Rupanya perjalanan Daisy cukup panjang, petugas itu mendatangi Daisy lagi dengan membawakan bantal dan selimut, tidak lupa dengan beberapa camilan dan minuman.
"Makan dan tidurlah ... masih 10 jam lagi perjalanan kita." Ujar petugas itu tersenyum dan pergi lagi.
Ini pertama kalinya untuk Daisy naik kereta, rasanya agak menakutkan, karena kereta itu melaju begitu cepat, tapi hal itu tidak Daisy pikirkan lagi, Daisy sedang berpikir apakah dia akan sampai di kediaman saudara ibunya dengan selamat, kenapa ibunya tidak mau mengajaknya pergi, apa Daisy sangat menyusahkan, sehingga ibunya pergi dan tidak kembali lagi.
Daisy pun tertidur begitu saja, karena terlalu lelah berpikir, otak kecilnya rasanya tidak mampu menampung banyak pertanyaan dari dirinya sendiri.
"Nak, bangun ... kita sudah sampai." Petugas tadi membangunkan Daisy.
Petugas itu dengan cekatan melipat selimut dan mengambil semua barang bawaan Daisy, tubuh Daisy sangat mungil hingga sangat mudah digendongnya dengan satu tangan.
Ini pertama kalinya Daisy digendong oleh seorang laki-laki, rasanya menakjubkan, andai saja petugas yang baik itu adalah ayahnya.
"Pak, ... bisa tolong antar saya ke kantor polisi? " tanya Daisy.
"Tidak." jawabnya.
Daisy agak kecewa dengan jawaban petugas itu, jadi Daisy harus meminta bantuan orang lain lagi.
Rasanya sulit memulai pembicaraan dengan orang asing, karena Daisy selalu dihindari di lingkungan tempat tinggalnya.
"Hari ini sudah pukul 11 malam, aku akan membawamu pulang, besok aku libur aku akan mengantarmu ke alamat ini." Ujar petugas itu, sambil tersenyum.
Daisy memandang senyuman itu dengan sangat takjub, bagaimana bisa ada orang sebaik dirinya, tiba-tiba air mata Daisy mengalir begitu saja. Daisy sangat terkejut, rupanya Daisy bisa menangis karena kelembutan seseorang yang tidak Daisy kenal.
"Kenapa menangis?, oh kau pasti rindu ibumu." Petugas itu langsung memeluk Daisy dengan erat untuk menenangkannya.
Namun bukannya Daisy diam, Daisy malah menangis begitu kencang, kini tampak raut panik di wajah petugas itu untuk menenangkan gadis itu.
Orang-orang yang memakai seragam sama dengannya, segera datang menghampiri.
Segudang pertanyaan ditanyakan pada orang - orang yang memakai seragam sama dengannya.
"Apa dia terpisah dari ibunya? " tanya salah satu rekannya.
"Tidak, anak ini baru saja kehilangan ibunya, dan dia di kirim seseorang ke tempat kerabatnya sendirian." Jawab petugas itu sambil menepuk punggung Daisy dengan lembut.
"Oh anak yang malang, kenapa dibiarkan pergi sendiri."
"Dia pasti ketakutan."
Untuk pertama kalinya Daisy mendengar ucapan yang begitu meneduhkan telinganya.
"Sudah, aku akan menemanimu sampai kita menemukan alamat ini, jangan menangis lagi." Ucap petugas itu.
Daisy pun menyandarkan kepalanya di dada petugas itu, dan membaca nama di bet seragam petugas itu.
Rupanya namanya Nagato, Daisy terus mengingatnya.
Karena itu pertama kalinya Daisy menangis di usianya yang kedelapan tahun, Daisy ingat terakhir kali Daisy menangis di usianya yang ke 6 tahun, Ibunya melarang Daisy menangis agar Daisy menjadi anak yang kuat.
Daisy tertidur karena lelah menangis, saat Daisy bangun Daisy sudah berada di kamar yang rapi, dingin dan sejuk, tidak seperti kamarnya yang cukup berantakan, karena Ibunya tidak ada waktu untuk beres-beres rumah.
"Sudah bangun Nak, apa kau ingin sarapan?, aku membuat telur mata sapi." ujar Nagato.
Hatinya sangat bahagia melihat Pak Nagato, dia adalah ayah impian Daisy. Pak Nagato menggendong dan membawa Daisy keluar kamar lalu mendudukkan Daisy di kursi berhadapan meja dan 2 porsi nasi telur mata sapi.
Daisy melihat ke sekeliling kediaman itu, namun tak ditemui orang lain, selain dirinya dan Pak Nagato.
"Aku tinggal sendirian Nak." Rupanya Pak Nagato mengerti apa yang sedang Daisy cari.
Daisy tersenyum senang, jadi Daisy tidak harus menyapa atau beradaptasi dengan orang lain lagi.
"Ayo makan, siapa namamu Nak?" tanya Pak Nagato sambil mulai menyendok makanannya.
"Namaku Daisy Norin." jawab Daisy tersenyum manis.
"Nama yang cantik, sesuai dengan orangnya." ujar Pak Nagato.
Daisy tersipu malu, karena ini adalah hari yang baik, setelah hari yang buruk, ini adalah kehidupan yang tidak pernah terjadi padanya, banyak pujian yang Daisy terima, banyak kata positif yang Daisy dengar.
"Apa kau dekat dengan saudaramu yang di sini?" tanya Nagato.
"Saya tidak kenal." jawab Daisy
Karena Daisy tidak mengenal siapapun dari keluarga ibunya.
Pak Nagato tampak memijat pelipisnya, lalu dia mengusap kepalanya dengan lembut.
"Daisy, aku akan antar kau setelah sarapan, jika mereka mempersulit mu kau harus memberitahu ku." ujar Nagato.
"Tapi aku tidak tahu jalan." jawab Daisy
"Kalau begitu, aku akan mengunjungimu setiap hari untuk melihat keadaanmu Daisy." ujar Nagato.
Tampak terlihat jelas dari sorot mata Nagato, jika dia sangat menghawatirkan gadis kecil itu, itu membuat Daisy merasa hangat.
Setelah sarapan selesai, mereka pun pergi menuju ke alamat tersebut, tidak butuh waktu lama, setelah beberapa kali bertanya mereka pun sampai di kediaman yang sederhana.
Nagato mengetuk pintu, tak lama pun terbukalah pintu itu, muncul seorang pria berantakan dan tercium bau yang sama seperti ibu Daisy saat pulang bekerja.
"Ada apa?" tanya pria berantakan itu.
"Apa ini kediaman Ibu Tini?" tanya Pak Nagato.
"Benar ada apa?" Tanyanya dengan wajah tidak jelas, karena mabuk.
Nagato memberikan surat yang di bawa Daisy, pria itu melihat ke arah Daisy dengan menyelidik setelah membaca surat itu.
"Tini, keluar!" teriak pria itu.
Tak lama keluarlah wanita berusia 35 tahunan, tubuhnya berantakan juga sambil menggendong anak perempuan berusia 4 tahun.
" Siapa ya? " tanya Tini.
Pria tadi memberikan surat yang di bawa oleh Daisy pada Tini.
"Jika kau mau menampung anak ini, keluar dari rumahku!" ujar pria itu masuk.
"Tuan, maafkan saya ... hidup saya sangat susah, dan saya punya anak 3 ini anak yang paling kecil, tolong antarkan anak ini ke panti asuhan saja, saya benar - benar tidak bisa menampungnya, suami saya tidak bekerja dan dia sangat kasar, anak ini tidak akan baik jika bersama kami." Ujar Tini sambil menangis.
"Daisy maafkan Bibi, semoga kau beruntung jika ada yang mengadopsi Daisy, Daisy anak baik, maafkan Bibi, jika nanti Bibi punya rejeki, Bibi akan menengok Daisy. " Ujarnya dengan menangis terisak - Isak, tangan kasarnya membelai pipi Daisy.
Nagato dengan wajah kesal langsung membawa Daisy kembali ke rumahnya, wajahnya tampak kecewa.
Tangan mungil Daisy memegang erat pakaian Nagato, karena Daisy ketakutan.
"Oh, maafkan aku Daisy..." Nagato kembali memberikan senyum ramahnya.
Senyuman itu langsung menenangkan hati Daisy.
"Paman Nagato, apakah Paman akan mengirim Daisy ke panti asuhan? " Tanya Daisy.
Manik abu itu tampak berkaca-kaca, mendengar pertanyaan Daisy.
Kebimbangan dalam hatinya mulai beradu, Nagato adalah seorang bujang tua, mendapatkan istri saja sulit untuknya, apalagi merawat seorang gadis kecil seperti Daisy, namun apakah panti asuhan itu layak untuk anak seimut ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Fitri Angelia
sediih /Scowl/
2024-04-17
0
Cristella Tella
sedih bacanya
2024-02-12
0
Roma Pasaribu
Sukses buat mata aku bengkak, baru 2 BAB yang di baca, bagaimana semua BAB yang ada mataku seperti donat😭
2024-02-12
0