Revenge : Black Mask
"ANGKAT TANGAN!!" Suara lantang terdengar dari seorang pria yang memakai penutup kepala lengkap dengan senjata api di tangannya. Dia tidak sendiri, ada tiga orang lainnya yang memakai atribut yang sama. Mereka mengarahkan senjata pada orang-orang yang ada di sana.
Ya, mereka adalah sekelompok perampok. Mereka menjadikan bank sebagai target perampokan dan menyandera para pengunjung.
"CEPAT MASUKKAN UANG KE DALAM TAS INI ATAU JIKA TIDAK, AKU AKAN MENGHANCURKAN KEPALAMU!!" bentak perampok itu.
Pegawai bank menerima tas tersebut dengan tangan gemetar. Ia buru-buru memasukkan uang kedalam tas karena perampok tersebut menodongkan senjata padanya. Hal itu juga di alami oleh pegawai bank yang lain. Mereka di todong oleh dua perampok lainnya, sementara satu perampok mengarahkan senjatanya pada pengunjung yang saat ini tiarap di lantai.
Semua orang gemetar ketakutan. Tapi tidak dengan seseorang yang terus menatap satu persatu perampok tersebut. Dia adalah Charlie Walker, seorang mantan FBI yang kebetulan menjadi salah satu sandera.
Dia sangat ingin menghajar satu persatu perampok tersebut. Tapi ia tidak mau gegabah. Apalagi dia sempat melihat kearah jendela ada mobil polisi, itu artinya polisi sudah mengepung bank ini. Tapi walaupun begitu, ia tidak yakin jika mereka bisa menangkap para perampok. Bagaimana jika mereka menyandera pengunjung untuk kabur?
"Aku harus melakukan sesuatu," batin Charlie. Dia mencari celah saat mereka lengah. Dan sepertinya Dewi Fortuna berpihak padanya.
Salah satu perampok melempar tas pada temannya yang menyandera pengunjung. Dan saat perampok itu ingin memakai tas ke punggungnya, saat itu juga Charlie bergerak cepat. Dia mengangkat senjata perampok keatas dan menendang perampok hingga tersungkur ke lantai. Dia menembak kaki perampok dan beralih ke perampok yang lainnya.
Hal itu menimbulkan keributan. Semua pengunjung menjadi panik dan berhamburan keluar dari sana. Sementara ketiga perampok yang tersisa, berusaha melarikan diri dengan terus menembak asal.
Charlie tidak tinggal diam. Dia berlari dan berdiri di atas meja. Dia menembak tangan perampok hingga senjata mereka terlepas.
Charlie memanfaatkan hal itu untuk mengejar perampok dan memukulnya hingga pingsan. Namun, salah satu dari mereka berhasil kabur. Charlie mengejarnya hingga sampai di sebuah bar.
Perampok itu menembakinya asal yang membuat semua orang berteriak ketakutan dan berhamburan keluar. Tidak sedikit pelanggan bar menjadi korban tembak.
Charlie bersembunyi. Dia mengintai perampok dan menghela nafas panjang. Dia mengarahkan senjatanya dan dengan sekali tembak, perampok tersebut tewas seketika.
Tidak berapa lama, polisi datang dan mengevakuasi korban. Untungnya tidak ada korban meninggal. Mereka hanya mengalami luka tembak yang cukup serius. Dan tim membawa mereka ke rumah sakit.
Namun, mereka tidak menyadari jika ada satu korban yang tergelatak bersimbah darah.
...----------------...
Di sebuah rumah mewah, seorang pria berdiri dengan tatapan yang sulit diartikan. Di belakangnya puluhan pria bertubuh besar berdiri dengan kepala menunduk. Pria itu menghisap cerutu nya sambil melihat berita yang tersiar di televisi, dimana terjadi perampokan di sebuah bank di kota New York.
Tentu saja aksi heroik Charlie ikut terekspos. Banyak orang yang merasa kagum dengan keberanian pria itu melawan perampok. Walaupun tidak sedikit orang-orang yang mengalami luka tembak.
Pria itu menggertakkan giginya. Dia mengalihkan pandangannya dari televisi dan menatap seseorang yang tergeletak di depannya yang tewas mengenaskan.
"Siapkan semuanya!! Kita akan berburu malam ini," perintah pria itu
"SIAP BOS."
...----------------...
Setelah melewati berbagai macam pemeriksaan, Charlie memutuskan untuk pulang tanpa mau menjawab semua pertanyaan dari wartawan
Dia sudah sangat lelah karena seharian berada di kantor Polisi untuk memberi keterangan tentang situasi dan seluruh kronologi yang terjadi di TKP. Baru setelahnya ia menjenguk orang-orang yang menjadi korban tembak dari perampok. Dan setelah semua selesai, dia bergegas pulang untuk menemui keluarga kecilnya
"Aku sudah melihat beritanya. Kau tidak apa-apa kan?" tanya Ainsley
"Aku tidak apa-apa. Kau tenang saja."
Ainsley tersenyum dan membantu suaminya untuk membersihkan diri. Mereka sudah lama tidak terlibat dalam masalah, jadi wajar jika Ainsley sedikit khawatir.
Ya, setelah mereka mengundurkan diri dari FBI, mereka pindah ke LA dan hidup tenang di sana. Apalagi mereka di karuniai seorang putra yang saat ini berusia 10 tahun yang membuat kebahagiaan mereka bertambah.
Namun, tiga tahun yang lalu, ibu Charlie meninggal. Dan mereka memutuskan untuk kembali ke New York karena ada sesuatu kepentingan. Tapi siapa sangka, baru dua minggu di New York, Charlie sudah terlibat dalam insiden perampokan.
Walaupun Charlie baik-baik saja, tapi ada rasa takut di hati Ainsley. Entahlah, tapi ia berharap semua akan baik-baik saja.
Waktu terus berlalu, tidak rasa hari sudah malam. Charlie dan keluarga kecilnya bersiap untuk tidur. Hari ini banyak sekali hal terjadi dan itu membuat Charlie merasa lelah. Dia tidur di samping Ainsley dan memeluknya seperti biasa. Sementara putra mereka tidur di kamar terpisah.
Namun sayangnya, mereka tidak menyadari jika bahaya mengintai mereka.
Tepat tengah malam, sekelompok orang tak di kenal berdiri tidak jauh dari rumah Charlie . Mereka memasang peredam di senjata mereka dan mulai membagi tugas.
"Malam ini juga, kita habisi mereka."
"Baik."
Mereka mengendap-endap, berpencar mencari jalan untuk bisa masuk ke rumah tersebut. Tapi pergerakan mereka membuat anjing peliharaan Charlie menggonggong keras. Hal itu membuat Charlie terbangun. Tapi tidak lama kemudian, suara anjing itu tidak lagi terdengar. Hal itu di karenakan anjing itu di tembak mati oleh orang-orang itu.
"Sepertinya aku mendengar Doggy menggonggong. Atau hanya perasaanku saja," gumam Charlie. Dia hendak berbaring kembali. Tapi ekor matanya melihat sekelebat bayangan di luar sana. Dia kembali terbangun dan berjalan perlahan mendekati jendela.
Charlie menyipitkan matanya dan melihat ada beberapa orang tak di kenal berdiri di halaman rumahnya. "Siapa mereka?" batin Charlie. Tidak mau terlalu lama berfikir, ia segera mengambil senjata dan membangunkan istrinya.
"Ainsley, bangun!!"
"Ada apa Charlie?"
Charlie hanya memberi kode Ainsley untuk diam. Dia melirik kearah jendela dan wanita itu tahu jika ada bahaya datang.
"Pergi ke kamar Edward, aku akan mengecoh mereka," seru Charlie. Tapi tiba-tiba Ainsley menggenggam tangan Charlie. Dia mencium bibir suaminya itu cukup lama sebelum keluar dari kamar.
Charlie mengikuti Ainsley. Dia memberi kode jika semua aman dan meminta istrinya itu untuk segera ke kamar putra mereka.
Namun baru beberapa langkah, terdengar suara tidak jauh dari Ainsley. Mereka menunduk bersembunyi. Charlie melempar sesuatu sehingga menimbulkan suara.
Orang-orang itu mulai waspada. Mereka mengendap-endap mendekati sumber suara. Dan Ainsley memanfaatkan hal itu untuk pergi ke kamar putranya.
"Edward, bangun!!" Ainsley menggoyang pelan lengan Edward hingga anak itu terbangun.
"Mom!!"
"Ssttt ... Ayo ikut mommy!!" Ainsley menarik pelan Edward dan mengajaknya mengendap-endap keluar. Dia membawa Edward ke ruangan di sebelah kamarnya dan mengunci pintu.
"Mom, ada apa?" tanya Edward bingung.
Ainsley tidak menjawab. Dia menggeser meja dan membuka lantai yang terbuat dari kayu yang di desain menyerupai ubin di sekitarnya.
"Ayo masuklah Ed!!" pinta Ainsley
"Tapi mom ... "
"Tidak ada waktu." Ainsley memaksa Edward untuk masuk ke ruang bawah tanah. Dan sebelum ruangan itu di tutup, Ainsley membingkai wajah Edward dan bertanya, "Edward, apa kau menyayangi mommy dan daddy?"
Edward menganggukkan kepalanya pelan walaupun sebenarnya ia merasa bingung.
"Jika kau menyayangi kami, mau kah kau berjanji?"
"Apa mom?"
"Apapun yang terjadi, jangan pernah keluar dari sini. Apa kau mengerti?" ucap Ainsley. Lagi-lagi Edward menganggukkan kepalanya. Dan hal itu membuat wanita itu tersenyum. Dia menciumi wajah putranya dan memintanya untuk masuk. Baru kemudian dia menutup pintu ruang bawah tanah dan menggeser meja ke posisi semula.
Dia terdiam sejenak di sana. Sementara di luar sudah terdengar suara tembakan. "Charlie," lirihnya. Belum sempat ia beranjak dari sana, tiba-tiba pintu ruangan tersebut di dobrak hingga hancur.
Sekelompok orang tak di kenal, menodongkan senjata pada Ainsley yang bersimpuh di lantai membelakangi pintu.
Orang-orang itu saling pandang. Dan tanpa aba-aba mereka melepas tembakan. Tapi dengan cepat Ainsley menghindar sambil melemparkan beberapa belati kearah mereka.
Walaupun tidak mengenai organ vital, tapi belati tersebut berhasil melukai mereka. Dan Ainsley memanfaatkan hal itu untuk merebut senjata mereka dan menembakinya.
Diam-diam, Edward mengintip dari tempat ia bersembunyi. Tubuhnya bergetar saat mendengar suara tembakan. Dia sangat takut dan memberanikan diri untuk melihat. Namun, pemandangan yang sangat menyedihkan terpampang di depan matanya.
Ainsley menghujani orang-orang itu dengan tembakan namun tiba-tiba punggung Ainsley berdarah. Ia di tembak oleh seseorang yang entah dari mana. Tapi bisa di tebak jika ada sniper yang mengawasi mereka.
Tubuh Ainsley terjatuh di lantai. Dia melihat ke depan, dimana Charlie juga mengalami hal yang sama. "Charlie," batin Ainsley. Dia menitikkan air mata dan tidak berapa lama, dia memejamkan matanya untuk selama-lamanya
"Halo bos, semua sudah beres. Mereka sudah mati," seru salah satu pria itu pada seseorang diseberang sana
"Pergi dari sana dan hancurkan tempat itu."
"Baik." Pria itu memberi kode pada teman-temannya yang tersisa untuk segera pergi. Sementara Edward masih terdiam di tempat persembunyiannya dengan tatapan kosong. Tapi beberapa detik kemudian, terdengar suara peluru melesat kencang. Edward mulai tersadar dan kembali menutup pintu tersebut sebelum akhirnya terdengar suara ledakan yang dahsyat.
"ARRGHHH ..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ucu Borneo.
mantap tor👍
2024-03-07
2
🅷🆈🅰🅽🅳🅰🐿️
wah seru thor...
2024-03-01
0
HAMBA ALLAH
hm njajal sek moco
2024-02-17
0