Bab 9 Bertengkar

Setelah para korban di bawa tim untuk di otopsi, Edward dan yang lainnya kembali ke kantor. Mereka berkumpul di ruang rapat dan mengumpulkan semua hasil penyelidikan yang selama ini mereka dapatkan baik dari kasus yang baru saja terjadi maupun kasus-kasus sebelumnya.

Mereka membandingkan kasus yang terjadi sebelumnya dengan kasus tadi malam. Dan memang benar, ciri-ciri pelaku sama dengan yang sebelumnya. Dia memakai mantel hitam dan topeng hitam.

"Jadi sudah bisa di tetapkan jika pelakunya memang pria bertopeng hitam. Tapi masalahnya, untuk apa dia melakukan semua itu? Apa dia mempunyai dendam pada para korban?" seru Jerry

"Mungkin saja iya, tapi masalahnya korban-korban sebelumnya tidak mempunyai hubungan apapun. Sementara untuk kasus tadi malam, kemungkinan mereka adalah rekan bisnis. Jadi, seandainya pria bertopeng hitam itu dendam pada para korban, apa yang mereka lakukan pada pelaku? Dan anehnya, ponsel korban yang bernama Thomas menghilang. Apa mungkin di ambil pelaku?" terang Alice

Semua nampak terdiam, termasuk Edward. Yang kedua anggotanya katakan memang benar. Pelaku adalah pria bertopeng hitam. Tapi, untuk apa pria itu melakukan semua kejahatan itu? Apa karena dendam? Tapi para korban tidak ada hubungan satu sama lain. Apa jangan-jangan pelaku adalah seorang pembunuh bayaran?

"Bagaimana menurutmu, Ed?" tanya Alice

"Aku tidak bisa memutuskan. Tapi setidaknya kita tahu jika pelaku adalah orang yang sama. Tidak seperti sebelumnya dimana banyak orang yang menyamar sebagai pria bertopeng hanya untuk melakukan kejahatan," seru Edward. Dia menghela nafas panjang dan kembali berkata, "seandainya ponsel korban bisa di temukan, mungkin kita bisa mendapatkan petunjuk di sana. Tapi sepertinya ponsel tersebut sudah di ambil pelaku."

Mereka menganggukkan kepalanya. Tidak ada petunjuk untuk mengungkap siapa pria bertopeng hitam itu. Tapi menurut kesaksian para korban yang selamat, pria bertopeng itu terlihat sangat ahli saat melawan korban. Dan sepertinya target pelaku adalah Thomas, sementara yang lain menjadi korban karena melawan pria itu.

Cukup lama mereka membahas hal itu. Mereka tidak bisa mengambil kesimpulan apapun selain pelaku yang memang sudah di ketahui sebelumnya. Apalagi hasil otopsi juga belum keluar. Tapi melihat luka di tubuh para korban, mereka bisa memastikan jika korban tewas karena luka tembak karena di tubuh korban tidak di temukan luka lain. Sementara untuk Thomas, sudah di pastikan sempat terjadi perkelahian antara pria itu dan pelaku.

Sayang, kesaksian para saksi tidak lengkap karena mereka semua adalah wanita penghibur di bar tersebut. Mereka terlalu takut dan syok dengan apa yang terjadi sehingga tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.

"Kita lanjutkan besok. Kita akan mendatangi lokasi kejadian perkara untuk melakukan penyelidikan sekali lagi,".seru Edward

"Siap kapten," sahut tim Alpha secara serempak. Mereka mulai membereskan pekerjaan mereka dan bersiap pulang. Apalagi hari sudah gelap. walaupun mereka tidak melakukan hal yang berat, tapi mencari pelaku pembunuhan yang akhir-akhir ini sering terjadi membuat mereka harus memeras otak.

Edward membawa pulang salinan hasil penyelidikan serta rekaman cctv di bar. Dia akan memeriksa nya sekali lagi nanti. Namun baru beberapa langkah ia keluar dari ruangannya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Dia mengerutkan keningnya saat melihat nama kontak di depan layar ponsel nya. "Daddy? Tidak biasanya Daddy menelepon. Apa terjadi sesuatu?" gumam Edward. Dia segera mengangkat sambungan telepon tersebut dan menempelkan ponsel ditelinga nya.

"Halo dad, ada apa?" tanya Edward

"Bisa kau pulang sebentar? Mommy mu dan Catherine bertengkar," ucap Samuel di seberang sana.

"Baik dad, aku akan segera kesana." Edward memutuskan sambungan telepon secara sepihak dan bergegas pulang.

...----------------...

Sementara itu di kediaman Simon, seorang gadis yang terlihat cantik, masuk kedalam rumah tanpa permisi. Dia adalah Catherine Simon, putri satu-satunya Samuel Simon dan Clara Simon.

"Kau pulang? Apa itu artinya kau menyadari kesalahan mu?" tanya Clara

Catherine menghentikan langkahnya saat hendak menaiki anak tangga. Dia menoleh dan melihat ibunya sudah berdiri di belakangnya dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Entah sejak kapan ibunya berdiri di sana? Bahkan saat ia masuk, ia tidak melihatnya tadi.

"Aku pulang bukan untuk mengakui kesalahan ku. Tapi aku ingin mengambil barang-barang ku," jawab Catherine ketus. Tanpa memperdulikan Clara, ia berlari menaiki anak tangga karena ingin segera mengambil barang-barangnya dan pergi dari sana.

Di sisi lain, Samuel yang melihat hal itu hanya bisa menghela nafas panjang. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Edward. "Bisa kau pulang sebentar? Mommy mu dan Catherine bertengkar," ucap Samuel

"Baik dad, aku akan segera kesana."

Samuel memasukan kembali ponselnya dan berharap Edward bisa menghentikan Catherine dan memberinya pengertian.

Setelah beberapa saat, Catherine turun dengan menarik koper besar di tangannya. Dia berhenti di depan ibunya dan berkata, "aku tahu mommy marah padaku. Tapi ini hidupku, mom. Ini pilihanku. Jadi aku harap mommy tidak akan mempersulit ku." Catherine melewati Clara begitu saja. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar ucapan sang ibu.

"Jadi kau memilih pria itu dari pada mommy?" Clara menoleh menatap punggung putrinya dan kembali berkata, "Mommy tidak akan menghalangi hidupmu. Mommy akan mendukung keputusan mu, tapi tidak dengan menjalin hubungan dengan pria itu. Mommy memang sudah menyelidiki jika dia pria dari keluarga baik-baik. Tapi feeling mommy mengatakan jika dia ..."

"Cukup mom!!" sela Catherine. Dia menoleh menatap dingin ibunya. "Jangan jadi kan hal itu alasan lagi. Mungkin menurut mommy dia pria yang tidak baik. Tapi menurutku, dia adalah segalanya."

"Aku tahu, di mata mommy yang terbaik hanya Edward, Edward dan Edward. Mommy selalu membanggakannya padahal dia bukan siapa-siapa di keluarga kita."

"CUKUP CATHERINE!!" bentak Clara

"Lihat!! Bahkan mommy membentak ku karena Edward." Catherine tersenyum sinis dan berkata, "ini salah satu alasan yang membuatku muak tinggal di sini." Catherine menarik kopernya dengan kasar dan pergi dari rumah itu.

Tanpa mereka sadari jika sedari tadi Edward mendengar semua pembicaraan mereka. Saat ia melihat Catherine berjalan ke arahnya, ia segera bersembunyi. Ia melihat Catherine yang mengusap air matanya dan buru-buru masuk kedalam mobil dan meninggalkan pekarangan rumah keluarga Simon.

Selama ini dia tidak tahu jika adiknya itu begitu tidak menyukainya. Di depannya dia akan tersenyum manis dan bersikap manja. Tapi ternyata semua itu hanya untuk menutupi luka di hatinya.

Untuk itu dia memilih tinggal di apartemen. Dia cukup sadar diri, siapa dia? Tapi sepertinya hal itu tidak bisa membuat harmonis keluarga ini.

"Sepertinya aku harus bicara dengan Catherine," gumam Edward

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!