Bab 6 Petunjuk

Edward mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Hari ini dia masuk siang, untuk itu ia berencana untuk menjenguk korban di rumah sakit. Dia berharap korban sudah sadar dan bisa di mintai keterangan.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Edward sampai di rumah sakit. Dia memarkirkan motornya dan bergegas masuk kesana. Dia memperlihatkan lencana nya pada suster jaga dan bertanya letak kamar pasien korban percobaan pembunuhan yang terjadi dini hari tadi.

Setelah mendapatkan informasi tersebut, Edward segera menuju kamar korban. Namun saat berjalan di lorong rumah sakit, ia berpapasan dengan seorang pria yang terlihat mencurigakan.

Ia berhenti sejenak dan menatap pria itu. Ini rumah sakit, tapi pria itu menggunakan mantel berwarna hitam dan topi yang menutupi setengah dari wajahnya. Apalagi jika di perhatikan, langkah pria itu seperti sedang waspada.

Tidak mau ambil pusing, Edward mencoba mengabaikannya. Dia harus cepat-cepat menemui korban karena hal itu lebih penting dari apapun. Namun sesampainya di sana, ia melihat suster yang keluar masuk dari kamar korban dengan raut wajah yang panik. Karena penasaran, Edward berlari menghampirinya.

"Ada apa sus?" tanya Edward

"I-itu tuan, pasien korban percobaan pembunuhan mengalami kejang-kejang. Dan sekarang dokter sedang memeriksa," seru suster

Edward melihat dari kaca jendela. Ia melihat tubuh pasien kejang-kejang dan tidak lama kemudian, tubuhnya diam tidak bereaksi.

"A-apa yang terjadi?" Edward bergegas masuk dan bertanya pada dokter, "ada apa dok?"

"Pasien meninggal dunia. Sepertinya ada yang meracuninya. Tapi itu masih dugaan. Kami harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dan melihat kondisi pasien, sepertinya racun itu di masukkan kedalam botol infus," terang dokter

Edward mengusap wajahnya kasar. Dia sangat kesal karena terlambat datang. Padahal sudah ada polisi yang berjaga. Tapi kenapa pelaku masih bisa masuk untuk meracuni korban?

Edward terdiam, memikirkan cara bagaimana pelaku bisa meracuni korban membuatnya teringat dengan pria mencurigakan yang berpapasan dengannya di lorong rumah sakit. Apa jangan-jangan ...

"Kau, periksa cctv keamanan rumah sakit ini. Dan kau, jaga kamar ini jangan sampai ada yang masuk kecuali dokter," perintah Edward

"Siap kapten."

Sementara Edward, bergegas mencari pria mencurigakan yang ia temui di lorong tadi. Dia memang tidak melihat wajahnya, tapi dia ingat betul postur tubuh dan cara pria itu berjalan. Entah itu akan membantu atau tidak tapi ia berharap bisa menemukannya.

Namun sayang, sesampainya ia di lobby, ia tidak menemukan pria itu lagi. Bahkan ia sudah bertanya pada security mengenai pria dengan ciri-ciri tersebut. Dan ternyata pria itu sudah keluar beberapa menit yang lalu.

Edward tidak mencarinya karena pasti pria itu sudah pergi jauh. Jadi dia memilih pergi ke ruang keamanan dan berharap ada petunjuk tentang pelaku.

"Bagaimana? Apa ada yang mencurigakan?" tanya Edward

"Ada pria mencurigakan. Lihat!! Dia sempat berhenti lalu pergi begitu saja. Dan tidak lama kemudian ada perawat pria yang meminta ijin pada kami untuk masuk memeriksa pasien."

Edward melihat rekaman tersebut. Sudah ia duga, pria ini pelakunya. Pasti ia menyamar menjadi perawat untuk melancarkan aksinya.

"Apa kau ingat ciri-ciri perawat itu?" tanya Edward.

"Tidak kapten. Waktu itu dia memakai masker. Jadi kami tidak bisa mengenali wajahnya," terang si polisi

Mereka masih mengamati rekaman cctv tersebut. Namun tiba-tiba polisi yang masih berjaga di kamar korban, memberitahu lewat telepon jika ada perawat pria tergeletak pingsan di toilet.

Mendengar hal itu, Edward bergegas menemui perawat tersebut untuk di mintai keterangan. Namun lagi-lagi ia mengalami jalan buntu. Menurut kesaksiannya, ada seseorang yang tiba-tiba memukulnya dari belakang hingga pingsan.

Edward kembali ke kamar korban. Dia melihat para dokter mulai menyiapkan peralatan untuk melakukan otopsi pada korban. Seluruh tubuh korban di tutupi dengan kain dan bersiap untuk di bawa ke ruang otopsi. Bersamaan itu, polisi yang berjaga tengah menelepon atasannya untuk memberi kabar tentang situasi yang terjadi.

Namun tiba-tiba, Edward merampas ponsel tersebut dan segera mematikan sambungan telepon.

"A-ada apa kapten?"

Edward terdiam. Dia baru saja mendapatkan ide untuk menarik pelaku datang menyerahkan diri. "Jangan beritahu siapapun jika korban sudah meninggal," perintah Edward

"Tapi ... "

"Ikuti saja perintah ku. Beritahu atasanmu jika korban di racuni oleh pria yang menyamar menjadi perawat dan katakan jika pasien selamat dan sekarang di rawat di rumah ICU," ucap Edward lagi

Kedua polisi itu nampak bingung. Tapi mereka tetap melakukan perintah dari Edward. Bahkan mereka bekerjasama dengan dokter yang menangani korban untuk menjaga rahasia tersebut. Dengan begitu, berita yang nantinya beredar hanyalah percobaan pembunuhan untuk kedua kalinya dan korban selamat. Setelah nya Edward sangat yakin, pelaku akan kembali untuk mencabut nyawa korban.

Dan benar saja, berita itu telah menyebar dan sampai di telinga pria itu. Dia mengepalkan tangannya erat karena gagal menjalankan tugas dan di bentak oleh seseorang yang saat ini berbicara dengannya melalui telepon.

"Aku tidak mau tahu. Besok kau harus memastikan kematian pria itu. Jika kau gagal lagi, maka aku yang akan membunuhmu." Sambungan telepon terputus begitu saja yang membuat pria itu geram. padahal dia sangat yakin jika ia tidak akan gagal apalagi racun yang ia gunakan sangat mematikan. Tapi kenapa korban masih selamat?

"Kali ini aku tidak akan gagal. Malam ini juga, aku akan mengirim mu neraka," geram pria itu.

Sementara itu di rumah sakit, Edward menghubungi Alice jika dia tidak bisa masuk karena ada kepentingan. Dia tidak mengatakan pada Alice atau yang lain tentang apa yang terjadi karena takut hal itu akan bocor. Bukan karena ia tidak percaya, tapi semakin sedikit orang yang tahu, itu semakin baik.

Dia yakin cepat atau lambat, pelaku akan datang lagi. Jadi ia akan ikut mengintai pelaku di dalam kamar korban.

Korban sudah mengalami dua kali percobaan pembunuhan, itu artinya korban mempunyai informasi penting atau tahu rahasia pelaku. Untuk itu korban di habisi. Itulah sebabnya Edward yakin pelaku akan datang.

...----------------...

Hari berganti malam. Tapi belum ada tanda-tanda kedatangan pelaku. Apa prediksi nya salah? Tapi tidak mungkin. Pelaku pasti akan datang untuk membungkam mulut korban.

Edward meregangkan otot-ototnya. Dia hendak keluar untuk mencari makan terlebih dahulu. Namun ekor matanya melihat pria yang mencurigakan. Dia mengurungkan niatnya untuk keluar dan memilih bersembunyi.

Tidak berapa lama, terdengar pintu terbuka. Edward mengintip dari tempat persembunyiannya dan melihat seorang pria mendekati korban. Dia mengeluarkan suntikan dan berkata, "kau benar-benar membuatku susah. Harusnya kau mati saja tadi jadi aku tidak perlu repot-repot datang untuk melakukan hal yang sama padamu." pria itu terus menggerutu dan menyunting cairan kedalam botol infus korban.

Edward mengepalkan tangannya erat. Dia keluar dari tempat persembunyiannya dan langsung menerjang pelaku.

BUGH

"Argh ... " pekik pria itu. Dia terkejut dengan adanya Edward di sana. Itu artinya ia sudah ketahuan.

Tidak mau tertangkap, pria itu mencoba untuk kabur. Tapi Edward tidak membiarkan hal itu terjadi. Dia menghajar pelaku dan berhasil membekuknya.

"Kali ini kau tidak bisa lari lagi, " sentak Edward

Pria itu mencoba untuk melepaskan diri. Namun tiba-tiba pintu terbuka dan terlihat dua polisi menodongkan senjata padanya. Salah satu dari mereka memborgol tangan pelaku dan membawanya ke kantor polisi untuk di mintai keterangan.

"Terimakasih kapten. Anda sudah membantu kami dalam penangkapan kali ini."

"Tidak masalah. Itu juga menjadi kewajiban ku," seru Edward

Polisi tersebut memberi hormat dan pergi membawa pelaku ke kantor polisi.

Edward menghela nafas panjang karena kasus kali ini telah selesai. Jadi dia kan kembali untuk mengusut kasus pria bertopeng hitam yang akhir-akhir ini meresahkan masyarakat.

Namun baru beberapa langkah, Edward mendengar suara dering ponsel. Dia mengerutkan keningnya dan mencari sumber suara tersebut.

"Ponsel siapa ini? Apa milik di pelaku?" Edward melihat nomor kontak yang tertera di depan layar ponsel tersebut. "Nomor baru," gumamnya. Dia mengangkat sambungan telepon tersebut dan menempelkan ponsel itu di telinganya

"Bagaimana? Apa kau sudah membunuhnya"

Deg

Edward tertegun mendengar suara seseorang di seberang sana. Suara itu, suara yang sangat ia kenal.

"Halo ... Kau mendengar ku?"

Lagi-lagi Edward tidak menjawab. Dia mengepalkan tangannya erat dan menutup sambungan telepon begitu saja.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!