Bab 19 Insting Seorang Ibu

Edward mengendarai motornya dengan kecepatan sedang menuju kediaman keluarga Simon. Dia sudah berjanji pada Clara jika ia akan berkunjung untuk membahas Catherine dan kekasihnya.

Dan tidak membutuhkan waktu yang lama, ia sudah sampai di pekarangan rumah keluarga Simon. Ia memarkirkan motornya dan bergegas masuk begitu saja.

"Mom!!" panggil Edward

Clara yang saat itu tengah menyiapkan makan siang, terkejut dengan suara yang sangat ia kenal. Dia mematikan kompor dan memindahkan masakan nya ke piring.

"Mommy di dapur Ed!!" teriak Clara

Terdengar suara langkah kaki mendekat, namun Clara tidak menoleh sama sekali. Dia meletakkan makanan di meja dan berkata, "Mommy kira kau tidak akan datang."

"Tentu saja aku akan datang mom. Aku ini orang yang selalu menepati janji." Edward menarik kursi dan duduk begitu saja. "Apa Daddy akan pulang? Tumben sekali mommy masak banyak?" tanyanya

"Ck, mana mungkin daddy makan siang di rumah. Semenjak Daddy di angkat menjadi direktur di rumah sakit, daddy sangat sibuk. Bahkan sering pulang terlambat," gerutu Clara

Edward terkekeh. Kebetulan sekali ia sangat lapar. Untuk itu, dia langsung mengambil nasi beserta lauk pauk buatan ibunya.

Sebenarnya ia berniat makan siang di restoran bersama dengan adiknya. Tapi saat bertemu dengan George, nafsu makannya menghilang. Yang ada hanya rasa ingin menghajar George saat itu juga. Tapi ia tidak ingin memperkeruh keadaan dan hubungannya dengan Catherine. Jadi, dia lebih memilih untuk diam.

"Kau bilang, siang ini akan bertemu dengan Catherine. Bagaimana hasilnya?" tanya Clara

Edward terdiam sejenak. Dia meletakkan sendoknya dan meneguk air yang ada di sampingnya. "Yeah, insting mommy memang tidak pernah salah," seru Edward

"Kau juga berfikir begitu, bukan? Ck, sudah mommy duga. Saat pertama kali Catherine membawanya kemari saja, mommy sudah bisa melihat jika dia bukan pria yang baik. Tapi Catherine sangat keras kepala dan justru membela bajingan itu," umpat Clara kesal

Edward terkekeh mendengar umpatan ibunya. Tapi ia tidak bisa menyalahkan ibunya karena memang benar apa yang ibunya pikirkan tentang kekasih Catherine.

"Sebenarnya, aku melihat sendiri seperti apa George Willis itu," seru Edward. Dia mulai menceritakan saat pertama bertemu dengan George di basemen apartemen sampai ia menjebloskan pria itu ke penjara. Tapi, Edward tidak mengatakan jika George adalah orang yang mengirim pembunuh bayaran ke apartemennya.

"Dasar bajingan," geram Clara. "Apa kau sudah memberitahu Catherine akan hal itu? Lalu bagaimana reaksinya?" tanyanya. Namun Edward menggeleng sambil melahap makanan.

"Apa maksudmu, kau tidak memberitahu Catherine akan hal itu?"

"Mom, jika aku mengatakan hal itu, apa Catherine akan percaya padaku? Tidak mom, dia tidak akan percaya. Jadi, akan lebih baik jika Catherine melihat dengan mata kepalanya sendiri seperti apa pria yang sangat ia cintai itu," seru Edward

"Lagipula, aku merasa semua tidak semudah itu. George Willis, aku yakin dia bukan sekedar seorang CEO saja," batin Edward

"Lalu, apa rencana mu, hah?" tanya Clara

"Begini mom, aku sudah berjanji pada mereka jika aku akan membujuk mommy agar merestui hubungan mereka. Jadi ... "

"Apa kau sudah gila Ed?" hardik Clara.

"Mom, dengarkan aku dulu!! Sampai kapanpun, Catherine tidak akan percaya pada kita. Jadi, kita ikuti saja keinginan mereka. Nanti lama-kelamaan, kita buat George menampakkan wujud aslinya. Baru setelahnya Catherine akan percaya pada kita."

Clara terdiam. Ide Edward tidak buruk tapi tetap saja, dia mana bisa melihat putrinya menjalin hubungan dengan pria brengsek seperti George.

"Percaya padaku, mom!!! Aku tidak akan membiarkan bajingan itu menyakiti Catherine," seru Edward

Clara menghela nafas dan mengangguk pelan. Dia percaya Edward akan menepati janjinya untuk melindungi Catherine. Dan semoga saja, putrinya cepat sadar akan kesalahannya.

Setelah selesai makan siang, Edward membantu Clara membereskan meja dan mencuci piring. Tapi Clara justru merebut piring dari tangan Edward dan mendorong pria itu untuk minggir.

"Istirahatlah!! Biar mommy selesaikan sendiri," seru Clara. Dia tahu jika sebenarnya Edward kurang istirahat. Pria itu mencari petunjuk kematian kedua orang tuanya pada malam hari dan akan bertugas di pagi harinya.

"Aku juga bisa melakukannya mom."

Kedua mata Clara melotot, membuat Edward mengalah dan duduk di kursi meja makan. "Kau membuatku takut mom," kekeh Edward. Clara hanya berdecak dan melanjutkan pekerjaannya

"Oh iya mom. Mommy masih ingat tentang perampokan bank yang di gagalkan daddy 15 tahun yang lalu?" tanya Edward

"Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu?" tanya Clara heran

"Aku hanya penasaran saja."

Clara meletakkan piring yang sudah di cuci, di rak piring dan menoleh menatap Edward. "Jika kau sangat ingin tahu, tunggu mommy di ruang kerja. Sekalian mommy ingin menanyakan tentang pria bertopeng hitam padamu."

Edward terdiam. Tapi dia tetap menuruti perintah ibunya dan pergi ke ruang kerja. Di sana, dia melihat-lihat sebentar foto album yang ibunya simpan di laci. Dia membuka satu persatu lembar album tersebut, yang mana terdapat foto ibu dan ayah kandungnya saat masih bertugas menjadi anggota FBI.

"Mom, dad, aku merindukan kalian," lirih Edward. Tidak terasa, air mata Edward menetes. Tapi ia buru-buru mengusapnya saat mendengar suara pintu terbuka.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Clara. Dia melihat buku album di tangan Edward dan menghela nafas panjang. "Kau pasti sangat merindukan mereka ya." seru Clara yang di balas anggukan pelan oleh Edward. Pria itu meletakkan kembali foto album tersebut dan duduk di depan ibunya.

"Jadi, apa mommy menyimpan hasil penyelidikan kasus tersebut?" tanya Edward. Namun Clara menggelengkan kepalanya tanda ia tidak menyimpannya.

"Kasus itu di tangani oleh polisi. Dan semua tersangka berhasil di ringkus oleh ayahmu. Tapi walaupun begitu, banyak korban yang terluka akibat tembakan yang di lepas oleh pelaku secara asal. Tapi untungnya tidak ada korban jiwa," terang Clara

Edward terdiam. Jika tidak ada korban jiwa, berarti kasus itu tidak ada hubungannya dengan kematian orang tuanya, bukan? Atau yang melakukan hal itu adalah kerabat dari pelaku? Mereka dendam pada ayahnya karena menggagalkan perampokan yang mereka lakukan. Tapi apa hanya karena hal itu, mereka sampai membunuh ayah dan ibunya?

"Oh iya, kalau tidak salah setelah hukuman para pelaku berakhir, satu persatu dari mereka di temukan tewas secara mengenaskan. Dan sampai saat ini, tidak di ketahui siapa pelakunya," ucap Clara

Deg

"A-apa? Mereka mati?" tanya Edward terkejut

"Itu yang mommy dengar. Kasus itu di tangani oleh FBI. Tapi saat itu mommy sudah pensiun. Jadi mommy tidak tahu detailnya."

Edward masih tidak percaya. Kenapa pelaku di temukan tewas? Apa mereka di bunuh oleh bos mereka karena gagal merampok? Atau mereka ....

"Aku pergi dulu mom," pamit Edward

"Hei ... Mommy belum mendengar penjelasan mu mengenai pria bertopeng hitam itu," protes Clara.

Edward berhenti sejenak dan menoleh menatap ibunya dengan senyum di bibirnya, "Insting mommy memang tidak pernah salah. Aku menyayangimu, mom." setelah mengatakan hal itu, Edward pergi meninggalkan Clara yang terus menggerutu tidak jelas.

"Insting ku memang tajam. Tapi masih kalah tajam dari Ainsley," kekeh Clara. Dia menyandarkan punggungnya di kursinya dan menghela nafas panjang. "Kalian lihat!! Edward sangat hebat. Dia mewarisi bakat kalian.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!