Nikah

Dinda duduk di tepian tempat tidur dimana April tengah duduk bersandar pada headboard dan menatap Dinda. Tiwi berdiri di depan Dinda menatapnya tajam. Sementara Eros dan dua temannya hanya diam tak tau menau perihal masalah perempuan.

"Jadi lu mau nikah diem-diem Din?" Tiwi.

"Eh ngga bukan itu Wi. Gw ga mau nikah. Kan lu semua tau kalo gw jomblo." Dinda.

"Terus minggu depan?" Tiwi.

"Om Gw yang mau nikah pagi Wi." Dinda.

"Lu yakin?" Tiwi.

"Yakin Wi. Masya Allah lu ga percaya banget sama gw." Dinda.

"Musrik gw percaya sama lu. Percaya tuh sama Tuhan." Tiwi.

"Ash..." Dinda.

"Om lu yang punya bayi itu Din yang mau nikah?" April.

"Iya Pril." Dinda.

April melihat Dinda gugup mana kala membahas pernikahan Om nya hingga fikiran jelek pun hingga di kepalanya.

"Apa Dinda akan di nikahkan dengan Om nya?" Batin April.

"Din,,, Lu..." Ucap April namun segera di sanggah Dinda yang mengerti kemana arah panggilan April.

"Bukan. Astaga! Huh... Baiklah... Sebenarnya ini bukan hak gw ngomong tapi gw harap kalian maafin kita. Karena semua serba mendadak seperti baso bulat yang enak kalo dadakan." Dinda.

Plak...

"Serius." Tiwi.

"Ish... Ngalahin mak tiri banget sih lu." Dinda.

"Makanya serius." Tiwi.

"Om Bima itu mau nikah sama Ale."

"Hah!"

"Apa!"

"Huh! Gw fikir juga Om Bima akan nikah sama siapa. Pas lamaran kemarin gw kaget bukan main karena ternyata Ale yang di lamar." Dinda.

"Terus kenapa Ale ga bilang ke kita tadi?" Tiwi.

"Dia mau bilang tadi sekaligus ngundang kalian minggu besok tapi keburu Bang Ardan datang." Dinda.

"Ah, iya. Ale aman pergi sama Bang Ardan?" April.

"Aman Pril. Kata Ale Bang Ardan udah baik sama dia." Dinda.

"Syukurlah."

"Pril selamat ya Lu bentar lagi bakal jadi Ibu. Gw pamit pulang dulu ya Pril. Ayo Lu mau balik ga?" Tanya Dinda pada Tiwi.

"Balik lah... Pril selamat juga ya. Hati-hati di jaga ya ponakan gw." Tiwi.

"Bang, kami pamit pulang juga Bang. Selamat juga Bang. Udah calon Bapak sekarang." Ucap salah satu polisi rekan Eros.

"Siap terima kasih semuanya." Eros.

Mereka semua pun bubar barisan menyisakan April dan Eros. Eros menaiki tempat tidur dimana April berbaring. Kemudian Eros memeluk dan menciumi seluruh permukaan wajah April membuat April kegelian namun Eros tak menghiraukan. Kemudian Eros turun ke perut April menciumi nya.

"Sehat-sehat ya sayang di perut Bunda." Eros.

"Mas, emang beneran ya aku hamil? Ini bukan hoak kan?" April.

"Besok kita cek sayang. Atau mau sore ini kita pergi cek?" Eros.

"Hmm... Ikut Mas aja deh." April.

Sementara Ale di ajak Ardan untuk makan siang bersama di kafe tempat biasa Ardan dan teman-teman nya nongkrong. Ardan menggandeng tangan Ale seakan takut jika Ale akan pergi meninggalkannya. Ale hanya mengulas senyumannya mendapatkan perlakuan yang begitu manis dari sang Kakak yang selalu dia idam-idamkan sejak dulu.

"Ar, akhirnya lu gandeng cewek juga. Kirain gw lu jeruk makan jeruk." Sebut laki-laki yang sepertinya teman Ardan.

"Ini adek gw." Ardan.

"Adek ketemu gede?" Ledek laki-laki itu lagi.

"Terserah lu deh." Ardan.

Ardan pun mengajak Ale duduk di bangku dekat jendela. Kemudian Ardan membiarkan Ale memilih menu apa saja yang Ale inginkan. Sementara Ardan hanya diam memperhatikan adiknya yang sejak lama dia campakkan.

"Bang, Abang kenapa melamun?" Ale.

"Hah! Eh, ngga apa-apa. Adek udah pesan?" Ardan.

"Udah. Tinggal Abang nih udah di tungguin sama Mas-Mas nya." Ale.

"Oh! Iya. Samain aja sama pesanan adek saya ya Mas." Ardan.

Ale tersenyum ketika pelayan sudah pergi dari meja mereka berdua.

"Abang minta maaf ya Dek. Abang amat sangat berdosa sama Adek." Ardan.

"Abang,, Adek udah berapa kali bilang sama Abang udah ga usah bahas itu lagi ya. Adek udah seneng Abang ada buat adek di saat seperti sekarang adek akan mendapati kehidupan adek yang baru." Ale.

"Ale ga terpaksa kan menikah dengan Bima?" Ardan.

"Ngga Abang Ale sudah memikirkannya dan ini jalan yang Tuhan pilihkan untuk Ale." Ale.

Obrolan mereka pun terhenti ketika pelayan datang memberikan pesanan mereka. Keduanya makan cukup khidmat. Hidangan yang sebenarnya belum pernah Ardan rasakan kini dirinya rela merasakan apa yang menjadi kesukaan sang Adik.

Saat pulang Ardan memesankan taksi online untuk Ale karena kemesraan mereka masih di rahasiakan dari Ibu Ida. Jika saja Ibu Ida tau jika Ardan dekat dengan Ale maka Ibu Ida akan memarahi Ale yang Ibu Ida sangka Ale telah memengaruhi Ardan sehingga mau saja dekat dengan Ale.

Ale tiba di rumahnya di susul mobil Ardan yang memasuki halaman rumah mereka. Seperti biasa Ale akan terus saja memasuki rumahnya san membiarkan Ardan di belakangnya. Ale menyapa Bu Ida yang tengah berada di ruang tamu karena sedang ada tamu dari WO yang sudah di pesan oleh Oma Winda.

"Nah, ini orang nya Mba. Silahkan di diskusikan saja dengan anak saya ya." Ucap Bu Ida kemudian berlalu masuk dan membiarkan Ale dan tamu tersebut berbincang mengenai acara akad pernikahan yang akan di laksanakan di salah satu hotel milik Bima.

Di dalam Bu Ida terus saja berbicara dengan Ardan sementara Ardan terus memperhatikan aktivitas yang tengah adiknya lakukan dengan orang-orang WO. Cukup lama sampai akhirnya deal. Untuk berdiskusi dengan Bima Ale meminta tim WO nya saja yang menghubungi Bima dengan alasan jika dirinya tengah pingitan yang melarang keduanya berkomunikasi bahkan untuk bertemu.

Setelah tim WO berpamitan Ale pergi ke kamarnya kemudian menarik nafas dalam seraya merebahkan badannya yang kelelahan. Ale menatap langit-langit meyakinkan dirinya yang statusnya akan berubah menjadi seorang istri sekaligus Ibu.

Malam hari Ale terbangun karena merasakan tubuhnya sesak. Ale membuka matanya perlahan dan betapa terkejutnya Ale ketika melihat seorang laki-laki tengah memeluknya. Laki-laki itu pun ikut terbangun ketika Ale menjerit dan spontan menutup mulut Ale.

"Sssttt... Ini Abang Dek." Ardan.

"Abang... Kenapa Abang tidur di sini?" Tanya Ale dengan nafas yang terburu karena kaget.

"Abang mau memanfaatkan waktu bersama adek sebelum adek menjadi istri Bima." Ardan.

"Tapi, gimana nanti klo Ibu tau? Ibu pasti marah Bang." Ale.

"Tidak akan. Jangan khawatir ya." Ardan.

Ale pun kembali membaringkan badannya di samping Ardan dan membiarkan Ardan memeluknya. Walaupun sedikit kikuk namun akhirnya Ale merasa nyaman dan kembali memejamkan matanya.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

suatu saat ibu Ida akan nyesel tuch,,, dia tak akan hebat selama nya,,,

2024-03-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!