"Aku tidak akan membiarkanmu menjadi target di sini Daisy." ujar Adipati.
"Lepaskan selirku, apa kau ingin dipenggal, berani-beraninya menyentuh wanita putra mahkota." tegas Felix.
Daisy segera mendorong tubuh Adipati, kar takut Adipati akan dipenggal.
"Apa kau sudah gila?, kenapa kau menjadikannya selir mu, aku memintamu untuk mencari dia, bukan kau jadikan wanitamu!" tegas Adipati.
"Adipati, kau tidak bisa bicara seperti itu pada Putra Mahkota." ujar Daisy.
"Dari awal kau hanya minta dicarikan, kenapa memang kalau jadi wanita ku, dia bisa terbebas dari identitas yang buruk sebelumnya." ujar Felix.
"Katakan dengan jelas, kau menjadikan selir itu untuk apa?, jangan jadikan dia koleksi wanita mu!" Adipati sangat kesal dan ingin memukul Felix.
"Daisy, ... apa kau menyesal menjadi wanitaku?" tanya Felix.
"Tidak, saya tidak menyesal, anda memperlakukan saya dengan sangat baik Yang Mulya." jawab Daisy.
"Dengarkan itu Adipati tulen!" Tegas Putra Mahkota.
"Apa kau pikir dengan menjadi wanitamu dia baik-baik saja?" tegas Adipati.
"Aku akan melindunginya, sudahlah kenapa kau ini selalu menentangku!" ujar Felix memegangi kepalanya.
Daisy pun meminta putra mahkota duduk.
"Adipati, jika bukan karena Yang Mulia, aku mungkin sampai sekarang hanya akan menjadi pelacur, apa kau sungguh ingin aku menjadi pelacur selamanya?" Ujar Daisy.
"Ya, mungkin baiknya seperti ini, tapi aku tidak akan akan diam jika ada yang membuatmu menderita, termasuk Putra mahkota." tegas Felix.
"Apa aku terlihat seperti itu di matamu Jenderal?" ujar Felix.
"Kau lihat, kau memberikan tempat yang usang, tidak ada pelayan." ujar Adipati.
"Aku memang mau seperti ini Adi, karena aku tidak ingin mencolok, jika aku terlihat diperhatikan Putra Mahkota, maka kedamaian di kediaman ini akan hilang." ujar Daisy.
"Dengarkan itu Jenderal, kenapa pola pikirnya kalah dengan seorang wanita, hidup itu harus memakai strategi, tidak hanya perang saja." sahut Felix.
"Baiklah, aku kalah ... Aku akan mengajarimu jika Dasiy ku menderita!" tegas Adipati.
Mau bagaimana lagi, Daisy juga tidak menolak menjadi wanita Putra Mahkota, Adipati harus memupus cintanya, yang dari dulu dia pendam.
"Tapi aku akan membawanya pergi jika kau menyakitinya!" tegas Adipati.
"Terserah kau!" Felix tidak mau berdebat dengan anak nakal yang dia didik sendiri itu, Putra Mahkota terlalu banyak memberikan hati pada anak nakal itu.
Namun, Adipati sudah banyak berjasa, dalam perjalanannya sampai di titik ini.
"Bukankah, Daisy memiliki dapur sendiri?" tanya Felix.
"Ya, semua berkat kebaikan Yang Mulia, saya akan meminta memasakan makanan untuk semuanya." ujar Daisy.
Saat semua makanan dihidangkan, Felix sangat terkejut, karena Dasiy mengajak semua pelayannya makan di satu meja makan dengannya.
"Daisy, apa maksudnya ini?" tanya Felix.
"Mereka adalah keluarga saya Yang Mulia, saya tidak biasa makan sendiri, mereka akan selalu makan satu meja dengan saya." ujar Daisy.
"Nyonya kami makan di dapur saja." ujar Ruth.
"Sudah makanlah." ujar Putra Mahkota.
Tetap saja mereka semua makan dengan rasa takut, karena satu meja dengan seorang Putra Mahkota.
Setelah selesai makan, Putra Mahkota pun segera pamit karena masih ada urusan lain.
"Hati-hati Putra Mahkota." ujar Adipati.
"Kau ikut!" Putra Mahkota langsung menyeret Adipati keluar dari kediaman Daisy.
Semua langsung bernafas lega setelah Putra Mahkota pergi.
"Oh Tuhan, Adipati selalu kekanakan, dia apa tidak lihat situasi? " ujar Hutami.
"Nyonya, itu menyeramkan makan satu meja dengan Yang Mulia." Ujar Nedal.
"Heheheh, ini juga agak mencengangkan, tapi aku terbiasa makan dengan kalian." ujar Daisy terkekeh.
Rupanya Putra Mahkota adalah pria yang penuh toleransi untuk Daisy.
" Nyonya, peracik parfum ingin melapor." Ujar Ruth memberitahu.
"Minta datang ke ruangan belakang." ujar Daisy.
Peracik parfum itu pun segera menghadap Daisy.
"Nyonya, seperti ini sample botol dan cap merk buatan kita, apakah sesuai dengan keinginan anda?" tanya peracik itu.
"Iya bagus, ada cap bunga Daisy, itu sangat memuaskan, jadi bisa kita pasarkan secara terang-terangan kan, apa sudah mendapatkan ijinnya?" tanya Daisy.
"Sudah Nyonya, ini surat perizinannya." Peracik itu menyerahkan lembaran surat perijinan pada Daisy.
"Bagus, ini uang gajimu bulan ini, nanti jika penjualannya lancar kau akan mendapatkan 15% nya." ujar Daisy.
"Terimakasih banyak Nyonya, saya akan segera undur diri." peracik itu pun segera pergi.
Daisy harus bisa memiliki pijakan yang kuat, karena terus berlindung di cangkang kura-kura tidak akan menjamin hidupnya.
Namun hidup di perhareman, sangat tidak damai karena banyak sekali mata, telinga yang mengawasinya.
Daisy di undang ke kediaman selir ke Wangyu untuk minum teh bersama selir-selir yang lain.
"Daisy, sepertinya mereka ingin mencari masalah denganmu." ujar Hutami.
" Tidak apa-apa, tolong bawa Indirach juga Hutami." pinta Daisy.
"Baik." Jawab Hutami, segera mendandani Indirach dengan sangat baik, selayaknya seorang putri sesungguhnya.
Sedangkan Daisy hanya mengenakan gaun sederhana, tanpa perhiasan apapun kecuali kalung pemberian pamannya Nagato.
Hutami tahu maksud dari penampilan sahabatnya yang sederhana itu.
Mereka pun segera menuju kediaman selir Wangyu.
"Oh selir Daisy, silahkan duduk semua sudah menantikan anda." ujar selir Wangyu.
"Terimakasih, maaf karena saya terlambat." ujar Daisy pun segera duduk.
"Oh apa ini tuan putri?" tanya Wangyu.
"Benar kakak, ..." jawab Daisy.
"Kenapa kau mau mengurus anak dari wanita lain, kalau dia laki-laki itu akan menguntungkan mu, tapi dia perempuan, jika dewasa dia akan ikut dengan suaminya." sahut selir Cang.
"Saya menyukai anak kecil, tidak masalah dengan itu, saya merawatnya bukan untuk sebuah keuntungan." Jawab Daisy.
"Kalau pikiranmu terlalu polos, kau tidak akan bertahan lama di sini!" ujar selir yang lain.
"Biarkan saja, dia itu sudah tidak beruntung, lihat dia tidak mendapatkan gaun dan perhiasan bagus, dia diabaikan setelah melayani Yang Mulia." sahut Bayema.
"Ya, aku kasihan pada adik Daisy, mungkin kau tidak akan bertahan lama, dengan latar belakangmu." Semua selir meremehkan Daisy.
"Benar, seharusnya adik Daisy tahu tempat, kau dari tempat pelacuran, pasti juga sudah dipakai banyak laki-laki, itu mengerikan bukan." Bayema terus memprovokasi.
"Kalian, menghina selir Putra Mahkota, sama saja menghina Putra Mahkota. " ujar Hutami tak tahan.
Suara tamparan itu terdengar cukup nyaring ditelinga Daisy, saat pelayan Bayema menampar Hutami.
"Beraninya pelayan berbicara keras pada selir!" ujar pelayan Bayema.
"Apa, kau juga pelayan!" Hutami sudah tidak tahan lagi.
Namun Daisy menghalangi Hutami untuk tidak memperkeruh suasana.
"Adik Daisy, apa kau tidak bisa mendidik pelayan?, apa mau aku bantu mendidiknya?" ujar Bayema.
"Kakak, seharusnya pelayan kakak yang di didik, kenapa pelayan anda langsung menampar pelayan saya tanpa perintah dari anda, apa anda tidak merasa tersinggung dengan perlakuan pelayan anda?" ujar Daisy.
"Apa?, kau bilang apa?" Bayema sudah berdiri ingin memberi pelajaran pada Daisy.
"Pelayan anda sangat tidak menghargai anda, tanpa perintah tuannya, seorang pelayan tidak bisa berbuat sesuka hati, bukan begitu kakak-kakak selir?" tanya Daisy.
"Benar itu." jawab yang lain serempak.
Ya, karena yang lain juga tidak suka dengan Bayema, karena terlalu merendahkan yang lain, hanya karena dia dekat dengan permaisuri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Roma Pasaribu
Tampar lagi Hutami si pelayan Bayema itu😠
2024-03-01
0
Cristella Tella
tampar balik hutami.... jngan mau klah
2024-03-01
0