Dingin

Pagi ini Ale dan Bima akan pulang ke rumah orang tua Bima karena Oma Winda tidak menginginkan Ale dan Bima pindah rumah. Oma Winda ingin Ale dan Bima tetap di rumah mereka. Dengan alasan tak ingin kesepian. Bima pun setuju saja tanpa meminta persetujuan Ale. Sedangkan Ale tak berani mengatakan apapun. Bukan kah dirinya harus berterima kasih pada Oma Winda karena degan begitu Ale tidak harus berhadapan hanya berdua dengan Bima.

Opa Faris dan Oma Winda menyambut kedatangan Ale dan Bima. Begitu juga dengan si kecil Keira. Keira terlihat riang saat melihat Ale berada di hadapannya. Bahkan Ale langsung menggendongnya dan menghujani seluruh permukaan wajah Keira dengan kecupannya membuat Keira tergelak.

"Aduh, cucu oma seneng ya ada Mommy." Ucap Oma Winda.

"Tentunya Oma." Jawab Opa Faris.

Mereka semua kini tengah berkumpul di ruang keluarga. Bima tak pergi kerja demi agar para karyawan di kantornya tidak curiga akan pernikahannya. Haikal asisten pribadinya yang mengheandle semua urusan Bima hingga seminggu kedepan.

"Sepertinya kamu masih lelah Ale. Apa ngga sebaiknya kamu istirahat saja dulu di kamar jangan main sama Keira dulu." Oma Winda.

"Tidak apa-apa Mi. Rasa lelahnya hilang menguap dengan melihat kegembiraan Keira." Ucap Ale jujur.

Bima tak menanggapi apapun perkataan orang tuanya. Dirinya benar-benar memasang tampang dinginnya. Setelah bercengkrama sebentar Ale pun berpamitan untuk ke kamar karena Keira sudah terlelap dalam pangkuannya.

"Mami, Ale pamit menidurkan Keira." Pamit Ale.

"Iya sayang. Setelahnya kamu juga istirahat ya." Oma Winda.

"Iya Mi." Ale.

Karena sudah pernah ke rumah Oma Winda Ale pun sudah tau dimana kamar Keira berada. Ale menidurkan Ale perlahan setelah di rasa nyaman dan aman Ale keluar dari kamar Keira. Ale pun bingung harus kemana. Akan kah dirinya harus masuk ke dalam kamar Bima setelah kejadian semalam Bima mangacuhkannya.

"Huh..." Ale mengatur nafasnya sebelum memasuki kamar Bima yang sudah di beritahukan Oma Winda sebelumnya.

Ale mengetuk pintu sebelum dirinya masuk ke dalam. Tak ada sahutan apapun dari dalam. Ale mencoba membuka pintu perlahan ternyata tidak di kunci. Ale melongok masuk namun tak ada tanda-tanda orang di dalam. Ale mencoba melangkah ke dalam dan ternyata tak ada Bima di dalam.

Ale membuka pintu balkon kemudian berdiri di sana untuk beberapa saat menikmati udara siang yang cukup sejuk dari biasanya. Mungkin karena semalam hujan membuat siang ini tak begitu terik. Ale melihat terdapat sofa di sana Ale pun mendudukkan dirinya di sofa tersebut. Karena tak tau harus ngapain Ale pun hanya menonton drama melalui ponselnya.

Malam pun tiba setelah menidurkan Keira Ale meninggalkannya sendiri menuju kamarnya. Ya Keira sudah di biasanya tidur sendiri sejak kecil hanya di pantau melalui kamera yang di pasang dan terhubung pada Bima. Ale memasuki kamar Bima dan tak ada Bima di sana Ale pun bernafas lega.

Tengah malam Ale terbangun karena merasakan haus dan betapa terkejutnya Ale melihat Bima yang tidur meringkuk di atas sofa yang panjangnya tidak melebihi tingginya. Ale merasakan sakit di dadanya. Namun, semua ini sudah menjadi pilihannya. Ale meminum air yang sudah di siapkannya pada botol minuman yang biasa Ale gunakan.

"Mas, Mas Bima bangun Mas." Ale mencoba membangunkan Bima.

"Hm.." Jawab Bima malas.

"Bangun Mas pindah ke tempat tidur nanti badan Mas sakit. Biar Ale saja yang tidur di sini." Ucap Ale.

Bima bangkit dan pindah ke tempat tidur. Bima merebahkan tubuhnya dan kembali terlelap. Ale hanya menarik nafas dalam kemudian dirinya tidur di atas sofa seperti yang di lakukan Bima sebelumnya.

Pagi hari Ale bangun terlebih dahulu. Ale menyiapkan semua keperluan Bima sebelum dirinya mengurus Keira. Ale melihat Keira masih terlelap setelah dini hari tadi Ale memberikannya susu bertepatan dengan suster yang akan memberikannya susu Ale mengambil alih.

Tak hanya ingin berdiam diri di kamarnya Ale pun turun menuju dapur untuk membantu Bibi menyiapkan sarapan namun apa yang di terimanya Bibi melarangnya untuk ikut menyiapkan sarapan. Namun, bukan Ale namanya jika tidak memaksa. Akhirnya Bibi pun mengalah dan membiarkan Ale membantu dirinya.

"Loh, Ale kamu sudah bangun?" Tanya Oma Winda yang melihat Ale di dapur ketika akan membuat teh untuk Opa Faris.

"Sudah Mi. Ada yang Ale bisa bantu Mi? Mami mau buat teh?" Tanya Ale yang sebelumnya sudah menanyakan pada Bibi apa saja yang menjadi kebiasaan di rumah tersebut.

"Iya Mami mau buat teh untuk Papi. Biar Mami saja sayang. Bima belum bangun?" Oma Winda.

"Belum Mi. Nanti Ale bangunkan setelah semuanya siap." Ale.

Namun tak lama terdengar suara tangisan Keira dan ternyata Keira sudah bangun kini berada dalam gendongan Bima yang tengah menuruni anak tangga. Ale segera menghampirinya. Ale sedikit tertegun ketika mendapati Bima yang sudah segar nampaknya Bima sudah mandi akan tetapi bukan pakaian yang ale pilihkan yang Bima kenakan melainkan pilihannya sendiri.

"Eh, cantik sudah bangun. Ayo kita mandi." Ajak Ale tanpa berkomunikasi dengan Bima.

Ale mengambil alih Keira dan tangisnya pun seketika berhenti. Keira menatap Ale kemudian tersenyum. Sepertinya bayi gembul itu memang mencari keberadaan Keira saat terbangun dan Bima membawanya turun untuk mencari Ale dan benar saja Ale ada di bawah.

"Kamu masih libur kan Bim?" Tanya Oma Winda.

"Masih Mi. Kenapa?" Bima.

"Ya apa ngga sebaiknya kamu ajak Ale berbulan madu mumpung kamu masih cuti." Oma Winda.

"Mi, jangan bahas tentang itu lagi. Keira masih kecil." Bima.

"Tidak masalah loh Bim memiliki anak berjarak dekat. Jangan seperti kamu dan Sarah berjauhan jarak usianya." Oma Winda.

"Ya biar itu menjadi urusan Tuhan Mi." Bima.

Oma Winda menghela nafasnya tak bisa memaksakan kehendak putranya. Sudah mau tinggal bersamanya saja Oma Winda ucapkan syukur.

Saat sarapan Ale mencoba melayani Bima dan Bima pun berusaha menerima perlakuan Ale saat ada kedua orang tuanya. Namun tak ada komunikasi penting diantara Ale dan Bima. Dan Ale mencoba untuk membiasakannya. Ale tau siapa dirinya di sana.

Opa Faris melirik ke arah Oma Winda dan ternyata Oma Winda pun tengah melihat ke arahnya. Mereka berdua hanya bisa pasrah dengan semua keadaan. Oma Winda berharap Bima putranya akan segera membuka hatinya untuk Ale.

Setelah sarapan Bima memasuki ruang kerjanya dan entah apa yang di lakukannya Bima sangat betah berada di ruang kerjanya hingga siang hari. Sementara Ale tak pernah lepas dari Keira. Suster pun tak mengerjakan apapun hari itu. Ale merasa Keira lah yang membuatnya betah tinggal di sana. Ale berharap Keira tak akan merasakan apa yang dia rasakan saat ini.

🌹🌹🌹

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!