Kekuatan Ale

Karena tak kunjung sadarkan diri Oma Winda pun di larikan ke rumah sakit. Semua panik. Ale masih menangis di bawah guyuran shower di kamar mandi tak tau jika Oma Winda di larikan ke rumah sakit. Setelah cukup lama di dalam kamar mandi menumpahkan tangisnya Ale pun keluar dari kamar mandi berganti pakaian. Saat akan merebahkan tubuhnya terdengar ketukan dari pintu.

"Sebentar." Jawab Ale karena ketukan terdengar tergesa.

"Maaf Nyonya. Nyonya besar di bawa ke rumah sakit." Lapor Suster Yuli.

"Masya Allah. Apa sudah dari tadi sus?" Tanya Ale cemas.

"Baru saja Nyonya. Tapi, non Dinda dan Non Dina masih di bawah." Suster Yuli.

"Ikut saya ke rumah sakit Sus. Tolong pesankan taksi online saya siap-siap dulu." Ale.

"Baik Nyonya." Jawab Suster Yuli patuh.

Mengingat Keira pun berada di rumah sakit akhirnya Suster Yuli mau ikut bersama Ale ke rumah sakit. Saat Suster Yuli turun Dina melihatnya.

"Apa Tante Ale sudah mau membuka pintu sus?" Tanya Dina.

"Sudah Nona. Saya di minta ikut dengan Nyonya dan memesan taksi online untuk ke rumah sakit." Suster Yuli.

"Tidak perlu sus. Kita pergi sama-sama pake mobil Dinda." Dinda.

"Baik Nona." Suster Yuli.

Dina pun menitipkan Kelen pada Bibi karena tak mungkin membawa Kelen ke rumah sakit walau di sana nanti ada Keira juga. Keadaan belum kondusif jadi mungkin Kelen dan Keira masih pernah dingin terutama Keira yang mungkin masih takut berdekatan dengan Kelen.

"Le," Panggil Dinda yang melihat wajah Ale yang sembab.

"Kita pergi sekarang." Ucap Ale tanpa bicara apa-apa lagi.

Dina memberi kode adik iparnya untuk tidak bicara apapun dulu dengan Ale karena suasana nya belum pas. Apalagi sekarang Oma Winda masih belum sadar.

Sementara di rumah sakit Opa Faris menampar Bima pada pipi kiri dan kanannya setelah sebelumnya Bima menitipkan Keira pada Bunda Sarah. Bima hanya diam menerima perlakuan Opa Faris yang menamparnya di ruang publik.

"Itu tak sebanding dengan sakit hati yang kamu torehan untuk Mami dan Istrimu." Ucap Opa Faris tegas dan menekan.

"Pi, sabar Pi. Papi harus bisa mengendalikan diri. Ingat Pi, Mami sedang sangat membutuhkan Papi." Ucap Ayah Rehan menenangkan mertuanya.

Ceklek

Pintu ruangan terbuka kemudian munculan Suster dari dalam. Opa Faris langsung berdiri dan menghampiri nya.

"Bagaimana keadaan istri saya Suster?" Tanya Opa Faris.

"Maaf Tuan. Sejak tadi pasien memanggil nama Ale, apa ada nama tersebut di antara salah satu keluarga di sini?" Tanya Suster tersebut.

"Saya Suster." Jawab Ale yang baru saja datang.

Semua menatap kedatangan Ale termasuk Bima. Keira yang mendengar suara Mommy nya pun kembali menangis dan mengulurkan tangannya pada Ale.

"Maaf nona dokter meminta anda untuk masuk ke dalam." Suster.

"Baik. Terima kasih Suster." Ale.

Sebelum dirinya melangkah masuk Ale meminta ijin pada Opa Faris dan Opa menginjinkannya. Ale pun masuk seorang diri menghampiri Oma Winda yang tengah terbaring tak berdaya dengan selang oksigen menempel pada hidungnya.

"Maaf anda Ale?" Tanya dokter.

"Iya Dokter saya Ale Alexa." Jawab Ale.

"Baiklah saya akan memberikan waktu kepada anda untuk berbicara dengan pasien sebelum saya memintanya untuk beristirahat. Karena sepertinya pasien membutuhkan anda." Jelas Dokter.

"Terima kasih Dok." Ale.

Ale melihat Keira dalam gendongan Bunda Sarah yang tengah menangis dan melambaikan tangan padanya. Ale pun mendekatinya terlebih dahulu mencium pipinya yang gembul kemudian berkata dengan air mata luruh di pipinya sambil mengusap keningnya yang benjol.

"Sayangnya Mommy jangan nangis ya. Mommy ketemu Oma dulu sebentar ya. Keira jangan rewel sama Bude ya." Ucap Ale kemudian mencium puncak kepala Keira.

Seolah mengerti perkataan Ale Keira pun diam dan merebahkan kepalanya di dada Bunda Sarah. Bunda Sarah pun memeluk Keira dan meneteskan air mata harunya. Betapa besarnya pengaruh Ale untuk Keira. Bima yang melihat itupun hanya diam memejamkan matanya.

Ale memasuki ruangan yang terdapat Oma Winda di dalamnya. Oma Winda masih memejamkan matanya dua orang perawat berada di sisi kanan dan kirinya dan seorang dokter yang tadi memanggilnya.

"Ale,," Ucap Oma Winda lirih.

"Mami,, ini Ale Mi." Ucap Ale pelan seraya menggenggam tangan kanan Oma Winda.

Oma Winda membuka matanya perlahan kemudian mengusap pipi kanan Ale yang tadi kena tamparan Bima. Air mata Oma Winda pun mengalir begitu saja. Perih terasa saat putra yang dia banggakan harus menyakiti perempuan baik seperti Ale.

"Mami sehat ya Mi. Papi nunggu Mami di luar. Papi sangat khawatir Mi." Ucap Ale mengulas senyumannya walau derai air mata tak berhenti mengalir.

"Ini pasti sakit ya nak?" Ucap Oma Winda mengusap pipi Ale yang masih terlihat memerah.

"Lebih sakit melihat Mami sakit begini Mi. Mami kuat ya Mi. Kita pulang." Ale.

Oma Winda pun menangis kuat saat Ale nyatakan hal yang membuat hatinya semakin teriris. Ale memeluk lengan Oma Winda kemudian merebahkan kepanya di perut Oma Winda.

"Mami kekuatan Ale jika Mami sakit maka Ale juga sakit Mi. Kita pulang ya Mi." Ale.

"Ya. Mami kuat nak. Mami akan pulang." Ucap Oma Winda lirih.

Dokter menghampiri Ale dan Oma Winda. Meminta ijin untuk melakukan pemeriksaan kembali dan menyatakan jika Oma Winda boleh pulang karena nampaknya Oma Winda hanya shok saja. Mungkin ada keadaan yang membuat Oma Winda terkenang dengan kejadian masa lalu.

Ale pun keluar dari ruangan Oma Winda untuk meminta Dinda menyelesaikan administrasi perawatan Oma Winda. Baru di ambang pintu Opa Faris mendekatinya dan bertanya mengenai keadaan Oma Winda.

"Bagaimana Mami nak?" Opa Faris.

"Mami sudah baik-baik Pi. Papi bisa masuk ke dalam. Ale akan meminta Dinda untuk menyelesaikan administrasi terlebih dahulu." Ale.

"Biar Abang yang selesaikan Le. Kalian persiapkan saja Mami untuk pulang." Ayah Rehan.

"Terima kasih Bang." Ale.

"Tidak perlu berterima kasih." Ayah Rehan.

"Mamamama..." Celoteh Keira yang membuat semua menoleh padanya.

Tak di sangka Keira memanggil Ale. Ale pun segera menghampiri Keira dan membawanya dalam gendongan Ale. Keira merebahkan kepalanya di dada Ale seolah dirinya tak ingin di pisahkan lagi dengan Mommy nya. Ale mengusap lembut kepala Keira hingga ke punggung.

Bima hanya diam sejak tadi tak sepatah kata pun terucap darinya. Ale membawa Keira masuk ke dalam ruangan Oma Winda. Oma Winda tengah di bantu duduk oleh Opa Faris dan Nayla. Nayla dan Dinda sigap membantu Oma Winda setelah berhasil duduk.

"Cucu Oma.." Ucap Oma Winda melihat Keira dalam gendongan Ale.

Ale mendekatkan Keira pada Oma Winda namun Keira tak bergeming. Keira hanya diam dalam dekapan Ale. Bima mendekati Oma Winda kemudian bersimpuh di hadapannya.

"Mi,"

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

retiijmg retiijmg

retiijmg retiijmg

bab mewek ini mah..😭😭😭

2024-04-30

0

Rita Riau

Rita Riau

ahh,,, Thor bikin aq mawek 😭

2024-03-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!