"Brengsek Kau! Beraninya kau menyentuh istriku!" murka Ken menghajar Rangga dengan membabi buta.
Ken datang tepat waktu, perasaannya memang sudah tidak enak memikirkan soal Hanum yang sedang sakit. Setelah urusan di kantor selesai, ia buru-buru pulang ke rumah. Dan benar saja, sampai di depan kamar, jantungnya semakin berdegup kencang, padahal dia tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Aneh rasanya.
Saat membuka pintu kamar dengan hati-hati, Ken menyaksikan Rangga sedang berusaha melecehkan Hanum yang terpojok. Begitu melihat adegan yang membuat darahnya bergolak, perasaan marah, jengkel, dan murka langsung mendera dirinya. Wanita yang ada di Hadapannya adalah istrinya, tentu saja Ken tidak akan membiarkan perbuatan yang terlampau tersebut terjadi.
Dalam sekejap, Ken merasa seolah api kemarahan menjalari sekujur tubuhnya, membuatnya tak lagi mampu menahan amarah.
Ken kalap, dia menyerang Rangga dengan membabi buta. Menghajar pria itu hingga babak belur.
"Bangsat, kau!" geram Ken, tangannya mengepalkan seraya terus memukuli wajah Rangga tanpa henti, tak memberi kesempatan bagi pria itu untuk menjelaskan. Di sudut ruangan, Hanum terisak-isak, ketakutan.
Hanum memeluk lututnya, sembari memegangi dress-nya yang terbuka kancingnya karena ulah pria itu. Hatinya terasa sakit karena hampir saja dilecehkan oleh ipar sang suami.
"Siapa yang teriak-teriak?" Mama Ambar baru saja pulang dari luar, dan terkejut mendengar teriakan histeris dari lantai atas.
Perasaan penasaran menyelimuti hati wanita paruh baya itu, membuatnya berlari secepat kilat menuju sumber keributan itu.
Sementara itu, Sofia juga baru pulang, dia melihat mamanya berjalan cepat ke lantai dua dengan rasa khawatir yang terpancar di wajahnya. Karena bingung dan penasaran, wanita itu pun langsung menyusul sang mama, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi di lantai atas. Ketika mereka sampai, mereka melihat pemandangan yang mengejutkan dan membuat mereka syok setengah mati. Membuat denyut jantung mereka berpacu tak karuan.
Wajah Rangga babak belur dengan keadaan yang memprihatinkan.
"Ken, apa yang kau lakukan?" bentak Mama Ambar, matanya membelalak lebar.
"Massssss!" Sofia yang melihat suaminya sudah terkapar, ia berlari menghampiri pria itu.
"Apa kau sudah gila?" teriak Sofia menatap nyalang ke arah Ken.
"Sebenarnya apa yang terjadi sehingga kau memukuli suamiku seperti ini? Hah! Apa salah suamiku, hah!" teriak Sofia dengan amarah yang menggebu-gebu.
"Kau tanya sendiri pada suami brengsekmu itu apa yang ia lakukan pada Hanum!" Ken tidak kalah marah.
Sofia menatap Rangga dengan tatapan tajam, "Katakan Mas?"
"Di-a yang merayu mas duluan, Sayang! Dia yang mengajak mas masuk ke kamarnya!"
"Bohong!" seru Hanum sambil terisak, gadis yang sedari tadi diam, kini terlihat memiliki kekuatan untuk menjelaskan.
"Bie, tolong percaya padaku. Aku bukan wanita serendah itu yang harus merayu seorang pria mengajak masuk ke kamar kita!" ujarnya dengan mata berlinang, "Dia yang datang ke sini, dan mencoba melecehkan ku saat aku sedang tidur. Aku mohon, percayalah padaku!" serunya penuh harapan.
"Iya, Istriku Sayang. Aku percaya!" sahut Ken dengan tegas, membela Hanum.
Wajahnya kemudian berubah, tatapannya begitu tajam saat menatap Rangga, "Kau memang pria keji, beraninya kau mencoba melecehkan istriku!" geram Ken menggertakkan giginya.
Saat Ken hendak kembali menyerang Rangga, Ambar berteriak, mencegah Ken meluapkan amarahnya pada menantunya. Wanita paruh baya itu berjalan ke arah Ken, dan tiba-tiba menampar Ken di depan semua mata yang menatap. Ken terkejut, begitu juga dengan Hanum yang menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Mama percaya pada Rangga dibandingkan dengan ucapan istrimu. Mana mungkin Rangga berbuat serendah itu. Dia itu laki-laki terhormat. Dari keluarga baik-baik. Mama mengenal keluarganya dengan baik. Sementara istrimu!" Ambar menatap Hanum dengan tatapan mengejek.
"Asal-usulnya tidak jelas. Bahkan status sosialnya pun tak jelas, apa mungkin wanita seperti itu disebut wanita baik-baik." Sambung Mama Ambar lagi penuh penekanan.
Rangga merasakan sebuah kebahagiaan yang tak terbendung sambil menarik sudut bibirnya ke atas, merasakan bahwa dirinya mendapatkan pembelaan dari mama mertuanya. Di sisi lain, Sofia tampak merasa kesal, menghela nafas dalam-dalam, namun ia juga tampak bingung dan mencoba memahami situasi yang tengah dihadapinya.
"Sebenarnya aku juga tidak terlalu percaya dengan ucapan Mas Rangga!" gumam Sofia dalam hati, sambil sesekali melirik ke arah suaminya itu.
"Mah, lihatlah kondisi Hanum yang berantakan. Jelas-jelas menantu kesayangan mama salah. Kenapa mama membelanya?"
Ambar menyeringai tipis, "Tentu saja mama lebih percaya dengan omongan Rangga. Daripada istrimu itu! Bisa saja kan ini hanya akal-akalan Hanum untuk mengecohmu. Dia berkilah agar tidak disalahkan. Wanita dengan kasta rendahan seperti dia, mungkin sudah biasa memasukkan pria ke kamarnya!"
Ucapan Ambar menusuk hati Hanum, dia bisa merasakan air mata yang mulai menumpuk di pelupuk matanya. Hanum hendak membuka mulut, membalas Ambar dengan sepatah dua patah kata untuk membela dirinya, namun tak sempat ia bersuara, Ken sudah melangkah maju, menyelakan tubuhnya antara Hanum dan Ambar. Dengan pandangan tajam dan teguran halus, Ken berhasil membuat Ambar terdiam sejenak. Hanum merasa berterimakasih dan merasa terlindungi oleh pembelaan suaminya yang melindungi dirinya.
"Mama!" pekik Ken merasa kesal karena mama Ambar sudah merendahkan sang istri.
"Kenapa? Kau tidak terima kalau mama mengatai istrimu itu." Ketus wanita itu, "Kalau kau tidak terima, kau bisa angkat kaki dari rumah ini." Ambar memang sudah keterlaluan.
"Apakah itu yang sebenarnya mama inginkan?" tanya Ken merasa sakit hati atas perkataan mamanya, "Apakah Mama bahagia kalau aku angkat kaki dari sini?"
"Oh, tentu saja. Melihatmu, kebahagiaanku menghilang. Karena wajahmu itu mengingatkan ku pada wanita yang sudah menghancurkan rumah tangga ku. Mengingatkan akan penderitaanku. Kenapa kau tidak pergi saja dari rumah ini? Dari kehidupan ku. Dan dari keluargaku. Bawa saja istrimu bersamamu!" teriaknya.
Kenzo menghela nafasnya panjang, "Baiklah jika memang itu membuat mama bahagia. Aku akan pergi dari rumah ini, membawa Hanum bersamaku!"
"Ya, kau memang lebih baik pergi! Bawa juga istrimu itu!" usir Ambar. Setelah mengatakan itu, buru-buru wanita itu pergi dari sana.
Sofia membantu memapah suaminya keluar dari kamar Ken. Sementara Rangga merutuki perbuatan Ken karena sudah membuatnya babak belur.
"Bie!" gadis itu memeluk suaminya, Ken membalasnya sambil mengulum senyum.
"Ayo ganti bajumu! Kita akan pergi dari sini!" ajak Ken tersenyum lembut.
"Kita mau kemana?"
"Kau ikut saja!"
"Baiklah." Hanum mengiyakan, sembari berjalan ke arah lemari mengambil baju ganti. Setelah itu barulah ia masuk ke kamar mandi untuk mengganti bajunya.
Bersambung ....
Nggak berani update banyak, hujan gede banget disini. Ujan angin dan petir. ...
Nunggu kelanjutannya besok pagi...
Yang ngasih vote, Author ucapkan banyak terimakasih...
Muuuuuuuuaaaaaaaccccchhhhhh ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Puji Rahayu
maaf y thor..bukan br mksd apa2...
cm jug k igt ma pilem india dhadkan.
maklum....penggemar berat india...😊
2024-10-03
0
Rosliza Maznah
terus lg
2024-09-10
0
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
2024-07-29
0