama uncle Err!"
Uncle Err adalah adik dari Papa Kenzo. Memang, perusahaan itu merupakan milik bersama, tetapi karena suatu alasan, Papa Ken terpaksa menjual sebagian sahamnya kepada Uncle Err. Kini, saham milik Uncle Err merupakan yang terbesar di antara pemilik lainnya. Uncle Err sendiri tak bisa menutupi kekagumannya terhadap kemampuan Kenzo dalam mengelola perusahaan tersebut. Berkat tangan dingin Kenzo, perusahaan Alvaro berkembang pesat dan berhasil menancapkan kukunya di dunia bisnis. Tak heran jika perusahaan tersebut kini menjadi salah satu raksasa bisnis yang ada di Indonesia.
BRAKK ....
Sedang asyik mengobrol, tiba-tiba pintu terdorong dengan kencang dari luar. Tak disangka, Hanum yang mendorong pintu masuk ke ruangan itu dengan wajah memerah dan rambut acak-acakan. Matanya membulat melihat suaminya, Ken, bersama Dave yang sedang duduk bercanda di ruang tamu.
"Eh, apa yang terjadi, kenapa wajahmu begitu?" tanya Ken, terkejut melihat istrinya itu sudah berdiri di ambang pintu dengan nafas ngos-ngosan sambil menatap judes, lalu sedetik kemudian wajahnya kembali ke setelan semula. Ramah dan penuh senyum.
Dave yang kaget, segera mengatur posisinya di kursi, raut wajahnya berubah serius seolah mengekang kikuk yang mendalam.
"Ma-af, aku kira tadi nggak ada tamu!" ucap Hanum menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Siapa, Ken? Cantik sekali!" ucap Dave melirik ke arah Kenzo dengan tatapan menyelidik.
"Dia istriku, Dave. Ah, tunggu sebentar!"
Ken berjalan ke arah Hanum yang masih berdiri di ambang pintu.
"Kok sudah pulang?" tanya Ken sambil mengernyit heran.
"Bie, ini sudah jam 12. Katanya mau jemput aku? Aku nunggu Hubby sudah satu jam lebih loh! Tapi Hubby tidak datang-datang. Kan tadi pagi aku sudah bilang kalau aku hanya ada dua jam mata kuliah. Ya akhirnya aku terpaksa kesini!" cerocos Hanum dengan nada galak.
"Hehe, aku lupa." Kekeh Ken setelah itu. Gara-gara asyik mengobrol dengan Dave, ia jadi melupakan janjinya menjemput sang istri.
"Ya sudah kamu duduk dulu ya!" ucap Ken mengelus rambut istrinya dengan sayang. Perbuatan Ken tak luput dari tatapan menyelidik sahabatnya.
"Oya, Hanum, kenalin, ini temenku. Namanya Dave. Dan Dave, kenalin juga, dia, Hanum. Istriku!" Ken memperkenalkan mereka.
"Hey, Hanum. Aku, Dave!" Dave mengulurkan tangannya, menyalami tangan Hanum. Hanum pun membalasnya sembari tersenyum manis.
"Hey, Om!" sapa Hanum menerima uluran tangan Dave, namun secepat kilat Ken langsung melepaskan tautan mereka. Nggak rela rasanya membiarkan Dave berlama-lama menggenggam tangan istrinya.
Dave langsung mencebik kesal. Ia tahu maksud Ken langsung menyambar tangannya dari tautan tangan Hanum. Pria itu pasti tidak rela, miliknya disentuh oleh dirinya.
"Aku mau mengobrol dengan temanku dulu, kamu disini dulu nggak apa-apa kan?" ucap Ken terdengar sangat manis sekali.
"Iya, nggak apa-apa." Jawab Hanum mengulum senyum manis.
Hanum menurut, dia duduk di kursi kebesaran suaminya sambil memainkan ponsel baru yang dibelikan sang suami. Sementara Ken duduk di sofa, melanjutkan mengobrol dengan Dave.
"Jadi dia wanita yang Lo ceritain?" bisik Dave, "Busyet, masih muda banget!"
"Iya, dia wanita yang gue ceritain." Jawab Ken dengan berbisik juga.
"Nggak nyangka. Eh, Lo seriusan ama dia?"
"Serius lah. Kan dari kemarin-kemarin gue udah cerita sama Lo!"
"Ya abisnya Lo nggak jelasin kalau istri Lo masih muda banget!" bisik Dave lagi.
"Hehehe, Lo pasti bakal terkejut kalau mendengar ini!" kekeh Kenzo.
"Apa?"
"Dia itu anak dari sahabat gue, dan parahnya dia putri dari cewek yang gue taksir saat SMA!" gelak Ken.
"Maksudnya gimana sih?" Dave bingung.
"Ih, Lo telmi banget sih!" sewot Ken, "Bapaknya itu sahabat gue sejak kecil. Dan emaknya itu cewek yang gue taksir saat SMA. Mereka menikah dan lahirlah gadis cantik nan rupawan bernama Hanum. Yang sekarang jadi istri gue! Hahaha!"
"Hebat Lo , Ken. Dapat yang masih kinyis-kinyis gitu. Gue aja belum nikah!"
"Derita Lo jadi perjaka tua, tapi sayang onderdilnya sudah nggak perjaka!" gelak Kenzo membuat Hanum menoleh ke arah suaminya. Sementara Dave langsung mengumpat pada Ken dengan sumpah serapah.
Dave memang mengumpat, tapi hanya sebatas mengumpat saja. Tidak ada amarah serius dalam umpatan itu. Seperti itulah kalau mereka sudah bertemu.
"Kayak Lo masih perjaka saja!" balas Dave kesal.
"Hahahaha!" mereka pun tertawa bersama.
Tak ada obrolan menarik selain membicarakan masalah orang dewasa ataupun obrolan tentang wanita-wanita cantik kalau dua sahabat itu sudah saling bertemu. Mereka sudah seperti orang gila jika membahas hasratnya masing-masing.
"SHITT!" umpat Dave tiba-tiba.
"Ada apa? Bikin kaget saja!"
"Milikku berdiri, Ken!"
"Hahahaha. Dasar Sarap! Bicara wanita seksi itumu langsung berdiri!" Ken tertawa melihat raut muka Dave menahan sesuatu.
"Sudah lama tak tersalurkan, Ken!"
"Sudah sana carilah wanita di klub. Cari yang steril, jangan asal nyolok! Kau seperti listrik kekurangan daya saja!"
"Ah, sialan kau, Ken!"
Kenzo tertawa lepas.
"Kau tidak ikut?"
"Sorry ya. Gue sudah ada lubang yang lebih steril. Nggak perlu jajan diluar lagi! Hahahaha!"
Padahal Ken sama sekali belum merasakan lubang itu, otak mesumnya sedang berandai-andai.
"Ah, Kampret Lo, Ken!"
Bersambung ......
Hari Senen, kasih vote buat Om Ken dong.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Rosliza Maznah
semanggat
2024-09-10
0
Fifid Dwi Ariyani
trussemangat
2024-07-29
0
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
2 sahabat kok kocak semua😁
2024-06-17
3