"Daisy, aku ikut ya ... ini hari terakhir bekerja kan?" tanya Adipati.
"Tidak boleh Adipati, tidak ada yang boleh masuk sembarangan di sana." Ujar Daisy.
"Kenapa?, aku tunggu di luar.' Ujar Adipati.
"Aku bekerja selama 2 jam Adi, apa kau mau menunggu begitu lama?" tanya Daisy.
"Aku akan menunggumu." Ujar Adipati.
Adipati bersikeras mengikuti Daisy bekerja, karena dia sudah lama tidak bermain dengan Daisy.
"Baiklah, ..." Daisy pun mengiyakan.
"Eh, Daisy ... aku ambil sepeda dulu ya." Ujar Adipati.
"Loh, sepeda? " Ujar Daisy terkejut.
Rupanya sahabatnya itu berhasil membeli sepeda baru.
"Ayo Daisy naik, kau orang pertama yang duduk dibangku belakang." Ujar Adipati kegirangan.
"Wah selama ini kau menabung dengan baik ya Adi, aku senang akhirnya kau bisa membeli sepeda." Ujar Daisy segera membonceng sepeda Adipati.
Keduanya berboncengan penuh dengan canda tawa, menuju tempat kerja Daisy, yang tidak jauh dari sekolah mereka.
"Adi, kau bisa menunggu di sana, itu rumah kosong kau bisa tunggu di sana, atau kalau tidak pulanglah dulu, nanti datang lagi setelah 2 jam." Ujar Daisy.
"Aku menunggumu saja." Jawab Adipati.
"Oke aku kerja dulu." Daisy pun segera masuk.
Sementara Adipati duduk di teras rumah kosong sambil senyum-senyum sendiri, karena Daisy tadi memeluknya saat berboncengan.
Dia membayangkan masa depan indah dengan Daisy yang sangat cantik menawan.
Adipati pun berjalan melihat ke samping rumah kosong itu, rupanya di sana ada bunga Daisy liar tumbuh di samping rumah kosong itu.
"Wah, ada Daisy ..." Adipati pun memetik bunga liar berwarna putih dikelopaknya, dan kuning ditengahnya.
"Segini cukup deh, pasti Daisy suka, hehehe ..." Adipati segera kembali ke tempatnya tadi, namun saat akan naik, betapa terkejutnya Adipati melihat banyaknya mobil dan orang - orang seperti gangster menyerbu di kediaman di mana Daisy bekerja.
"Si-si-sapa mereka?" Sekujur tubuh Adipati langsung berkeringat, anak 17 tahun itu tidak tahu harus berbuat apa untuk menolong Daisy.
Akhirnya Adipati melompat ke belakang pekarangan rumah kosong mencari jalan untuk ke rumah Nagato, dia harus memberitahu Nagato terlebih dahulu atau Braja.
Adipati akhirnya memilih memberitahu Nagato terlebih dahulu baru ke tempat Braja, dengan ketakutan dan kekhawatirannya Adipati berlari begitu kencang sekencang - kencangnya.
Akhirnya sampailah di kediaman Nagato.
Ketukan pintu tak beraturan terdengar ditelinga Nagato, dengan wajah marahnya, Nagato membuka pintunya.
"Ba-- " Nagato sudah mau menempeleng Adipati.
"Paman Daisy dalam bahaya di tempat kerja." Ujar Nagato.
"Apa maksudnya?" Nagato sudah panik.
"Paman ke sana dulu, aku mau ke tempat Paman Braja." teriak Adipati.
Adipati pun segera berlalu ke kediaman Braja.
"Apa?, kau cepat kejar Nagato jangan sampai dia masuk ke sana, aku akan segera mengerahkan anak buahku." Ujar Braja.
Adipati segera mengejar Nagato, namun terlambat. Nagato sudah masuk ke dalam ke Diaman itu.
Adipati melompat dari pagar belakang dan mengendap-endap masuk, Adipati bersembunyi di semak-semak untuk melihat pergerakan orang - orang yang seperti gangster tadi.
"Apa yang terjadi?, kenapa begitu berisik?, ini sangat kacau, bagaimana dengan Daisy dan Paman?" Adipati segera berdiri begitu mendengar suara tembakkan.
Namun ada tangan yang menariknya, saat menoleh Adipati sangat terkejut setengah mati, ada orang yang tertembak dan terluka parah.
"Bawa aku keluar sekarang!, aku akan memberimu apapun yang kau mau, di pintu samping sudah ada orang ku, cepat!" pinta orang itu sekarat.
"Tidak aku mau menjemput Daisy dulu." ujar Adipati.
"Da--da--isy, dia sudah bersembunyi, ayo jika kau tidak bisa membawaku keluar kau juga akan mati." ujarnya.
"Bagaimana jika terjadi sesuatu?" Adipati masih tidak percaya.
"Ah, ... Bra--ja akan segera datang, dan menyelamatkannya." Ujarnya sudah merem melek karena kehabisan darah.
Akhirnya Adipati menggendong orang yang lebih dewasa darinya itu ke pintu samping, saat sudah berada di depan pintu keluar, ada yang mengejarnya.
Adipati yang ketakutan terus berlari sambil menangis.
Tiba-tiba sudah gelap saja untuk Adipati. Bersamaan dengan itu orang - orang Braja baru tiba.
Kekacauan pun terjadi begitu hebatnya, suara tembakan, ledakkan, kediaman itu hancur bagaikan Medan perang.
Ketika suaranya lambat Laun menghilang, Daisy segera keluar dari tempat dimana dia tadi disembunyikan oleh seseorang.
Airmata Daisy mengalir begitu deras, apa yang sebenarnya terjadi dalam sekejap, seluruh kaki Daisy gemetaran, tapi dia harus memastikan keadaan Adipati yang menunggunya di luar, namun saat sampai di pintu depan Daisy malah menemukan pamannya tergeletak bersimbah darah.
"Paman ... " Daisy segera mendekati pamannya.
"Tidak, Paman ... Paman ... Bangun Paman." Daisy mengoyak tubuh Nagato, namun tak ada respon sama sekali.
"Argh ... Ku mohon Paman, jangan bercanda, Paman, ... " Daisy berteriak agar pamannya bangun, namun itu sia-sia karena Nagato sudah tiada.
"Daisy, ... Syukurlah ayo cepat naik!" teriak Braja yang baru datang.
"Paman, tolong Pamanku." pinta Daisy berlinang air mata.
Anak buah Braja segera membawa Nagato dan Daisy yang terus menangis.
"Hua ... Paman jangan tinggalkan Daisy, Paman bangun, Paman Daisy tidak ingin sendirian." Daisy sangat terpukul dengan kepergian Nagato.
"Paman tolong cari Adipati juga." ujar Daisy.
"Ya, kita keluar dulu dari kota ini, kita makamkan dulu Nagato dengan layak." Ujar Braja.
"Kenapa, kenapa ini Paman?" Gumam Daisy seakan tak percaya, padahal kemarin dia baru merasa bahagia dengan Nagato. Daisy memegang kalung pemberian Nagato.
Saat ibunya tiada, Daisy tidak bisa menangis, namun berbeda dengan Nagato, Daisy sampai tidak tahu caranya berhenti menangis.
Daisy menangisi kepergian Nagato, tak henti-henti sampai dia beberapa kali tak sadarkan diri.
"Daisy, ... Kau tidak boleh seperti ini, ayo makan dan bangkit, Paman Nagato tidak akan senang melihatmu begini." Ujar Hutami membujuk Daisy.
"Hiks hiks hiks ... Hutami, bagaimana aku menjalani hidup, jika Paman tidak ada di sampingku Hutami." Ujar Daisy.
Daisy meminta kejelasan pada Hutami dan Braja, namun mereka tidak memberitahu apa yang terjadi, mereka hanya mengatakan jika Adipati datang ketika kediaman itu di serang, namun sebelum mendatangi Braja, Adipati menghampiri Nagato lebih dulu, dan sampai sekarang keberadaan Adipati pun tidak diketahui.
Kota yang dia tinggalkan penuh dengan kenangan indah bersama Nagato dan juga Adipati itu sudah diporak-porandakan.
Mereka pun sekarang berada di pinggiran kota, Nagato di makamkan di belakang kediaman Braja.
"Kenapa Hutami, mereka membunuh pamanku, apa salahnya?" Daisy memeluk batu nisan bertuliskan Nagato.
Lagi-lagi tanah yang dingin itu merenggut orang yang berarti bagi Daisy, Daisy sangat hancur, rasanya sudah tidak ada tempat nyaman dan indah lagi untuknya pulang, untuknya mengadu, karena pamannya sudah terkubur dan menyatu dengan tanah yang dingin di bawah sana.
Daisy tidak takut sendirian saat ditinggalkan ibunya, dia justru takut dengan kehadiran manusia yang memandangnya hina.
Namun sekarang Daisy benar - benar takut sendirian, satu-satunya tembok kokoh yang menopangnya saat itu sudah roboh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Anita Jenius
5 like mendarat buatmu thor
semangat ya
2024-04-17
0
Roma Pasaribu
Loh! Kok bukan happy ending paman Nagato😭😭😭😭
2024-02-12
0
Cristella Tella
kamu hrus kuat daisy....
2024-02-12
0