Terima Kasih

Keira berpindah dalam pangkuan Oma Winda sementara Ale duduk di samping Bima. Sepanjang obrolan Keira menggoyangkan kaki dan tangannya dan terus berceloteh khas bayi membuat siapa saja gemas melihatnya.

"Nah, tuh ada onty Keira sama iyut." Bunda Sarah.

"Wah, Kelen udah mandi tuh. Keira masih bau asem nih." Oma Winda.

"Dina kemana Kak?" Ale.

"Dia demam Le." Bunda Sarah.

"Astaga! Pasti dia kefikiran kemarin ya Kak?" Ale.

Semua diam tak ada yang bersuara.

"Huh... Biar Ale temui Dina nanti." Ale.

"Nanti Mas temani ya. Karena Mas juga kan yang membuat semua jadi seperti ini." Bima.

"Biar Ale bicara dulu sama Dina ya Mas." Ale memohon pada Bima.

Grep...

Bima memeluk Ale dan mencium puncak kepala Ale. Namun pelukan itu tak lama karena Keira tiba-tiba menangis melihat orang tuanya saling berpelukan.

"Hahaha.... Kamu ga bisa macam-macam Bim." Ayah Rehan.

"Sayang, Mommy tak apa-apa. Sini sama Mommy." Ajak Ale.

"Sini biar sama Pakde." Ajak Rehan.

"Sini sama Mas saja kalo kamu mau ketemu Dina." Bima.

"Baiklah." Ale.

Ale memberikan Keira pada Bima kemudian Ale menemui Dina yang masih berada di kamarnya bersama Arif. Ale cemas jika terjadi sesuatu pada Dina karena terus kefikiran kejadian kemarin. Ale mengetuk pintu kamar Arif dan Dina kemudian masuk setelah terdengar suara Alif yang memintanya untuk masuk.

"Loh, Tan. Ada apa?" Tanya Arif yang melihat Ale masuk ke dalam kamarnya.

"Dina sakit Rif?" Tanya Ale yang tetap memanggil nama pada Arif walau usia Arif lebih tua.

"Sedikit demam aja Tan." Arif.

"Tante..." Panggil Dina lirih.

"Kenapa? Hm? Tante sudah bilang kan jika semuanya baik-baik saja." Ale.

"Tapi,,,"

"Tidak ada tapi sayang. Tante juga minta maaf ya atas nama Om Bima. Om Bima Last control kemarin. Tapi semua sudah baik-baik saja sayang." Ale.

"Hik... Hik... Iya Tan. Dina ga bisa jaga anak huhuhuhuuu..." Tangis Dina pun pecah.

Ale memeluk Dina sementara Arif hanya diam melihat interaksi keduanya. Jujur Arif ingin sekali memeluk Dina saat melihat Dina menangis. Namun, Arif membiarkan Dina menyelesaikan semuanya dengan Ale.

"Semua terjadi atas kehendak Tuhan Din. Jadi ambil hikmah di balik semua kejadian ini ya." Ale.

Dina masih terus menangis dalam pelukan Ale. Ale dengan sabar mengusap punggung Dina dengan lembut. Arif keluar dari kamar dan berpapasan dengan Dinda. Dinda melihat Kakak tertunda mengusap pipi nya yang basah.

"Bang, ada apa?" Tanya Dinda mendekati Arif.

"Abang tidak apa-apa." Arif.

Sementara Bima berniat menyusul Ale karena Ale sudah cukup lama bahkan hampir waktu untuk sarapan. Di depan kamar Arif dan Dinda terlihat tengah berbicara.

"Rif,"

"Om. Tante ada di dalam." Jawab Arif.

Kemudian mereka semua masuk ke dalam kamar. Bima menghampiri Ale dan Dina.

"Dina,,"

"Om..."

"Mas.."

Dina melerai pelukannya pada Ale kemudian menunduk dalam tak berani menatap Bima. Bima duduk di samping Ale kemudian menggenggam tangan Ale. Pandangan mereka saling bertemu sejenak.

"Dina, jangan menyalahkan diri kamu. Semua terjadi atas rencana Tuhan. Tuhan tengah menegur Om yang telah mengabaikan Tante kalian. Walau Om sadar setelah menyakiti Tante kalian tapi Om sangat bersyukur masih di beri kesempatan oleh Tante kalian."

"Apapun yang Om lakukan tidak akan bisa menghapus dosa Om pada Tante kalian. Kelapangan, keikhlasan dan ketulusan Tante kalian membuat Om sadar dan tidak bisa kehilangan dia. Jadi, jangan menyalahkan diri kamu ya. Karena tidak ada yang bersalah di sini. Kita hanya perlu waspada lagi dalam menjaga Putra dan putri kita." Jelas Bima panjang lebar.

Dina mendongakkan kepalanya menatap Bima sekilas kemudian menatap Ale. Ale tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Air matanya tak henti mengalir dengan lembut Ale mengusapnya.

"Tersenyumlah. Arif akan sangat marah pada Om jika kamu masih terus menangis." Bima.

"Makasih Om." Ucap Dina kemudian mengulas senyumannya di balik air matanya.

"Good girl... Beristirahatlah." Bima.

"Ayo sayang kita sarapan. Keira sedang di mandikan oleh Suster dan mungkin sudah selesai." Ajak Bima pada Ale.

"Kamu sudah sarapan Din?" Ale.

"Sudah Tante. Tadi sebelum minum obat." Dina.

"Baiklah. Kalo begitu Kami sarapan dulu ya. Kamu istirahat saja. Biar nanti Dinda atau Nayla yang akan menjaga Kelen." Ale.

"Kan Dinda kebawa." Celetuk Dinda yang memang berada di kamar sejak tadi.

"Nah kan ada anaknya sudah Tante duga." Ale.

"Ish... Tante sengaja." Dinda.

"Ayo sarapan. Arif kamu sudah sarapan?" Ale.

"Belum Tante. Nanti Arif menyusul." Arif.

"Baiklah. Ayo." Ale.

Ale bergandengan tangan dengan Bima menuju meja makan. Dinda yang melihatnya tersenyum bahagia akhirnya Om dan Tante barunya bisa bersatu bahkan terlihat jika Om nya mulai bucin pada Tante sekaligus sahabatnya.

Mereka semua sarapan bersama termasuk dengan Arif juga tentunya. Sementara Dina terlelap karena pengaruh obat penurunan demamnya. Semua tampak bersyukur karena kejadian kemarin tidak berlarut. Walaupun ulang tahun pernikahan Opa Faris dan Oma Winda harus di hiasi oleh sedikit kesalahan fahaman.

"Tante, besok kuliah pagi berangkat sama aja ya." Dinda.

"Hm,, klo ga salah ganti jadwal jadi siang deh Din." Ale.

"Hah! Serius? Kok Dinda ga tau?" Dinda.

"Coba kamu buka WA grup. Di grup Girls juga udah di bahas sama Tiwi. Malah April mau ke rumah sakit dulu katanya." Ale.

"Eh, ngapain? Kenapa lagi dia?" Dinda.

"Periksain perutnya Din. Kan emang waktunya kontrol. Cuma tadinya April udah. hat janji untuk siang eh tiba-tiba jadwal berubah jadilah April pindah ke pagi untung bisa lagi." Ale.

"Ish... Ponsel ku mati Tan belum selesai di cas." Dinda.

"Ya udah kan udah aku kasih tau." Ale.

"Dindaaaa...." Teriak Nayla dari atas.

"Astaga ngapain kakak teriak-teriak?" Dinda.

"Ponsel kamu bersuara terus ganggu kakak nih." Nayla.

"Eh, emang nyala ya? Perasan di matiin deh Kak." Dinda.

"Mana kakak tau. Nih.. Ganggu aja deh." Nayla.

"Alah, palingan juga lagi sayang-sayangan." Dinda.

"Ish... Sirik lu jomblo." Nayla.

"Aaa... Kakak..." Rengek Dinda.

"Untung adek,"

"Untung sayang."

"Stop! Geli banget sih kalian ih..." Ale.

"Apalagi Kakak Le tiap hari tuh begitu. Makanya kalo salah satu ngga ada sepi banget rasanya." Bunda Sarah.

"Cie,, bilang aja kangen gitu sama Adek sama Kakak Bun. Ngga apa-apa kok." Goda Nayla da.

"Nah kan begini nih Le."

Ale hanya tersenyum melihat tingkah dari ibu dan anaknya tersebut. Ale membayangkan jika nanti putrinya sudah besar. Pastinya akan sangat menyenangkan. Ale pun tak sabar membayangkannya.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

rame banget keluarga Oma Winda dan opa Faris,,,, apa kabar dgn ibunya Alexa 🤔🤭

2024-03-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!