EPS 5

Sang surya tenggelam dari ufuk barat, perlahan-lahan kegelapan mulai datang menyelimuti angkasa. Rembulan pun naik ke atas, menggantikan sang mentari bersama puluhan bintang-bintang.

Puluhan cahaya motor menyala, menyorot ke arah jalanan sepi di hadapannya, Levi bersama seluruh pasukan ALPHA WOLF sudah tiba di area balap liar. Laki-laki bertubuh tinggi itu turun dari atas motor ninja hitamnya, melepaskan helm full face yang semula ia kenakan, lalu menaruhnya di atas joke motor.

"Ready to lose?" sinis Levi kepada seorang pemuda yang tengah asyik merokok, duduk santai di atas motor miliknya. Dia adalah Jeno—pemimpin geng PHOENIX.

ekor mata Jeno melirik kedatangan Levi bersama anggota ALPHA WOLF. Kepulan asap rokok berhembus keluar dari dalam mulut pemuda tampan itu, lalu membuang sepuntung rokok tersebut dan menginjaknya dengan sepatu boots.

Jeno mengambil beberapa langkah ke arah Levi, dan berdiri di depannya. Kedua leader geng motor tersebut sama-sama tidak menunjukkan ekspresi wajah takut, malahan saling mengintimidasi satu sama lain. "Cuih," Jeno meludah, dan hampir saja terkena sepatu Levi.

"Kayaknya kata-kata itu lebih cocok buat lo, You're ready to lose kid?" ucap Jeno melemparkan kembali pertanyaan, yang semula Levi berikan kepada dirinya.

Mendengar hal itu itu Levi tersenyum smirk, "i'm ready to destroy you boy."

Akhirnya, Levi dan Jeno diminta untuk segera bersiap-siap di area balap dengan menaiki sepeda motor mereka masing-masing. Mesin kendaraan pun menyala, menciptakan kepulan asap yang keluar dari kenalpot motor memenuhi udara.

Satu orang sebagai wasit, berdiri di tengah-tengah jalan raya di antara sepeda motor Levi dan Jeno, sembari membawa pistol yang diangkat ke atas. Lalu //DOR//

Bersamaan dengan bunyi tembakan pistol, kedua motor tersebut melesat, membelah kesunyian kota Azura. Akhirnya, perlombaan balap liar pun dimulai. Mereka berdua sedang menggila, tak perduli seberapa tinggi kecepatan yang ditempuh, karena nafsu telah berhasil mengambil alih akal sehatnya.

"Lo kalah Lev," batin Jeno berhasil memimpin, tidak menemukan keberadaan Levi di belakangnya.

...*********...

"Gak ada otak emang!" sebal Fanny sambil menendang kaleng kosong yang kebetulan berada di jalan. Gadis itu mendengus kesal, "mana ada ege, malem-malem suruh cari bahan buat bikin kerajinan, besoknya suruh praktek di sekolah."

"Bener, gue juga kesel, kenapa gak waktu di sekolah aja bilangnya, malem-malem enaknya orang rebahan istirahat malah suruh keluyuran," balas ku ikutan kesal.

"Guru jaman sekarang makin gak ngotak, modal kasih nilai aja main seenaknya, emang dia kira kita robot?" 

Sekarang, aku dan Fanny sedang dalam perjalanan menuju toko peralatan tulis dekat rumah kami. Kami berencana untuk membeli beberapa bahan-bahan untuk praktek kerajinan besok. 

Ya, memang agak mengesalkan jika tiba-tiba diberi tugas mendadak seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, kita berdua mah juga butuh nilai, namanya juga murid.

Sesampainya di depan toko peralatan tulis tersebut, kami berdua pun segera masuk ke dalam. Karena jam masih menunjukkan pukul delapan malam, jadi keadaan toko bisa dibilang masih ramai. Aku dan Fanny berpencar, sibuk mencari bahan-bahan yang kami butuhkan.

"Kayaknya ini udah cukup deh," pikir ku, dengan membawa sebuah keranjang berisi dua kertas manila dan satu solasi.

"Sekarang waktunya gue cari si Fanny," aku pun berlalu pergi untuk mencari keberadaan Fanny.

Dibagian buku-buku, di sana aku bisa melihat anak itu tengah sibuk memilih-milih sesuatu.

"Fan! Sudah belum? Lama banget," ujar ku sembari menghampiri Fanny.

"Fan, lo beli apa aja?" tanya ku yang sudah sampai di sebelah Fanny, bola mata ku melirik ke arah keranjang biru yang ia bawa. 

"Fan! Yang bener aja lo, banyak banget pembatas bukunya," kejut ku.

"Hehe, iya nih Kay, lihat lucu-lucu kan kayak gue," balas Fanny tersenyum.

"Terus, besok waktu praktek kerajinan lo mau bikin apa kalau yang lo beli beginian semua?" 

"Santai, tenang aja kok. Gue udah beli barangnya," jawab Fanny tidak masalah.

"Beli apa?"

"Nih, kertas lipat satu," balasnya enteng sambil menunjukkan satu pack kertas lipat warna-warni kepada ku. "Udahlah Kay, santai-santai! Gue yang beli kenapa lo yang sewot sih."

"Udah, mending sekarang kita bayar yuk!" ajak Fanny setelah puas mengambil kira-kira sepuluh pack pembatas buku, dan mengajak ku menuju kasir.

Setelah selesai membayar belanjaan kami, aku dan Fanny keluar dari dalam toko tersebut dan pulang.

"Kay, sebenernya gue males banget tahu besok sekolah, kapan yah tanggal merah?" ujar Fanny.

"Kay!" panggil Fanny, namun tidak mendapatkan respon dari Kayla.

"Kay! Lo denger gue ngomong apa?!" panggil Fanny sekali lagi kini sedikit meninggikan nada suaranya, hal itu membuat diriku langsung tersadar.

"I-iya? Apa Fan?" ucap ku terbata-bata.

"Lo ngelamun ya? Ish, lo lagi mikirin apa sih?" sebal Fanny.

"Gue gak lagi mikirin apa-apa kok," jawab ku menatap, ekspresi kesal wajah Fanny.

Sebenarnya, aku tadi sengaja menghiraukan ucapan dari Fanny. Karena, aku merasa seperti ada seseorang yang sedang memperhatikan kami berdua dari belakang. Tapi, ketika kepala ku sedikit menoleh untuk memeriksanya, aku tidak menemukan apapun di sana. Jalanan sekarang sepi, hanya ada kami berdua dan satu dua motor yang melintas.

"Kenapa perasaan gue tiba-tiba jadi gak enak?" batin ku was-was.

"Fan, lebih baik kita cepet pulang sekarang!" pinta ku kepada Fanny supaya mempercepat langkah. Entah kenapa, semakin dipikirkan hati ku semakin merasa tidak nyaman.

"Eh Kay kenapa tiba-tiba? Lo kok jadi aneh begini sih, jangan pulang dulu, gue mau beli nasi goreng," balas Fanny heran melihat sikap ku.

"Udah, besok aja beli nasi gorengnya," sahut ku menarik lengan Fanny.

"Tapi Kay, sekarang gue laper, gue mau nasi goreng."

"Makan aja pembatas buku lo!" kesal ku segera cepat-cepat mengajak Fanny pergi dari sana.

Sedangkan di sisi lain, lebih tepatnya di balik tembok gang yang sepi dan sedikit gelap. Sesosok misterius berhoodie hitam muncul dari dalam, "lo sadar keberadaan gue Kay?" gumamnya menatap punggung kedua gadis itu yang semakin menjauh.

"Tenang aja, kemana pun lo pergi, gue akan selalu mengawasi lo," sambungnya tersenyum penuh arti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!