Setelah kepergian Edward, tidak berapa lama seorang pria paruh baya datang bersama pengacara dan bertemu dengan kepala polisi. Mereka melakukan negosiasi untuk membebaskan pria sombong yang baru saja di jebloskan ke dalam penjara oleh Edward.
Setelah melakukan negosiasi yang cukup alot, akhirnya pria sombong itu berhasil di keluarkan dari penjara dengan jaminan. Selain itu, pria paruh baya itu juga bersedia membayar kerugian kepada pekerja kebersihan yang menjadi korban.
"Terimakasih atas bantuannya pak. Sekali lagi saya minta maaf atas perilaku buruk putraku," seru pria paruh baya itu
"Tidak apa-apa tuan."
"Kalau begitu kami permisi dulu." mereka saling berjabat tangan baru setelahnya pria paruh baya itu beserta rombongan, pergi dari sana.
"Dad!!" panggil pria itu
"Apa? Kau mau minta maaf? Apa kau tidak kapok juga hah? Sudah berkali-kali aku mengatakan padamu untuk berhati-hati. Tapi kau sangat ceroboh," ujar pria tua itu
"Aku tidak tahu kenapa kau sangat berbeda dengan kakakmu. Harusnya, kau saja yang mati. Itu lebih baik daripada kau hidup tapi hanya membuat susah diriku," lanjutnya
"Dad, jangan berkata seperti itu. Bagaimanapun juga, aku satu-satunya putra Daddy saat ini. Jika bukan aku, lalu siapa yang akan meneruskan usaha Daddy."
Pria paruh baya itu menoleh dan berkata, "kalau begitu, buktikan jika kau pantas menjadi penerus usahaku." pria itu meninggalkan putranya yang masih berdiri di depan kantor polisi.
"Sial!! Ini semua gara-gara pria itu. Lihat saja, aku pasti akan membalasnya." pria itu menggeram kesal. Ini pertama kalinya ia harus berhadapan dengan polisi hanya karena masalah sepele. Dan hal itu sudah membuat ayahnya sangat marah, sampai-sampai membandingkannya dengan mendiang kakaknya.
Biasanya dia hanya akan membuat kekacauan di bar. Dan ayahnya akan membereskan kekacauan yang ia buat. Tapi sekarang, ayahnya harus bernegosiasi dengan polisi dan korban agar ia bisa di bebaskan.
Pasti hal itu menjadi hinaan terbesar untuk ayahnya. Apalagi jika sampai berita ini menyebar, Ayahnya akan mendapatkan cacian dari rekan bisnisnya baik dalam bisnis legal maupun ilegal.
"Aku akan membuktikan jika aku pantas mendapatkan posisi itu dad. Lihat saja nanti." pria itu mengepalkan tangannya erat. Dia menghela nafas panjang dan menghubungi sopirnya. Di saat seperti ini dia sangat membutuhkan kekasihnya. Untuk itu malam ini ia akan pulang ke apartemen kekasihnya. Mungkin dengan bercerita bisa membuatnya lebih tenang.
Tidak berapa lama sebuah mobil mewah terparkir di depan pria itu. Si sopir turun dari mobil dan membukakan pintu untuk tuannya. Baru setelah ia mengitari mobil dan masuk di belakang kemudi.
"Antar aku ke apartemen kekasihku," perintah pria itu
"Baik tuan."
Pria itu menyandarkan punggungnya dan memejamkan matanya sejenak saat mobil yang ia tumpangi melaju memecah keheningan malam. Tidak, hari bahkan menjelang pagi. Dia melirik jam di pergelangan tangannya dan kembali menghela nafas.
Seharian ia bekerja. Dan kedatangannya di apartemen di jalan X juga untuk membahas tentang pekerjaan. Tapi saat ia hendak pulang, ia justru mengalami insiden yang tidak mengenakan. Tunggu dulu!! Apartemen!!
"Aku tidak sabar menunggu. Jika kau sudah bebas, jangan lupa bawa ayah dan juga kakak kekasihmu itu untuk menemui ku. Apartemenku ada di lantai 4 nomor 127. Jangan lupa."
Pria itu mengepalkan tangannya dan menghubungi seseorang. "Aku punya mainan. Jangan lupa ajak yang lain untuk bermain di apartemen di jalan X, lantai 4 nomor 127." Pria itu mematikan sambungan telepon secara sepihak. Dia menyandarkan kembali punggungnya dan tersenyum sinis. "Kali ini tamatlah riwayat mu."
...****************...
Setelah semua selesai, Edward memutuskan untuk pulang. Dia menghela nafas panjang berkali-kali karena lagi-lagi dia harus menemui sebuah kasus saat hendak pulang.
Sebenarnya kasus kali ini sangat ringan. Bahkan jika dia mau, dia bisa menyelesaikannya saat itu juga. Tapi dia terlalu muak dengan kesombongan pria itu. Itu sebabnya dia lebih memilih membawa mereka ke kantor polisi agar pria itu jera.
Tapi dia penasaran dengan ucapan pria itu yang mengatakan jika kakak kekasihnya adalah anggota FBI. Apa dia mengenalnya? Mungkin mereka berada di dalam satu kantor. Dan dia yakin jika mereka bertemu nanti, mereka pasti akan terkejut satu sama lain.
Edward terkekeh membayangkannya. Dia memasukkan sandi dan masuk ke apartemennya. "Masih ada waktu untuk beristirahat. Tapi aku terlalu takut untuk memejamkan mata," lirihnya. Dia pergi ke dapur dan membuat secangkir kopi. Lebih baik ia menghabiskan waktu untuk memeriksa hasil penyelidikan hari ini dan juga salinan rekaman cctv. Siapa tahu dia bisa menemukan sesuatu.
Tapi, pikiran Edward justru terus tertuju pada ucapan pria sombong yang baru saja ia temui. Kakak kekasihnya seorang anggota FBI. Dia sangat penasaran dan lagi, hal itu juga mengingatkan nya pada Catherine.
Ya, sepertinya dia harus segera bertemu dengan adiknya. Dia tidak ingin Catherine dan ibunya bertengkar terlalu lama. Apalagi dia juga di kaitkan dalam masalah mereka.
Edward melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 03:00 pagi. Dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Catherine untuk bertemu. Dan semoga saja Catherine bisa datang.
"Hah ... lelahnya." Edward meregangkan otot-ototnya dan kembali memeriksa rekaman cctv di bar. Kedua matanya tidak lepas dari rekaman tersebut. Sesekali ia menyesap kopi hitamnya tanpa mengalihkan pandangannya.
Namun konsentrasinya buyar saat terdengar suara bel berbunyi. Dia menoleh sekilas kearah pintu dan beralih ke jam di dindingnya.
"Jam 4 lebih. Siapa yang bertamu pagi-pagi buta begini," batin Edward. Dia menutup laptopnya dan membereskan dokumen-dokumen penting di atas meja. Baru setelahnya ia mendekati pintu dan mengintip seseorang yang berdiri di luar sana.
"Siapa dia?" batin Edward
Dari pakaiannya, pria itu seperti kurir. Tapi dia tidak memesan apapun. Apa pria itu salah alamat? Tapi, memangnya ada kurir mengirim barang pagi-pagi buta begini?
Edward merasa curiga. Dia bertindak waspada dan perlahan membuka pintu tersebut. "Maaf, anda siapa?" tanya Edward
"Saya datang untuk mengirimkan paket untuk anda, Tuan." pria itu menyodorkan sebuah kotak pada Edward.
Edward terdiam sejenak. Perlahan kedua tangannya terangkat untuk menerima paket tersebut. Tapi tiba-tiba dari samping, seseorang menodongkan senjata padanya.
Orang itu tidak terlihat karena Edward masih di dalam pintu. Jadi dia tidak tahu jika ada beberapa orang yang bersembunyi di samping pintunya.
"Angkat tangan!!" seru pria itu.
Edward mengangkat kedua tangannya dengan paket yang masih ia pegang. Ia berjalan mundur saat orang-orang itu maju sambil menodongkan senjata padanya.
"Siapa kalian? Dan mau apa kalian datang kemari?" tanya Edward
"Kami datang untuk mencabut nyawamu." tanpa basa-basi orang itu menekan pelatuk dan ...
DOR
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments