Kemarahan Bima

Hari ini tepat dua bulan pernikahan Ale dan Bima. Ale memberikan perhatiannya penuh pada Keira yang saat ini telah berusia empat bulan dan pertumbuhannya begitu pesat. Pipi gembulnya akan membuat siapa saja yang melihatnya merasa gemas.

Selama dua bulan pernikahan sudah dua kali suster melihat Ale tidur bersama dengan Keira. suster juga merasa ada yang salah dengan Ale dan Bima. Namun, suster tak bisa berbuat apa-apa hanya berdo'a untuk pernikahan majikannya.

Malam ini semua berkumpul di rumah Opa Faris karena akan merayakan ulang tahun pernikahan Opa Faris dan Oma Winda. Dinda, kedua orang tuanya dan kedua kakak sambungnya pun ikut hadir di acara yang selalu di adakan oleh Oma Winda tersebut.

"Halo Tante..." Sapa Nayla kakak sambung Dinda yang hanya terpaut dua tahun dengan Dinda dan ale.

"Halo,,, apa kabar Kak.Nay." Ale.

"Aduh Nay aja deh ga enak dengernya." Nayla.

"Hahahaha... Boleh-boleh." Ale.

Dinda terus menempel dengan Ale begitu juga dengan Nayla karena memang mereka cukup dekat. Membuat mereka bertiga nyambung satu sama lain. Sementara Dina istri dari Arif kakak dari Nayla pun sesekali ikut nimbrung karena dirinya di sibukkan oleh putranya yang sedang aktif-aktifnya. Suster dari Putra Arif dan Dina sedang ijin pulang kampung karena orang tuanya sakit.

Bunda Sarah pun mengakrabkan diri bersama anak dan adik iparnya. Mereka semua tenaga berbincang bersama Oma Winda. Bunda Sarah senang karena Ale mau menerima Bima yang seorang duda. Bunda Sarah tau bagaimana posisi Ale mungkin tidak akan sama seperti dirinya namun menjadi yang kedua apalagi dengan masa lalu Bima yang pastinya Ale perlu kesabaran yang luar biasa.

"Kakak dulu menikah dengan Ayah Rehan saat Nayla berusia 1thn lebih dan Arif berusia 4thn. Keduanya sangat aktif yang membuat Bunda kadang kewalahan. Tapi Bunda selalu melalui prosesnya dengan bahagia. Karena tumbuh kembang mereka selalu dalam pantauan kakak." Bunda Sarah.

"Kak.Nay, kita cari perjaka aja ya jangan ngikutin Bunda sama Tante Ale." Ucap Dinda.

"Iya dong... Stok perjaka masih banyak kan ya." Nayla.

"Ish... Duda lebih menggoda ya kan Kak?" Canda Ale dengan kakak iparnya.

Namun, sayangnya saat Ale berucap seperti itu bersamaan dengan Bima yang melewatinya seketika Ale merubah raut mukanya dan itu terlihat jelas oleh Sarah. Sarah tau ada yang tak beres dengan adik dan adik iparnya.

"Duda itu lebih legit." Ucap Bunda Sarah menambahkan sambil berlalu pergi.

"Eh, pejaka lebih perkasa." Tambah Dina.

"Hahahaha..."

Semua tertawa bersama termasuk Oma Winda. Oma sangat senang ketika anak, menantu dan cucu-cucu berkumpul karena rumah terasa ramai. Semua berkumpul sejak siang tadi karena mereka ingin membuat Opa Faris dan Oma Winda senang.

"Bim, Kakak minta waktunya sebentar." Ucap Bunda Sarah.

Mereka berdua masuk ke dalam ruang kerja Bima.

"Ada apa?" Bima.

"Perlakukanlah Ale dengan baik." Bunda Sarah.

"Apa maksud Kakak? Tentu saja Bima memperlakukan istri Bima dengan baik." Bima.

"Kakak tau di antara kalian masih saling diam." Bunda Sarah.

"Kakak sok tau deh." Bima.

"Asal kamu tau Bim. Ale memang tidak akan mengatakan apapun pada siapapun karena dirinya begitu pandai menutupi kesedihannya. Bukan hanya saat ini setelah kamu menjadi suaminya Bim. Namun sejak kecil dia telah mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari ibunya oleh karena itu Ale akan dengan baik menyimpan luka di hatinya." Jelas Sarah panjang kali lebar.

Bima hanya diam hingga Sarah keluar dari ruang kerjanya. Saat Sarah keluar dari ruang kerja Bima suster Keira meminta waktu Sarah untuk berbicara. Walaupun ada keraguan di awal namun Suster merasa yakin untuk berbicara dengan Bunda Sarah.

"Ada apa sus?" Tanya Bunda Sarah.

"Maaf sebelumnya Nyonya." Ucap Suster Yuli melihat sekitar membuat Bunda Sarah mengerti apa yang akan di katakan Suster Yuli padanya.

"Katakanlah semua baik-baik saja." Bunda Sarah.

"Maaf Nyonya, saya beberapa kali memergoki jika Nyonya Ale tidur di kamar Keira Nyonya." Suster Yuli.

Deg....

Ternyata apa yang di fikirkan. Bunda Sarah benar.

"Sus tenang saja semua akan baik-baik saja." Bunda Sarah.

"Saya juga pernah melihat Nyonya Ale menangis Nyonya." Lapor suster lagi.

"Menangis? Kenapa?" Tanya Bunda Sarah.

"Saya tidak tau Nyonya." Suster.

"Baiklah. Terima kasih sus. Kamu bisa kembali kerja." Bunda Sarah.

Bunda Sarah pun kembali bergabung dengan yang lain. Kecemasan Bunda Sarah sangat terlihat oleh suami tercintanya Ayah Rehan. Ayah Rehan pun menghampirinya dan merangkul pinggangnya.

"Ada apa sayang?" Bisik Ayah Rehan.

Bukannya menjawab pertanyaan Ayah Rehan Bunda Sarah malah memeluk erat Ayah Rehan berharap dadanya sedikit lebih tenang. Interaksi di antara Ayah Rehan dan Bunda Sarah tak luput dari pandangan Ale. Ada sedikit nyeri di dadanya. Bukan karena cemburu tapi karena perlakuan Ayah Rehan pada Bunda Sarah yang begitu lembut.

"Huaaa...."

Terdengar tangisan Keira memekikan telinga semuanya. Ale segera berlari menghampiri putri sambungnya dan terlihat kening Keira benjol akibat terkena lemparan mobil-mobilan oleh Kelen. Ale segera menggendong Keira dengan Air mata yang mengalir begitu saja melihat putrinya tersakiti.

Ingin marah namun Kelen tak salah. Karena Kelen belum mengerti apa-apa. Sementara Kak Dina merasa bersalah karena kening Keira benjol. Bima datang melihat apa yang terjadi pada Putrinya yang menyebabkan Keira menangis begitu kencang. Saat suster Yuli akan memberikan obat oleh pada Ale suster Yuli dan yang lain terkejut karena Bima menampar Ale.

Plak...

"Huaaa...."

"Kamu tidak becus mengurus Keira. Jika tak sanggup jangan sok mampu jadi Ibu dari putriku." Bentak Bima.

Saat Bima akan membawa Keira beralih dalam gendongannya Keira memeluk erat Ale dan tak bisa lepas. Tangisan Keira pun semakin kencang karena melihat tamparan Bima pada Mommy nya. Bima memaksa menarik Keira dalam gendongannya dan membawa Keira ke rumah sakit. Sementara Ale berlari ke kamarnya san menguncinya dari dalam.

Opa Faris naik pitam. Andai saja Arif dan Ayah Rehan tak menahannya sudah di pastikan akan terjadi perkelahian di antara Opa Faris dan Bima. Sementara Oma Winda terkulai tak sadarkan diri saat melihat Ale mendapatkan tamparan dari Bima.

Dinda berlari mengejar Ale ke kamarnya. Berkali-kali Dinda mengetuk pintu kamar Ale namun tak kunjung di buka. Nayla menenangkan Dinda dan memberi pengertian untuk membiarkan Ale tenang terlebih dahulu.

Bunda Sarah mencoba menyadarkan Oma Winda yang tak sadarkan diri. Begitu juga dengan Opa Faris. Mereka semua begitu panik dengan kejadian tadi. Terlebih Kak Dina yang paling merasa bersalah pasalnya semua bermula karena Kelen melempar Keira dengan mobil-mobilan miliknya. Arif pun berusaha menenangkan Dina dan mengatakan jika semuanya hanya salah faham.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

awas Bima kamu bakalan nyesel aq sumpah kamu

2024-03-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!