Masakan Ale

"Surprise..."

"Astaga kalian." Ale.

"Karena lu ga pernah bisa nongkrong bareng kita lagi jadi kita nongkrong di rumah lu." April.

"Iya, jadi ga ada alesan kita ga bisa kumpul kaya dulu." Tiwi.

"Maaf. Kan gw mau bikin surpise." Dinda.

Ale hanya diam. Matanya sudah berkaca-kaca satu kali saja Ale berkedip luruhlah air matanya. Dinda, Tiwi dan April mendekati Ale dan memeluknya bersamaan walaupun April sedikit kesulitan karena terhalang oleh perutnya. Nayla dan Oma Winda terharu melihatnya. Oma Winda sekaligus merasa bersalah karena meminta Ale untuk menikah dengan Bima.

"Ya Tuhan. Kenapa aku tidak memikirkan sejauh ini. Aku hanya takut cucu ku tak mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Tapi, lihatlah perempuan yang merelakan masa gadisnya hanya demi keegoisan aku. maafkan aku Tuhan." Batin Oma Winda.

Nayla melihat Oma nya hanya diam mematung dengan derai air mata di pipinya pun merasa serba salah. Nayla mencolek Ale dan memberi kode padanya jika Oma Winda menangis. Ale dan ketiga sahabatnya mengurai pelukan mereka. Kemudian Ale berjalan mendekati Oma Winda.

"Mi, Mami kenapa?" Tanya Ale.

Grep.

"Maafin Mami Le maafin huhuhuuu... Mami udah merampas masa muda kamu demi cucu Mami. Maafin Mami Le.." Ucap Oma Winda sambil terisak dalam pelukan Ale.

"Mami,, Mami ga salah apa-apa. Sssttt... Udah ya Mi jangan nangis." Ucap Ale mengusap lembut punggung Oma Winda.

"Oma, Tante masih bisa bermain bersama kita kok Oma. Hanya saja kita berinisiatif untuk nongkrong di rumah Oma. Karena dengan begitu April yang sedang hamil juga kan pastinya aman karena di sini di rumah. Tante juga bisa pantau Keira." Jelas Dinda.

"Iya Oma. Jadi kita tetep bisa kumpul walaupun rumah Oma jadi berisik dan berantakan karena ulah kita." Tiwi.

"Oma jangan sedih ya. Maafin kita mengganggu ketenangan rumah Oma." April.

"Oma tidak merasa terganggu. Oma senang kalian bisa datang ke rumah ini. Terutama cucu Oma yang satu dan dua ini. Jika tidak ada kalian mungkin mereka ga bakal sering-sering ketemu Oma." Oma Winda.

"Ya udah. Kalian bisa bersantai di mana aja ya. Gw mau masakin makan siang buat suami dulu ya. Dia pulang makan siang katanya." Ale.

"Tante, Nay ga di masakin? Kan Nay yang udah anter Tante belanja." Rengek Nayla.

"Ck... Iya tenang Tante masak untuk semuanya." Ale.

"Tante Nay mau bantu. Nay mau belajar masak juga." Nayla.

"Boleh. Ayo." Ajak Ale.

Sementara yang lain duduk manis di teras belakang bersama Keira juga. Yang semakin hari semakin montok dan menggemaskan. Sebelum memasak Ale menyapa putrinya terlebih dahulu kemudian berpamitan memasak pasa putrinya.

Satu jam berlalu berbagai masakan pun telah selesai di masak dan di hidangkan. Nayla sudah tidak sabar ingin mencicipi hasil karya Tantenya yang dirinya kagumi cara memasak Ale yang cepat. Para Bibi pun tak menyangka jika Ale pandai memasak.

"Sayang,,," Terdengar Bima memanggil Ale.

"Astaga! Udah dateng aja sih? Kan belum jam makan siang ya Nay?" Ale.

"Setengah jam lagi Tan. Udah sana nanti tantrum lagi." Nayla.

"Ish... Mana ada begitu. Biar aja. Biar usaha dulu cari." Ucap Ale yang tetap melanjutkan menyiapkan desert.

"Sayang, kamu disini rupanya." Ucap Bima dan langsung nemplok memeluk Ale dari belakang.

"Mas sudah pulang. Mau langsung makan?" Ale.

"Mau makan kamu." Bisik Bima.

Deg...

"Mesum." Ucap Ale mencoba melerai pelukan Bima.

"Ga apa-apa kan sama istri sendiri." Bima.

"Ish... Terserahlah. Mas aku bau ini baru selesai masak loh." Ale.

"Ngga. Mas nyaman begini." Bima.

"Huh... Terserahlah. Ada Dinda dan yang lainnya loh Mas." Ale.

"Ngapain mereka?" Bima.

"Katanya mau nongkrong di sini soalnya mereka ga mau aku ga ikut nongkrong." Ucap Ale dengan santainya.

Bima memutar tubuh Ale menghadap dirinya. Bima menangkup dua pipi Ale kemudian mendaratkan kecupannya di kening Ale cukup lama setelah itu kembali memeluk Ale dari depan. Kini Ale bisa membalas pelukan Bima.

"Maafin Mas ya sayang. Mas sudah merampas masa muda kamu dengan di beri tanggung jawab putri kita." Bima.

"Ish... Mas kok ngomong gitu kaya Mami. Ale ga keberatan kok." Protes Ale.

"Iya sayang. Karena kamu bidadari tak bersayap kami. Bahkan kamu tidak membenci Mas sedikitpun meski Mas menyakiti kamu." Bima.

Cup

Ale mengecup sekilas bibir Bima kemudian mengulas senyum manisnya.

"Jangan pernah bicara masa lalu. Kita hadapi masa depan dengan saling bergandengan ya Mas." Ale.

Grep.

"Mas semakin ga bisa kehilangan kamu sayang. Mas cinta sama kamu." Ucap Bima memeluk Ale.

Keduanya larut dalam kemesraan tanpa memperdulikan Bibi yang hilir mudik di dapur dan semua penghuni rumah yang berdatangan ke meja makan.

"Hem..."

Suara Opa Faris menginterupsi Bima dan Ale. Ale melerai pelukannya dna tersipu malu karena ketauan tengah bermesraan dengan Bima oleh Opa Faris dan Oma Winda.

"Makan dulu mesra-mesranya lanjut nanti." Opa Faris.

Tak ada yang bicara satupun semua langsung duduk di tempatnya masing-masing. Semua terdiam ketika suapan pertama masuk kedalam mulut mereka. Terutama Opa Faris, Oma Winda, Bima dan Nayla. Karena Dinda, April dan Tiwi sudah pernah merasakan masakan Ale.

"Ga enak ya Mas?" Bisik Ale pada Bima.

"Kamu yang masak?" Tanya Bima menoleh pada Ale.

Dengan takut Ale menganggukkan kepalanya memasang wajah panik. Karena takut masakannya tidak sesuai dengan selera mereka semua terutama Mertua dan suaminya. Bukan menjawab Bima mendaratkan kecupan di pipi Ale.

"Masakan kamu enak sayang. Mas berasa sedang makan di restoran bintang 5." Puji Bima.

"Ish.. Lebay. Mana ada begitu." Ale.

"Bima benar Le. Masakan kamu enak. Papi harus olah raga lagi nih. Karena pasti nambah makan berkali-kali." Opa Faris.

"Jadi, Opa sama Oma belum pernah ngerasain masakan Tante?" Tanya Dinda dan di jawab gelengan oleh semuanya.

"Aduh,, kemana aja. Nyonya Bima sibuk ya. Masakan Ale itu mantap banget ga ada duanya." Puji Dinda.

"Ck.. Udah yuk kita lanjut makan." Ajak Ale mengalihkan pembicaraan.

"Besok Mas mau di masakin lagi ya sayang. Eh, makan malam nanti masakan kamu juga kan?" Bima.

"Ngga ah cape. Katanya Ale ga boleh masak ngurus Keira aja. Nanti Ale gantian ada waktu ngurus Keira." Jawab Ale pura-pura merajuk.

"Sayang,,, Mas percaya kok kamu bisa bagi waktunya. Mas nanti ga bisa makan loh kalo ga di masakin kamu." Rengek Bima.

"Hahaha... Jangan Tan cape masak itu. Tante mending ke salon aja sama Nay sama Dinda biarin aja Om kelaperan." Ledek Nayla.

"Nay, Om ga transfer ya..." Bima.

"Jangaaan."

🌹🌹🌹

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!