Bab 3 Black Mask

Kabar tentang ciri-ciri pelaku pembunuhan sudah tersebar. Kini pria bertopeng hitam menjadi buruan para aparat penegak hukum, termasuk FBI. Namun, sudah beberapa hari berlalu, pelaku belum juga tertangkap.

"Apa ada petunjuk lain tentang pelaku?" tanya Edward

Alice menggeleng, tapi dia memberikan berkas laporan pada Edward. "Ini hasil penyelidikan dari Jerry. Para korban tidak ada hubungan sama sekali. Tapi mereka sama-sama mempunyai tato di lengannya."

Edward membaca laporan tersebut dan melihat tato di lengan keempat korban. Mereka sama-sama memiliki tato, tapi dengan gambar yang berbeda. "Apa kau tahu di mana mereka membuat tato ini?" tanya Edward

"Sudah, dan mereka membuat tato ini di tempat yang berbeda. Hal itu jelas membuktikan jika mereka tidak mengenal satu sama lain. Bahkan mereka pernah di penjara di waktu yang berbeda," terang Alice

Edward mengangguk pelan. Dia masih mengamati foto gambar tato di lengan para korban. Cukup lama ia memperhatikannya, sampai ia terkejut saat anggotanya melapor jika pria bertopeng itu kembali beraksi. Untuk itu, ia memerintahkan tim nya untuk segera ke lokasi kejadian.

"Bagaimana situasi di lokasi?" tanya Edward pada petugas sesaat setelah ia sampai di lokasi TKP

"Pelaku menyandera seorang wanita. Pelaku ingin merampas uang serta perhiasan yang korban pakai, tapi aksinya tersebut di pergoki warga yang langsung melaporkan pada kami," terang si petugas.

Edward mengangguk paham. Dia mengajak anggotanya untuk maju mengintai pelaku. Saat ini, si pelaku ketakutan karena telah di kepung. Dia menyandera korban dengan melingkarkan lengannya di leher korban dan menodongnya dengan pisau.

"Situasinya cukup sulit. Jika kita salah langkah, korban bisa terluka," ujar Alice

"Aku tahu, tapi coba kau perhatikan!! Tubuh pelaku gemetar. Mungkin dia ketakutan karena sudah di kepung oleh aparat kepolisian. Mungkin dengan kita bernegosiasi dengan pelaku, dia akan melepaskan korban."

Alice mengerutkan keningnya. "Semudah itu?" ucapnya tak percaya. Selama ini pelaku yang mereka cari sangat rapi saat melakukan kejahatan. Bahkan pelaku tidak meninggalkan jejak sama sekali. Dia sempat berfikir jika pelaku adalah orang yang ahli. Tapi jika cara penangkapannya seperti itu, bukankah itu terlalu mudah?

"Tidak ada salahnya mencoba." Edward maju perlahan sambil mengangkat kedua tangannya.

"BERHENTI DI SANA!! ATAU AKU AKAN MEMBUNUH WANITA INI!!" bentak si pelaku

Edward terlihat tenang. Dia mencoba bernegosiasi dengan pelaku secara perlahan. "Tenang kawan. Kau lihat aku tidak membawa senjata, kan? Aku hanya mencoba membantumu saja."

"A-apa maksud mu?" tanya si pelaku.

"Kau lihat di sini banyak polisi menodongkan senjata padamu kan. Walaupun kau melukai wanita itu, tapi kau tetap akan mati. Jadi aku sarankan untuk menyerah saja."

"APA KAU SUDAH GILA, HAH? AKU TIDAK MAU DI PENJARA."

"Tapi dengan menyerahkan diri, hukuman yang kau terima akan lebih ringan. Tapi jika kau membunuh wanita itu, bisa saja kau akan mati di tempat."

Pelaku menatap polisi yang mengincarnya dengan tubuh yang gemetar. Dan hal itu bisa di lihat oleh Edward. Dia mencari celah untuk menyelamatkan wanita yang di sandera oleh pelaku. Tapi ini cukup beresiko. Apalagi senjata tajam itu menempel di leher sandera.

Edward menatap sandera dan memberi kode padanya untuk tetap tenang. Dan beruntungnya, wanita itu paham akan hal itu.

"Jadi bagaimana? Kau mau menyerahkan diri atau mati?" tanya Edward

"AKU TIDAK MAU KEDUANYA."teriak pelaku

"Santai kawan. Aku memberimu kesempatan padamu. Saran ku ini cukup bagus, tapi kau tidak mau. Jadi mau bagaimana lagi." dengan gerakan cepat, Edward menarik senjata dari pinggangnya dan menembak kaki pelaku.

DOR

"Argh .. " pelaku memekik kesakitan hingga pegangannya pada sandera terlepas. Sandera memanfaatkan hal itu untuk berlari sementara Edward langsung membekuk pelaku. Pelaku di bawa oleh tim Alpha ke markas untuk di mintai keterangan.

"Seperti biasa, kau sangat hebat Ed," puji Alice

"Jangan berkata seperti itu. Semua tahu situasinya tapi mereka mempunyai pertimbangan untuk melakukan hal yang sama seperti apa yang aku lakukan. Lagipula ... "

"Lagipula apa?"

"Aku tidak sehebat itu jika belum bisa mengungkap pelaku yang membunuh kedua orang tuaku."

Edward mengepalkan tangannya erat mengingat peristiwa tragis 15 tahun yang lalu. Dia bersumpah akan mengungkap kasus tersebut dan membalas kematian kedua orang tuanya.

"Ed, Kau kenapa?" tanya Alice yang membuat Edward langsung tersadar dari lamunannya.

"Aku tidak apa-apa. Sekarang lebih baik kita kembali ke markas dan menginterogasi pelaku."

Mereka semua kembali ke markas. Dan pelaku mulai di interogasi oleh anggota penyidik. Dari keterangan pelaku, dia bukanlah pria bertopeng hitam yang sebenarnya mereka cari

Dia melakukan kejahatan dengan memakai topeng seperti pelaku pembunuhan karena menurutnya hal itu sangat keren dan tidak di ketahui orang. Tapi ternyata, nasibnya tidak seberuntung pelaku pembunuhan karena polisi dengan mudah menangkapnya.

"Huh ... Dasar menyebalkan. Aku kira dia benar pelaku yang kita cari. Ternyata dia hanya ikut-ikutan saja," gerutu Alice

Semua tertawa mendengarnya, termasuk Jerry. "Itu artinya kita harus lebih keras lagi mencari pelaku."

Alice berdecak kesal dan meletakkan barang bukti di depan Edward yang terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tapi sorot matanya tidak lepas dari topeng hitam yang saat ini ada di depan matanya.

"Topeng hitam," batin Edward

Terpopuler

Comments

𝑌ℎ𝑎𝑛𝑑𝑎

𝑌ℎ𝑎𝑛𝑑𝑎

pelaku yang bukan sebenarnya...
mencontoh, tapi apes. kasihan..😄

2024-03-01

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!