Bab 14 Petunjuk 2

Di tengah malam yang sepi, seorang pria mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi menuju sebuah tempat bersarangnya para mafia. Dia memarkirkan motornya dan merogoh bungkus rokok dan korek api. Ia mengeluarkan satu batang dan mengapitnya di mulut. Kemudian dia menyalakan korek dan menyulut rokok yang ada di mulutnya.

Kepulan asap keluar dari mulut dan hidung pria itu. Dia menatap rumah mewah yang tidak jauh dari tempatnya berada. Dia terus mengamati rumah tersebut sambil menghabiskan satu batang rokoknya. Kemudian dia kembali menyalakan lagi satu batang sambil mendekati pagar rumah itu.

"Rumah yang cukup mewah," gumamnya. Dia membuang rokoknya yang masih menyala dan menginjaknya. Baru kemudian dia mundur beberapa langkah dan langsung melompat, memanjat tembok pagar rumah tersebut

Dia diam sejenak di atas tembok sambil melihat situasi di sekitar rumah itu dan beruntungnya tidak ada Bodyguard di sana. Justru pria itu mendengar teriakan gaduh di dalam rumah tersebut. Dan dia bisa menebak jika sedang ada pesta di dalam sana

Tanpa berbasa-basi, dia langsung melompat turun dan mengendap-endap, mengintai rumah tersebut. Dia berdiri di dekat jendela dan melihat beberapa pria tengah berpesta dengan minuman beralkohol di tangannya di tambah ada wanita seksi menari-nari di depan mereka.

Pria itu berdecak pelan. Dia mengalihkan pandangannya kearah lain dan ternyata semua bodyguard berada di dalam. Dan mereka juga berpesta di tempat terpisah.

"Mereka bodoh atau bagaimana?" batin pria itu. Mereka menyebut dirinya sebagai mafia tapi tingkat kewaspadaan mereka sangat rendah. Apa mereka tidak berfikir jika sewaktu-waktu musuh bisa datang menyerang? Bukannya memperketat keamanan, tapi mereka justru menenggak alkohol dan bersenang-senang dengan para wanita malam. Sungguh sangat menjijikkan.

Tapi dengan situasi sekarang, justru sangat menguntungkan untuk pria itu. Dengan kesadaran mereka yang mulai menipis karena pengaruh alkohol, dia bisa mengalahkan mereka semua.

"Sepertinya Dewi Fortuna berpihak padaku. Sekarang kita lihat , dimana kau berada?" pria itu merogoh ponsel di saku mantelnya dan menghubungi salah satu nomor kontak yang tersimpan di ponsel tersebut. Pria itu tidak menempelkan ponsel itu di telinganya, melainkan terus menatap pria yang bersenang-senang di dalam sana.

Pria itu berdecak kesal karena tidak ada yang mengangkat sambungan telepon tersebut. Dia mengulanginya lagi dan lagi sampai salah satu dari mereka merogoh saku celananya dan melihat ponsel di tangannya.

Pria itu menyeringai. Kini dia sudah menemukan targetnya. Dia akan menghabisi semua orang yang ada di sana, kecuali pria yang baru saja ia hubungi karena ia membutuhkan informasi dari pria itu.

Tidak mau menunggu lama, pria itu segera mencari jalan untuk bisa masuk ke sana. Dia mencari pintu ataupun jendela yang bisa di buka. Dan beruntungnya, ada satu jendela yang tidak di kunci.

Saat pria itu masuk melalui jendela, pintu ruangan itu terbuka dan masuk bodyguard yang tengah mencumbu wanita penghibur.

Pria itu terdiam melihat kegiatan keduanya. Hingga si wanita menyadari keberadaannya. Pria itu meletakan jarinya di depan bibir, meminta wanita itu untuk diam. Lalu, pria itu mendekat dan memukul leher bodyguard hingga pingsan.

Wanita itu hampir saja berteriak, tapi pria itu langsung menodongkan senjatanya pada wanita itu. "Jika kau masih sayang dengan nyawamu, ikuti perintahku," seru pria itu mengintimidasi

Wanita itu mengangguk pelan dengan tubuh yang gemetar ketakutan. Dia tiarap saat pria itu memberi kode menggunakan pistol nya.

"Good," ujar pria itu. Dia mencari sesuatu yang bisa ia gunakan alat untuk melawan semua orang yang ada di luar sana. Sampai ia menemukan cairan chloroform.

Pria itu menyeringai dan memberikan cairan itu pada wanita itu. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?" seru pria itu

Wanita itu menerima botol berisi cairan chloroform dengan tangan gemetar. Dia tahu fungsi dari cairan itu. Itu sebabnya ia mengangguk perlahan dan mulai keluar dari ruangan tersebut. Sesekali ia menoleh kearah pria bertopeng itu yang terus mengawasinya. Ia menelan ludahnya kasar dan berjalan pelan mendekati sekumpulan orang yang tengah berpesta.

"Kemari sayang!! Puaskan aku!!" wanita itu di tarik oleh salah satu bodyguard agar duduk di pangkuannya. Namun wanita itu hanya tersenyum dan mencoba bersikap biasa. Kedua matanya melirik ke arah ruangan di mana pria bertopeng itu mengawasinya. Susah payah wanita itu menelan ludahnya saat menatap mata tajam pria itu, di tambah senjata api yang di arahkan padanya.

"Ha ha.. Tuan, kau mau aku puaskan?" tanya wanita itu.

"Tentu saja!!" pria itu mulai mengusap paha mulus wanita itu sementara bibirnya mencium dan menjilat lehernya.

Wanita itu hanya mengerang pelan. Diam-diam tangannya membuka tutup botol tersebut dan menyiram cairan dalam botol di tengah-tengah mereka.

Wanita itu menahan nafas saat cairan itu mulai menguap dan membuat satu persatu bodyguard di sana tidak sadarkan diri. Dia melirik pria bertopeng itu sekilas dan langsung menghampiri para bos yang juga berpesta di ruang terpisah. Dia duduk begitu saja di pangkuan salah satu bos mafia dan melakukan hal yang sama dengan menyiram cairan tersebut di tengah-tengah kerumunan tersebut. Namun kali ini, wanita itu tidak menahan nafasnya dan ikut menghirup aroma tersebut sehingga tidak lama kemudian mereka tergeletak tidak sadarkan diri.

Pria bertopeng itu menyeringai. Dia keluar dari tempat persembunyiannya dan mendekati mereka yang pingsan.

"Aku tidak menyangka akan semudah ini," gumamnya. Dia tidak perlu bersusah payah mengeluarkan tenaga untuk menyingkirkan mereka. Bahkan tanpa adanya pertumpahan darah. Justru ia merasa jika mereka benar-benar bodoh dan tidak pantas di sebut mafia. Tidak ada mafia ceroboh seperti mereka yang tidak mempunyai sistem keamanan dan lebih mementingkan kesenangan saja.

"Cih ... Dasar bodoh." pria bertopeng itu menghampiri si pria yang ia telepon tadi. Dia jongkok di depan pria itu dan menaikkan lengan jasnya. Terlihat gambar tato yang sama dengan Thomas. Dia juga memeriksa lengan yang lainnya dan mereka tidak mempunyai tato yang sama.

"Sepertinya aku hanya akan membawamu saja." pria itu menyeret tubuhnya layaknya seekor binatang. Dia akan membawa pria itu ke tempat yang jauh dari pemukiman untuk di interogasi.

Pria yang ia bawa adalah petunjuk yang ia miliki saat ini karena Thomas enggan membuka mulutnya. Dia terpaksa menghabisi Thomas dan mengambil ponselnya, berharap akan mendapatkan petunjuk.

Dia mulai menghubungi satu persatu nomor yang di hubungi oleh Thomas belakangan ini. Dan salah satunya adalah pria yang saat ini ada di tangannya. Dia memilih pria ini karena suaranya sedikit mirip dengan orang-orang yang ia cari. Dan ternyata benar jika pria itu satu geng dengan Thomas.

"Aku harap kau memberikan ku informasi yang aku inginkan." Dia mengikat pria itu.dan meninggalkannya begitu saja.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!