Yi Xing menyelesaikan tehnik kultivasinya. Anak itu belajar amat giat. Tidak kenal waktu. Hari ketiga pertandingan berlangsung. Yi Xing sudah selesai dengan pertandingannya hari ini. Pertempuran kesepuluh. Dia memenangkannya berturut-turut.
Ketika dia membuka matanya, Wei Lin sudah ada di depannya. Menatap amat dekat. Membuat Yi Xing hampir saja terkejut. Seperti biasa, Yi Xing lebih banyak melatih diri di padang rumput dekat hutan akademi. Di sana tenang, cukup membuatnya nyaman. Tidak ada yang mengganggu. Jarang ada murid akademi yang berlatih di sini, kecuali Yi Xing dan Wei Lin. Yi Xing tidak bisa seperti anak lainnya yang doyan keluyuran, main mengelilingi kota Guiyang yang megah. Kota timur yang disebut sebagai kota biru. Karena semua bangunan yang ada di sini di cat demikian.
“Aku telah mempelajari tehnik ketiga kupu-kupu roh.” Wei Lin memberitahu.
Kala itu mereka berjalan bersama, menuju ke ujung bukit, ada tepi jurang di bawahnya. Duduk di sana, menikmati matahari sore sangat asyik rasanya.
“Kau ingin lihat?” Wei Lin lanjut berbicara. Yi Xing mengangguk.
Maka gadis kecil itu langsung memainkan jemarinya yang lentik. Dia sangat indah, mukanya persis tak pudar oleh keburukan. Wei Lin satu-satunya murid akademi yang paling mempesona. Cantiknya belum ada yang mengalahkan.
“Tehnik ketiga, kupu-kupu rembulan.” Dunia segera berubah saat Wei Lin menunjukkan tehnik tersebut.
Yi Xing terseret ke dalam dunia spritual kupu-kupu roh. Malam gelap dengan rembulan perak bersinar terang. Sangat indah. Tehnik ketiga terbentuk. Sayap biru kupu-kupu roh di punggung Wei Lin sekarang bertambah warnanya. Ada merah. Sama seperti milik Yi Xing sebelum-sebelumnya.
Wei Lin terbang, membelakangi bulan. Yi Xing menatap takzim nan takjub. Luar biasa. Tehnik ini sepertinya sangat cantik di tangan Wei Lin. Dia bagaikan seorang dewi.
Wei Lin memainkan jemarinya lagi. Ribuan kupu-kupu merah biru berterbangan. Menuju ke arah Yi Xing, memutari tubuhnya. Badan Yi Xing terasa ringan. Dia dibawa terbang oleh kupu-kupu roh Wei Lin.
“Kau sungguh hebat.”
“Ini berkatmu,” balas Wei Lin. Mereka masih berada di dalam dunia spritual kupu-kupu roh. “Bagaimana jika kita mencoba tehnik penyatuan.”
Yi Xing setuju. Dia menyanggupi tawaran Wei Lin. Yi Xing sekarang berada di tehnik keempat kupu-kupu roh, hanya beda satu tingkat dengan Wei Lin.
Ketika anak itu menyanggupi permintaan tadi, Yi Xing langsung menggerakkan jemarinya. Memanggil tehnik ketiga kupu-kupu roh. Sayap biru dan merah muncul di punggung Yi Xing. Tangan keduanya sudah bersatu.
Penyatuan segera terjadi. Sangat cepat. Cahaya berpendar. Ribuan kupu-kupu mengelilingi keduanya. Dalam sekejap mata, tubuh mereka menjadi satu-kesatuan. Dewi kupu-kupu.
Luar biasa!
“Sangat indah,” kata Wei Lin. Dia takjub memandangi pantulan mereka di depan genangan air dunia spritual.
Penyatuan itu tidak lama. Mereka mengakhirinya. Juga keduanya meninggalkan dunia spiritual roh kupu-kupu, tetapi sayap itu belum lenyap. Mereka terbang, memanfaatkan tehnik ketiga kupu-kupu ini.
“Aku ingin mencoba terbang ke sana!” Wei Lin menunjuk daratan di seberang jurang, perbatasan antara akademi dan daratan lain.
Yi Xing mengangguk. Tentu. Tentu saja dia akan menyetujuinya. Yi Xing menarik tangan Wei Lin, sayap kupu-kupu membawa mereka terbang menuju ke seberang sana.
“Di depan sana, siapa yang lebih dahulu tiba di bukit itu, maka dia pemenangnya.”
“Baiklah, aku terima.” Yi Xing menjawab antusias.
Wei Lin terbang lebih cepat, dia ingin menjadi yang utama. Dia menambahkan kecepatan terbang sayap kupu-kupu. Yi Xing mengejarnya. Dia menyamai rekor kecepatan Wei Lin.
Terbang menggunakan sayap kupu-kupu roh menyisakan gemercik cahaya yang indah. Bagai bubuk berlian yang berhamburan. Keduanya sudah melintasi jurang terjal di bawahnya. Puluhan cahaya kupu-kupu mengikuti mereka dari belakang.
Dalam hitungan detik, mereka telah menapaki kaki di atas bukit bebatuan di seberang daratan. Sama-sama unggul. Tidak ada yang tertinggal atau menjadi yang pertama. Melupakan janji untuk menjadi pemenang tehnik ketiga kupu-kupu roh itu.
“Woah, tempat ini sangat indah.” Mata Wei Lin berbinar. Di depannya ada hamparan padang bunga yang sangat cantik.
“Ayo kita ke sana.” Yi Xing menawarkan. Wei Lin mengangguk setuju.
Yi Xing menggenggam tangan Wei Lin. Mereka menyentuh satu-dua bunga-bunga beragam itu. Sekali Wei Lin menghirup aromanya dalam-dalam. Sangat wangi dan menenangkan.
Yi Xing memerhatikan, mana tahu pikirnya dia bisa menemukan bunga spesial. Tetapi tidak. Dia tidak mendapatkan itu. Kecuali ....
“Hati-hati!” Yi Xing langsung bergerak cepat, menyambar badan Wei Lin sebelum terkena tusukan tombak tajam.
Kecepatannya membawa Wei Lin terlepas dari bahaya mengancam. Tombak itu bergerak liar. Wei Lin dan Yi Xing terjatuh berguling cukup jauh di padang bunga itu.
Detik berikutnya, muncullah sesosok wanita cantik, seumuran mereka. Wanita itu berpakaian sangat indah. Sayapnya. Sayap itu membuat Wei Lin dan Yi Xing terheran takjub. Sayap putih lebar dan besar. Luar biasa.
Sementara itu dia diserang oleh seorang gadis, serupa dengannya. Tidak ada bedanya sama sekali. Sama-sama indah dan cantik. Apakah mereka kembar? Pikir Yi Xing ini sungguh membingungkan.
Yang jauh lebih membingungkan, siapa mereka sebenarnya? Kenapa tiba-tiba muncul? Mereka muncul dari robekan langit. Seperti sebuah portal keluar masuk. Diikuti dengan bulu-bulu sayap mereka yang rontok, berhamburan di udara. Sayap putih bersih bak sayap bulu angsa.
Perempuan pertama diserang berkali-kali. Pedang mereka beradu, berdenting hebat. Yi Xing dan Wei Lin memerhatikan. Pertarungan itu sengit. Menilik battle rangking mereka, keduanya yakin kalau dua anak yang bertempur itu sudah di tahap saint gold. Menuju dewa sejati.
“Tehnik surga, pedang kematian!” Gadis itu menyerang. Kekuatannya besar.
Gadis yang diserang tadi terluka. Tetapi dia bisa menghindari serangan saudaranya. Walhasil, tehnik itu hanya mengenai batu besar di sana. Membuatnya hancur jadi debu.
“Kekuatan mereka sangat besar, mengubah batu keras menjadi debu dalam sekejap mata, aku yakin mereka pasti seorang dewi.” Yi Xing berkata pelan. Wei Lin mengangguk setuju.
“Sepertinya mereka Dewi level saint gold. Lihatlah kekuatan mereka yang dahsyat itu. Padahal usia mereka masih sangat muda.” Wei Lin menambahkan.
Mereka masih memerhatikan. Pedang dan tombak saling beradu. Belum ada yang kalah dari keduanya. Meski kesenjangan kekuatan sudah terlihat jelas.
“Tehnik surga, tombak angin!” Gadis yang memegang tombak membalas serangan.
Pertempuran sengit masih terjadi. Gadis yang memegang pedang bisa menghalau kekuatan angin besar yang berputar itu. Bahkan menebasnya berkali-kali.
Orang gila! Pikir Yi Xing demikian. Kekuatan sebesar itu seharusnya tidak dilawan, melainkan dihindari. Namun Yi Xing dibuat melongos. Sebab dalam tebasan berikutnya, angin beliung itu berhasil dibelah.
Pemilik tehnik juga berhasil kalahkan. Dia terpental. Terdorong mundur karena kekuatan pedang yang dilepaskan lawannya. Tombak emasnya juga terbuang jauh. Tepat di depan mata Yi Xing dan Wei Lin. Tertancap di tanah.
Gadis itu pasti gadis suci. Dia terluka. Mulutnya mengeluarkan darah. Dadanya dipegang. Dia kesakitan. Kulit mulusnya lebam-lebam, lengan kirinya robek, luka besar tercipta. Robekannya sangat dalam, darah mengalir cukup deras. Sedangkan gadis yang memegang pedang itu bersiap ingin membunuh kembaran di depannya. Namun itu belum terjadi. Kala melihat ada dua orang lain di sana, niatnya dihentikan.
“Dua manusia bodoh!” ujarnya. “Kalian cari mati.”
Perempuan itu hendak menghunus Yi Xing dan Wei Lin. Mereka pengganggu. Sayangnya, gadis pemegang tombak emas tidak tinggal diam. Dia takkan melibatkan orang lain dalam pertarungan hebat ini. Kekuatan besarnya menghalau pedang emas itu, sampai terpental jauh.
“Lawanmu bukan mereka!” katanya.
Mereka kembar. Sama-sama cantik. Entah dari mana asalnya, Yi Xing tidak tahu. Dia terpesona melihat kecantikan dua gadis seumuran dengannya itu.
Gadis pedang emas itu mengulum senyum. Senyum remeh. “Yu Chan, kau harus sadar bahwa aku bukanlah tandinganmu!”
“Simpan ucapanmu Yu Lingzhi. Kau tidak akan semudah itu mengalahkan aku!” Yu Chan membantah.
Yu Lingzhi menyeringai lagi. Tangannya terulur, menarik pedang emasnya. Mereka melanjutkan pertarungan. Yu Chan juga menarik tombaknya tadi. Pertarungan kembali terjadi. Gerakan mereka sama-sama cepat. Inilah pertarungan dua kekuatan besar.
“Adik, setelah kau mati, jasadmu akan aku persembahkan untuk raja neraka.” Yu Lingzhi berkata sombong. Mereka saling bersitatap.
Pedang dan tombak beradu di depan muka. Yu Lingzhi menambahkan kekuatannya. Dia memukul dada Yu Chan, kembarannya itu langsung terpental jatuh. Sangat keras. Membuat tanah di sana hancur berantakan. Dengan kecepatan Yu Lingzhi, dia menghunus pedang ke arah Yu Chan. Dia mengincar dadanya.
“Tamatlah riwayatmu, Yu Chan!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Jemmy Mangkey
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
2024-05-16
0