Bab 17 Bertemu

Edward tidak terkejut saat melihat berita di televisi jika polisi menemukan mayat di rumah kosong di pinggiran kota. Bahkan FBI juga turun tangan dan mereka menetapkan pelaku adalah orang yang sama yang telah membunuh korban sebelumnya yaitu pria bertopeng hitam.

Namun sayangnya mereka tidak tahu siapa sosok di balik topeng tersebut. Kecuali Clara tentunya.

"Halo mom," jawab Edward setelah mengangkat sambungan telepon dari Clara

"Kau melakukannya lagi?" tanya Clara di seberang sana

Edward sempat terdiam. Dia tahu maksud Clara tapi ia berusaha bersikap sewajarnya. "Apa maksud mommy?"

"Tidak perlu berbohong Ed. Mommy tahu dari awal jika itu, kau. Bukankah mommy sudah memberi petunjuk dari awal."

Edward kembali terdiam. Dia teringat saat ia berkunjung ke kediaman keluarga Simon. Saat itu, ia tengah berbicara dengan Clara di ruang kerja dan tiba-tiba Clara mengatakan ia bisa membantunya menangkap pelaku dan saat itu juga, Clara memasang borgol di pergelangan tangannya.

Edward tertawa pelan. Jadi, ibunya tidak asal menebak jika ia adalah pria bertopeng hitam itu.

"Kenapa kau malah tertawa, hah? Apa kau pikir itu lucu?" tanya Clara kesal

"Maaf mom. Yeah, mommy benar, itu adalah aku. Jadi, apa mommy akan melaporkan ku ke polisi?"

"Dasar bodoh, jika kau bukan putra mommy, mommy pasti akan melakukannya. Tapi kau putra mommy dan mommy tahu kenapa kau melakukan hal itu. Kau ingin mencari orang yang sudah membunuh kedua orang tuamu, bukan?"

Edward berhenti tertawa. Ya, tebakan ibunya memang benar. Dia melakukan semua itu demi mencari tahu siapa yang sudah membunuh orang tuanya. Dan kini dia tidak mempunyai petunjuk apapun selain ponsel Thomas dan Jack.

Dia sangat berharap bisa menemukan pelaku lain yang ikut andil dalam pembantaian tersebut. Tidak hanya itu, tapi juga dalang utama yang memerintah mereka membunuh orang tuanya.

"Halo bos, semua sudah beres. Mereka sudah mati,"

Edward mengepalkan tangannya erat. Dia teringat kalimat terakhir yang ia dengar sebelum seseorang menghancurkan rumahnya.

"Edward!! Kau mendengar mommy?"

"I-iya mom. Aku mendengar mommy," ucapnya tersadar dari lamunannya

"Mommy sangat ingin membicarakan hal ini denganmu, tapi tidak melalui telepon. Jadi, kapan kau bisa datang? Atau kau ingin mommy yang kesana? Kebetulan mommy juga sudah lama tidak berkunjung ke rumah lama Ainsley."

"Aku tidak ingin membuat mommy bersedih, jadi biar aku saja yang mengunjungi mommy. Lagipula, aku berencana bertemu dengan Catherine dan kekasihnya hari ini. Jadi, kita bisa sekaligus membahas tentang mereka," seru Edward

Tidak ada jawaban dari Clara di seberang sana. Mungkin ibunya masih merasa kesal dengan Catherine karena bagaimanapun insting ibunya tidak pernah salah. Untuk itu ia ingin bertemu dengan keduanya untuk membuktikan apakah dia mempunyai penilaian yang sama dengan ibunya atau tidak.

"Mom, aku tahu kau masih marah. Tapi, tidak ada salahnya membiarkan mereka menjalani hubungan terlebih dahulu. Toh mereka hanya berpacaran," ucap Edward

"Katakan hal itu nanti setelah kau bertemu dengan mereka. Ya sudah, mommy tutup dulu teleponnya. Jaga kesehatan mu dan berhati-hatilah. Jika kau membutuhkan bantuan mommy, katakan saja!! Mommy siap membantu mu," seru Clara

Edward hanya menjawab dengan deheman kecil. Ia meletakkan ponselnya saat sambungan telepon tersebut sudah terputus.

"Hah ... Lebih baik aku bersiap untuk bertemu dengan Catherine. Dan semoga insting mommy tentang kekasih Catherine itu salah."

...****************...

Di salah satu apartemen mewah di kota New York, seorang wanita tengah berdiri di balkon, menikmati pemandangan kota. Dia adalah Catherine Simon, putri dari Clara Simon dan Samuel Simon.

Dia memilih tinggal di apartemen setelah pertengkarannya dengan sang ibu beberapa waktu yang lalu karena masalah kekasihnya yang bernama George Willis.

Mereka sudah menjalin hubungan sekitar 5 bulan. Dan saat ia mengajak George untuk menemui orang tuanya, sikap Clara begitu tidak ramah pada George. Bahkan secara terang-terangan , Clara menentang hubungan mereka.

Tentu saja Catherine marah. Mereka saling mencintai dan ibunya seenaknya memberi penilaian buruk pada kekasihnya. Bahkan diam-diam Clara mencari tahu tentang George.

Walaupun sudah tahu jika George berasal dari keluarga baik-baik, tapi tidak membuat penilaian Clara terhadap George berubah. Itulah sebabnya, Catherine memilih untuk tinggal di apartemen.

"Apa yang kau pikirkan sayang?" George memeluk Catherine dari belakang dan menopang dagunya di bahu wanita itu.

"Tidak ada. Hanya saja, hari ini aku akan bertemu dengan kakakku. Dia ingin aku mengajakmu. Kau mau kan?" tanya Catherine

"Tentu saja sayang. Aku juga ingin mengenal kakakmu. Siapa tahu kami bisa dekat satu sama lain," sahut George

Catherine tersenyum dan mengusap tangan George yang melingkar diperut nya. Dia sangat berharap jika kakaknya mempunyai penilaian berbeda dengan ibunya saat bertemu dengan George nanti. Dan kakaknya bisa membantunya memberi pengertian pada ibunya jika George adalah pria yang baik dan mereka saling mencintai.

"Ya sudah, sekarang lebih baik kita bersiap. Jangan membuat kakakmu menunggu lama," ujar George yang di jawab anggukan oleh Catherine.

Setelah mereka selesai bersiap, mereka segera meluncur ke restoran tempat mereka akan bertemu dengan kakak laki-laki Catherine.

Sementara itu di restoran tersebut, Edward sudah menunggu. Sesekali ia mengecek ponselnya apakah ada pesan masuk dari Catherine atau tidak. Dia sudah duduk di sana selama 10 menit tapi belum ada tanda-tanda kedatangan Catherine.

"Apa dia lupa? Atau terjadi sesuatu?" gumam Edward khawatir. Dia beranjak dari tempat duduknya dan ingin menyusul Catherine ke apartemennya. Namun ia mengurungkan niatnya saat melihat seseorang yang ia kenal masuk ke restoran.

"Akhirnya datang juga." Edward kembali duduk dan tersenyum menatap Catherine sambil mengangkat tangannya untuk memberitahu jika ia sudah memesan meja untuk mereka.

"Maaf aku terlambat kak," seru Catherine

"Tidak masalah. Aku pikir kau tidak jadi datang. Hampir saja aku mau menyusul mu ke apartemen."

"Aku baik-baik saja. Aku sedang mengambil cuti hari ini. Jadi aku terlambat bangun."

"Ck ... Dasar kau ini," gerutu Edward. "Oh iya, mana kekasihmu?" tanyanya

"Dia tadi di belakang ku." Catherine melihat kearah pintu dan terlihat seorang pria yang gagah dengan menggunakan setelan jas, masuk ke restoran. "Nah itu dia," ucap Catherine sambil menunjuk kearah pintu

Edward mengikuti arah telunjuk Catherine. Raut wajahnya yang sumringah mendadak berubah saat melihat pria yang Catherine maksud.

"Maaf, tadi ada sedikit masalah di basemen," seru George

"Tidak masalah. Oh iya, perkenalkan ini kakakku, namanya Edward."

George mengalihkan pandangannya dari Catherine dan terkejut menatap pria yang sedari tadi menatap tajam dirinya.

"Ka-kau ... "

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!