Bab 10 Memberi Pelajaran

Edward masuk menemui kedua orang tuanya. Dia bertanya seolah-olah tidak mengetahui apa yang terjadi. Dari sana Samuel menjelaskan jika Catherine bertengkar dengan Clara karena masalah yang sama. Tapi Samuel tidak menyinggung ucapan Catherine yang iri terhadap Edward.

Pria itu mengangguk paham. Dia menemui ibunya yang berdiam diri di ruang kerja.

Ya, setiap ada masalah, ibunya akan mengurung diri di ruang kerja. Diam-diam dia akan menangis sambil memandangi foto sahabat nya.

"Maafkan aku, Ainsley. Maaf," lirihnya.

"Mom!!" panggil Edward

Clara buru-buru menghapus air matanya dan menyimpan kembali foto sahabat nya. Dia mendongak menatap Edward dan tersenyum, "kau datang? Tanyanya

Edward tidak menjawab. Dia mendekat dan bersimpuh di depan ibunya. "Mommy menangis?" tanya Edward

"Tidak, mommy hanya kelilipan tadi. O iya, tumben sekali kau datang. Apa pak tua itu yang memberitahu mu?"

Edward tertawa kecil ibunya memang pandai mencairkan suasana. Tapi tidak pandai menyembunyikan kesedihannya.

"Iya mom. Daddy menelepon ku. Beliau juga sudah menceritakan semua padaku." Edward menggenggam tangan Clara dan berkata, "mommy tenang saja. Aku akan mencoba bicara dengan Catherine besok."

Clara tersenyum dan mengusap pelan wajah Edward. Melihat pria itu membuatnya teringat dengan kedua sahabatnya. Edward adalah perpaduan kedua orang tuanya.

Hidung, bibir dan suaranya mirip dengan Charlie. Tidak hanya itu, bahkan keberanian dan ketegasan Edward benar-benar seperti Charlie. Sementara kedua mata Edward sangat mirip dengan Ainsley. Itu sebabnya setiap dia menatap kedua mata Edward, dia seolah tidak bisa menahan untuk tidak menangis. Dia sangat merindukan sahabat nya itu.

"Kau tahu Ed? Kau sangat mirip dengan kedua orang tua mu. Terimakasih sudah mau membantu mommy," seru Clara

Edward hanya tersenyum dan menggenggam tangan Clara yang mengusap wajahnya. Dia tahu jika ibu angkatnya itu sangat merindukan sahabat nya yang tidak lain adalah ibu kandungnya.

Dia sangat beruntung karena masih bisa merasakan kasih sayang dari orang tua angkatnya. Setidaknya hal itu bisa mengobati rasa rindunya pada ayah dan ibunya yang sudah lama meninggal.

"Kalau begitu, aku pulang dulu mom. Jangan begadang dan jaga kesehatan mommy," ujar Edward

"Kau tidak menginap?" tanya Clara yang di jawab gelengan oleh pria itu.

"Baiklah, hati-hati di jalan," ucapnya lagi

Edward mengangguk pelan. Dia mengecup pipi Clara dan meninggalkan wanita paruh baya itu sendirian di sana. Namun baru beberapa langkah, Clara berkata "Jangan pernah menyalahkan dirimu, Ed. Mommy tidak pernah membedakan kalian. Di mata mommy, kalian itu putra putri mommy. Mommy akan bertindak tegas jika kalian melakukan kesalahan."

Edward terdiam sejenak. Dia tersenyum dan berbalik menatap Clara. "Iya mom, aku mengerti." setelah mengatakan hal itu, Edward pamit pulang. Dia memang tidak bisa meremehkan insting ibunya sebagai mantan anggota FBI. Dia yakin jika ibunya tahu jika ia mendengar semua pembicaraan mereka. Itu sebabnya ibunya berkata seperti itu.

Tapi walaupun begitu, Edward tetap merasa tidak enak hati terhadap adiknya. Ucapan Catherine seolah mewakili apa yang wanita itu rasakan selama ini. Dia hanya tidak menyangka jika Catherine diam-diam menyimpan kesedihan itu.

Edward mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Hari kian larut dan ia ingin cepat-cepat sampai di apartemen dan membersihkan tubuhnya. Namun saat ia memarkirkan motornya di basemen, ia mendengar suara keras seorang pria. Ia menduga jika pria itu tengah memarahi seseorang. Terbukti suaranya begitu keras dan keluar caci makian yang kasar.

Edward mencoba mengabaikannya. Tapi kemudian, ia mendengar suara pekikan kesakitan. Edward justru penasaran. Ia melangkah mendekat untuk memastikan jika tidak terjadi tindak kekerasan.

Namun ternyata terjadi penganiayaan di sana. Dia melihat seorang pria berjas memukuli pekerja kebersihan secara brutal. Tentu saja Edward tidak tinggal diam. Dia menarik pria itu menjauh dari pekerja kebersihan.

"Apa yang anda lakukan, hah?" sentak Edward.

"LEPASKAN AKU!! BIAR AKU MEMBERI PELAJARAN PADA PRIA SIALAN ITU!!" pria itu terus memberontak saat Edward memaksakan menjauh dari pekerja tersebut.

"LEPASKAN!!!" teriaknya lagi

Edward mendengus kesal dan melepas pria itu dengan sedikit mendorongnya hingga tersungkur di lantai.

"BERANINYA KAU MENDORONG KU!!" bentak pria itu

Edward tidak menggubrisnya. Dia lebih memilih membantu pekerja itu untuk berdiri. "Anda tidak apa-apa?" tanya Edward

"A-aku tidak apa-apa tuan. Terimakasih sudah menolong ku," ucap pekerja itu

"Sama-sama pak. Tapi kalau boleh tahu, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Edward. Namun belum sempat pekerja itu menjawab, pria berjas itu sudah berdiri dan melontarkan kata-kata kasar.

"PRIA ITU SUDAH MENABRAK KU. LIHAT, BAJU KU SAMPAI KOTOR DAN BERBAU SAMPAH. AKU INGIN MINTA GANTI RUGI, TAPI DIA JUSTRU MENGHINAKU." bentak pria itu

Edward mendengus mendengar perkataan pria itu. Dia beralih menatap pekerja itu yang terlihat menunduk. "Apa itu benar?" tanya Edward

"Ti-tidak tuan. A-aku tidak menabraknya. Tadi saya ingin membuang sampah. Tapi peralatanku jatuh dan saya mengambilnya. Tuan itu berjalan sambil menelepon dan tiba-tiba tuan itu menabrak tong sampah yang saya bawa."

"JANGAN BERBOHONG!! JELAS-JELAS KAU YANG MENABRAK KU!!"

"Cukup!!" sentak Edward. "Kita selesaikan di kantor polisi. Bagaimanapun juga kau sudah melakukan penganiayaan. Dan luka lebam di wajahnya adalah bukti," seru Edward

Pria itu menatap Edward dengan hina. "Memangnya siapa kau, hah? Berani-beraninya membawaku ke kantor polisi. Kau pikir aku takut?"

"Baiklah jika kau tidak takut." Edward mengambil ponselnya dan menghubungi polisi. Dia mengatakan jika terjadi penganiayaan di basemen apartemen tempat ia tinggal.

Dan tidak berapa lama, polisi datang dan membawa pria itu dan pekerja ke kantor polisi. Edward juga ikut karena ia adalah saksi. Dia juga meminta anggota polisi untuk memeriksa cctv di sana untuk di jadikan bukti siapa yang bersalah.

Sebenarnya, bisa saja Edward menyelesaikan masalah itu. Tapi melihat keangkuhan pria itu membuat Edward muak. Dia akan membuat pria itu jera dengan di jebloskan ke dalam penjara.

Tidak berapa lama mereka sampai di kantor polisi. Keduanya di mintai keterangan di ruang terpisah. Mereka mempunyai versi masing-masing. Tapi rekaman cctv menunjukkan jika pria itu sudah berbohong. Untuk itu ia di nyatakan bersalah dan di jebloskan ke dalam penjara.

"LEPASKAN AKU!! AKU TIDAK BERSALAH!! HARUSNYA KALIAN MENANGKAPNYA, BUKAN AKU!!" pria itu terus memberontak saat di seret ke dalam sel. Dia di dorong masuk dan petugas mengunci jeruji tersebut.

"Kau ... " pria itu terlihat geram. Dia menggenggam erat jeruji besi dan menatap Edward dengan tajam. "Aku pasti akan membalas mu. Ayahku adalah orang kaya dan kakak dari kekasih ku adalah anggota FBI. Aku yakin, kau akan tamat."

Edward tertegun mendengarnya, tapi dia tidak terlihat gentar. Justru dia mendekat dan berkata, "aku tidak sabar menunggu. Jika kau sudah bebas, jangan lupa bawa ayah dan juga kakak kekasihmu itu untuk menemui ku. Apartemenku ada di lantai 4 nomor 127. Jangan lupa." Edward tersenyum sinis dan pergi begitu saja. Ia mengabaikan pria itu yang terus berteriak.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!