Signal Pembinor

Semua telah kembali pada rutinitas masing-masing. Ale kembali mengatur jadwal pergi ke kampus dengan Keira dan Suster Yuli. April, Tiwi dan Dinda terkadang sebal sekaligus kasian pada Ale yang setelah berstatus sebagai istri dunia nya seolah berkurang. Yang Ale tau sekarang hanya kuliah dan bayinya.

April tampak termenung. Dirinya pun akan sama seperti Ale yang juga akan di repotkan dengan keberadaan bayi mungil tak berdosa. Bedanya jika April berasal dari rahimnya sementara Ale sudah seperti buy 1 get 2. Namun, April begitu khawatir karena saat kelahirannya nanti sudah mendekati akhir masa kuliahnya. April takut tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu bersama para sahabatnya.

"Ga usah khawatir Pril, meskipun lu ga bisa sama-sama kita tetep ada buat lu kok." Tiwi.

"Iya Pril lu tenang aja. Kita bakal bantuin lu kok." Dinda.

"Ale kan enak punya bayi juga Om Bima bisa bayar suster. Klo gw, lah kasian laki gw kalo harus bayar suster juga." April.

"Astaga! Lu ga tau aja Ale ngelakuin semuanya sendiri tanpa bantuan suster kecuali Ale pergi ngampus." Dinda.

"Serius Din?" Tanya Tiwi dan April bersamaan.

"Iya masa gw bohong." Dinda.

"Ya Tuhan... Gw fikir ya ngga. Kan emang udah ada sus dari sebelumnya." April.

"Ngga Pril. Itu kenapa Om gw bucin sama Ale. Malah Om Bima kadang cemburu sama Keira." Dinda.

"Besok main ke tempat Ale yuk. Kasian dia ga pernah nongkrong sama kita. Jadi kita pindah nongkrong aja di rumah dia." Tiwi.

"Oke."

"Setuju."

Seperti yang telah di sepakati keesokan harinya karena kuliah hanya pagi April, Dinda dan Tiwi akan berkunjung ke kediaman Anggara. Namun, mereka masih merahasiakannya dari Ale. Seperti biasa Ale pamit terlebih dahulu untuk pulang dengan alasan ga tega ninggalin Keira. Begitulah selalu yang menjadi alasan Ale. Kenyataannya Ale merasa tidak enak jika dirinya masih harus main sementara putrinya membutuhkannya.

"Guys... Gw duluan ya." Ale.

"Astaga! Santai dikit kenapa Le." Tiwi.

"Hehehe... Iya Wi. Mau mampir supermarket dulu ada yang mau di beli." Ale.

"Mau di anter Tan?" Dinda.

"Ish... Apaan sih Din." Ale.

"Aduh, jadinya kebiasaan Le manggil Lu tante. Biar aja deh" Dinda.

"Biar enak juga Le jadi terbiasa pas kumpul keluarga." April.

"Iya iya gimana enaknya aja deh." Ale.

"Lu bawa mobil Le?" Tiwi.

"Ngga. Naik ojol aja biar ringkes." Ale.

"Tante Al.." Teriak Nayla yang memang berkuliah di kampus yang sama.

"Astaga! Nongol lagi deh ni satu." Ale.

"Tan, Om telfon Nay nih minta anterin Tante ke supermarket." Lapor Nayla.

"Hah! Ngapain dia nelpon kamu sih?" Ale.

"Tuh anak satu katanya telfon dari Om ga di angkat-angkat." Tunjuk Nayla pada Dinda.

"Yee... ya maaf adek lupa ponsel silent." Dinda.

"Ya udah yuk Tan." Ajak Nayla.

"Kamu ga ada kelas lagi?" Ale.

"Ga ada Tan." Nayla.

"Ya udah. Kita pergi duluan ya guys..." Pamit Ale.

"Bye... Ati-ati Tan. Kak Nay bawa mobilnya ugal-ugalan." Teriak Dinda.

Ale dan Nayla tak menjawab apapun namun lidah Nayla terjulur meledeki adiknya. Meskipun mereka berbeda ibu mereka terlihat akur. Tiwi, Dinda dan April pun menuju mobil masing-masing. Dan segera meluncur ke kediaman Anggara.

Sementara di supermarket Ale terlihat sibuk memilih berbagai macam bahan masakan yang ingin di masaknya demi permintaan sang suami yang ingin memakan masakannya. Nayla pun dengan setia mengekori sang Tante yang sibuk berbelanja.

"Alexa." Indra.

"Loh, Ndra ngapain lu?" Ale.

"Belanja lah. Lu belanja juga?" Indra.

"Iya jelas gw belanja. Lu?" Tanya Ale.

"Gw nganterin nyokap. Tuh dia." Tunjuk Indra pasa wanita yang sesuai dengan ibu Ida.

Mama Indra pun menghampiri Indra demi melihat siapa perempuan yang di sapa sang putra. Senyumannya pun merekah dengan sempurna ketika melihat dua wanita cantik berdiri di hadapan Indra putranya.

"Siapa Ndra?" Mama Indra.

"Temen kampus Mah." Indra.

"Halo kenalkan saya mamanya Indra." Ucap Mama Indra menjulurkan tangannya.

"Saya Alexa Tante teman satu kelas Indra. Dan ini keponakan saya Nayla." Ale.

"Owh! Masya Allah Tante sama ponakannya sama-sama cantik ya." Puji Mama Indra.

"Makasih Tante." Ale.

"Kami duluan ya Tan. Kami sudah selesai berbelanja." Pamit Ale kemudian.

"Iya mari sama-sama Tante juga udah selesai kok." Mama Indra.

Mereka berempat jalan beriringan. Nayla berusaha menjauhkan Indra dari dekat Ale karena Nayla mencium bau-bau jika Indra menyukai Ale. Dam itu sangat tidak aman bagi Tante dan Om nya. Sampai di kasir Ale mendapatkan antrian terlebih dahulu sedangkan Mama Indra masih mengantri di sebelah kasir Ale.

"Astaga! Anak siapa dia? Dia punya kartu hitam aduh beruntung banget sih anak aku bisa kenal sama anak orang kaya." Batin Mama Indra saat melihat Ale mengeluarkan kartu sakti yang di berikan Bima setelah menikah dengannya.

Walaupun Bima mendiamkan Ale namun kartu sakti itu Bima berikan pada Ale.

Ale dan Nayla pergi lebih dulu tanpa berpamitan pada Indra dan Mama nya. Ale memasukkan belanjaannya ke dalam bagasi sementara Nayla masuk lebih dulu ke dalam mobil dan duduk di balik kemudi.

"Ndra, itu temen kamu anak siapa? Aduh liat tuh mobilnya aja mobil mewah." Tunjuk Mama Indra pada mobil Nayla.

"Ga tau Mi. Itu mobil Nayla. Ale sih ga pernah bawa mobil dia biasanya naik ojol ke kampus." Indra.

"Hah! Kamu yakin Nak?" Tanya Mama Indra tak percaya pasalnya dirinya melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Ale mengeluarkan kartu sakti.

"Iya Ma. Ale tuh tertutup banget. Sejak tingkat pertama susah banget mau deketin dia." Lapor Indra.

"Makanya kamu minta mobil baru sama Papa biar bisa dapetin Ale." Mama Indra.

"Ck... Ga yakin Ma." Indra.

"Pepet terus Nak. Kayanya dia anak orang kaya. Tadi Mama liat dia belanja pake kartu sakti." Mama Indra.

"Ini juga lagi mepet Mah dari dulu malah. Tapi susah banget apalagi kalo dia udah bareng sama ketiga temannya." Indra.

"Terus usaha lah. Masa anak Mama ganteng begini dia ga mau." Mama Indra.

Sementara di mobil Nayla menanyakan perihal Indra pada Ale. Karena rasa penasarannya. Dan seperti dugaannya Indra menyukai Ale dan Ale tidak pernah merespon apapun. Sungguh menyedihkan si Indra itu menurut Nayla.

"Tapi Tante ga risih di deketin dia?" Nayla.

"Risih tapi biar ajalah males juga." Ale.

Nayla hanya menggelengkan kepala mendengar alasan Ale tentang Indra. Tante nya ini benar-benar cewek antik. Pantesan Om nya keukeuh minta buat anterin Ale belanja rupanya signal pembinor terdeteksi.

"Eh, itu bukannya mobil April, Tiwi sama Dinda ya."

🌹🌹🌹

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!