Di sebuah kelas kosong yang sudah lama tidak terpakai, tempat itu kini dimanfaatkan oleh anak ALPHA WOLF untuk dijadikan markas sementara mereka di sekolah.
Seluruh anak-anak ALPHA WOLF sudah berkumpul di sana, yang didominasi oleh siswa kelas sebelas dan dua belas, dan hanya sedikit siswa dari kelas sepuluh yang bisa dikatakan masih anggota baru.
Levi—ketua geng ALPHA WOLF, laki-laki itu duduk di sebuah kursi kayu di dekat papan tulis, menghadap ke arah para anggotanya dengan kedua kaki dinaikkan di atas meja.
"Lev, semuanya sudah lengkap," ucap Daren—wakil ketua ALPHA WOLF kepada Levi.
Levi menganggukkan kepalanya, sekarang pandangan laki-laki itu terfokus kepada puluhan siswa yang berada di hadapannya. "Gue ucapin terima kasih sama lo semua, karena mau nyempetin waktu datang ke sini," ujar Levi dingin.
"Tadi pagi, gue baru dapet kabar dadi Johan, kalau geng cupu 'PHOENIX' ngajakin gue tanding balap liar nanti malem, gue mau lo semua dateng," sambungnya dan didengarkan oleh mereka semua.
"Bukan buat dukung gue, tapi untuk hancurin geng mereka setelah gue menang balapan, kalian paham sendiri kan apa selogan geng ALPHA WOLF?"
"One punch, returns a thousand," jawab seluruh anggota ALPHA WOLF serentak.
Sudut bibir Levi menyungging sinis, "siapapun yang berani tantang geng kita, kita harus kasih mereka hadiah dua kali lipat," ujarnya. "Tunjukkan sikap baik lo semua, dengan cara brutal."
Levi memang dikenal sebagai pemimpin geng yang bengis dan kejam. Ia tidak segan-segan menghukum lawannya sampai benar-benar menderita, teriakan kesakitan mereka adalah musik terindah di telinganya. Apalagi saat mengukir luka di tubuh lawan, itu bagaikan seni yang memuaskan matanya.
"Eh si haram kemana? Gak datang itu anak?" tanya Daren sibuk mencari-cari keberadaan seseorang.
"Haram, siapa Ren? Si Ucok," heran Johan mencoba menebak.
"Iya, dia kemana ya?" balas Daren masih belum juga menemukan keberadaanya.
"Nama gue bukan haram bang*sat! Gue punya nama," sahut anak tersebut dari arah belakang, memukul keras punggung Daren.
//PLAK//
"Ck sakit asoy! Lo pikir punggung gue gendang main seenaknya lo pukul-pukul," sebal Daren menggosok-gosok punggungnya yang panas.
"Lah lo sendiri ngapain panggil gue haram kalau gue punya nama?" balas Ucok tidak terima.
"Nama lo terlalu kasar untuk mulut gue yang suci," ucap Daren.
"Banyak gaya lo, mulut suka toxic sok-sokan ngatain nama gue haram. Nama gue bagus asal lo tahu, Emak gue mikirnya tujuh hari tujuh malem," jawab Ucok.
"Atau mau gue omong semuanya di sini, kalau lo masih suka sebut gue haram lagi," ancamnya.
"Yee jangan gitu dong Cok, jangan suka buka kartu. Iya deh, Bang Ucok ganteng, maafin gue ya," balas Daren mengalah, jangan sampai aibnya dibongkar satu persatu oleh temannya itu.
Sedangkan disisi lain, Levi dan Johan hanya bisa tertawa melihat pertengkaran mereka berdua.
"Nanti malem, lo bertiga harus dateng," ujar Levi.
"Siap bos ku, walau lo gak nyuruh gue pasti bakalan dateng," jawab Ucok.
"Bagus, gue udah gak sabar menyaksikan penderitaan mereka," lirih Levi tersenyum smirk.
...********...
Kelas sebelas B.
Sebentar lagi, bel pulang sekolah akan berbunyi. Bu guru sedang memberikan beberapa pertanyaan kepada murid-murid, setelah selesai keterangan materi.
"Baiklah anak-anak, Ibu senang kalau kalian semua paham, dan bisa menjawab pertanyaan dari Ibu," ujar Bu guru.
"Mumpung kurang lima menit lagi, apa ada yang ditanyakan sebelum Ibu tutup pembelajaran hari ini?" sambungnya bertanya kepada murid-murid.
...-Grup sebelas B-...
Wulan:
Jangan ada yang tanya! Gue sleding lo semua, @Siti terutama lo.
Teo:
Bener, gue mau cepet-cepet pulang mabar epep.
"Hadeh, sampai di tag gak tuh," batin ku sembari membaca pesan grup kelas. Mungkin karena sangking seringnya siswi bernama Siti itu bertanya, sampai mereka dibuat hafal.
"Oh ya Siti, silahkan mau tanya apa?" ujar Bu guru setelah melihat tangan kanan dari seorang siswi berkacamata bulat terangkat ke atas.
...-Grup sebelas B-...
Wulan:
Woy @Siti! Kan gue sudah bilang jangan tanya! Gue mau cepet pulang!!!!!!!!!! AAAHHHHHHHHHH
"Saya mau izin bertanya Bu, untuk soal nomor empat boleh dijelaskan sekali lagi Bu, soalnya saya masih kurang paham," ucap Siti sembari kembali menurunkan tangannya.
"Baik, kalau begitu akan saya terangkan lagi," balas Bu guru dan kembali menerangkan materi.
"Yey nambah sepuluh menit lagi deh," sindir salah satu siswi memutar bola matanya jengah.
Beberapa menit kemudian....
"Baik, bagaimana Siti, apa sekarang kamu sudah paham?" tanya Bu guru kepada anak tersebut.
"SUDAH BU! Satu kelas juga sudah paham, bener kan guys!" sahut Wulan berdiri dari tempat duduknya.
"Iyaaaaa Bu kami sudah paham," balas mereka semua serempak.
"Bagus kalau kalian sudah paham, sekarang kalian boleh pulang. Jangan lupa pekerjaan rumahnya ya!" ujar Bu guru menutup pembelajaran hari ini, lalu pergi keluar kelas.
"Haahh akhirnya pulang," lega mereka segera membereskan buku-buku dan beberapa alat tulis, tak sabar untuk pulang.
"Kay, lo pulang bareng siapa? Oh ya gue lupa, sama ayang kan," ucap Fanny.
"Apaan sih Fan, daritadi bahas dia terus bosen gue dengernya," jawab ku cemberut.
"Owh, jadi lo bosen sama gue," sahut Levi yang sudah berdiri di ambang pintu kelas, entah sejak kapan anak itu berada di sana.
"Levi," kejut ku.
"Hehe Kay, gue pulang duluan ya, udah dijemput sama mommy nih di gerbang, bye!" pamit Fanny cepat-cepat kabur, ia tidak ingin terlibat masalah di antara mereka.
"Jelasin kata-kata lo barusan," suruh Levi yang sudah berdiri di hadapan ku dengan tatapan dingin.
"Eng... enggak kok Lev, maksud gue, gue bosen aja gitu kalau denger cewek yang suka ngomongin tentang lo. Lo kan cowok gue, jadi gue cemburu kalau ada orang lain yang suka sama lo," jawab ku mencoba mencari alasan.
"Hm, bagus," respon Levi tersenyum, sepertinya dia percaya dengan apa yang aku katakan barusan.
"Ayo, gue anter lo pulang!" ajak Levi.
"Oke," angguk ku dan berjalan bersama keluar kelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments