Hamil

Hari ini Ale akan pergi ke kampus bertemu dengan ke tiga sahabatnya. Ale belum mengatakan apapun mengenai lamarannya pada April dan Tiwi. Dia bisa bayangkan bagaimana hebohnya nanti kedua sahabatnya saat dirinya memberitahu jika minggu besok dirinya akan berubah status menjadi seorang istri sekaligus Ibu.

"Siang semuanya..." Sapa Ale.

"Siang." Jawab April, Tiwi dan Dinda bersamaan.

Baru saja Ale mendudukkan dirinya di bangku Indra datang seperti biasa dengan usahanya mendapatkan hati Ale.

"Siang Alexa..." Sapa Indra.

"Ish... Ngapain sih Ndra lu ke sini." Tiwi.

"Dih, sewot lu. Orang bebeb juga ga apa-apa." Indra.

"Alexa."

Ale dan yang lainnya menoleh pada sumber suara yang memanggilnya. Ale tersenyum lebar begitu mengetahui siapa yang datang. Sementara ketiga sahabatnya mengernyitkan keningnya tak percaya dengan apa yang mereka lihat. April menyenggol tangan Tiwi dan Dinda. Sementara Indra memasang wajah waspada karena ada saingan baru dan apa coba lihat dia seorang abdi negara.

"Abang, ada apa?" Tanya Ale setelah Ardan berada di dekatnya.

"Kamu belum baca chat Ayah? Abang di minta Ayah untuk antar kamu." Ardan.

"Hah! Bentar." Ale membuka ponselnya dan benar saja dirinya di minta untuk ke butik untuk fitting baju pengantin.

"Selamat siang semuanya. Saya boleh pinjam Ale nya ya." Sama Ardan tidak seperti biasanya.

"Hah! Ah, iya Bang silahkan." Tiwi.

"Terima kasih.." Ardan.

Ale bangkit dari duduknya berpamitan pada ketiga sahabatnya. Padahal dirinya baru saja bergabung dengan para sahabat-sahabatnya. Indra hanya diam terpaku melihat Ardan yang tampan dan gagah dengan seragam dinasnya. Kemudian Ale bergelayut manja di lengan Ardan membuat Indra semakin terbakar cemburu.

"Aaa... Siapa sih tu cowok? Sok banget." Indra.

"Abangnya Ale." Jawab ketiga sahabatnya serentak.

"Apa?!" Indra.

"Apa sih Ndra berisik." Dinda.

"Pril, lu sakit ya?" Tanya Tiwi memecah atensi Dinda dan Indra.

"Kayanya gw masuk angin deh Wi. Sejak pagi tadi gw muntah-muntah ga berhenti." April.

"Udah ke dokter lu?" Dinda.

"Belum Din. Laki gw baru lepas tadi pagi kasian dia baru tidur banget jadi gw ga berani ganggu." April.

"Ish... Daripada lu kesiksa begini Pril." Tiwi.

"Ya udah kita anter ke dokter ya." Dinda.

"Ga usah Din, Wi. Gw balik aja deh istirahat. Tadi pagi gw juga udah minum jahe udah agak lumayan." April.

"Ribet banget sih jadi cewek tinggal ke dokter aja muter-muter segala." Indra.

"Diam!" Tiwi dan Dinda kompak membuat Indra tertegun.

"Apaan sih kalian." Indra.

"Yang apaan tuh lu. Ngapain lu disini? Sana pergi." Usir Dinda.

"Ceh,, pelit banget lu. Dah Bye..." Indra.

"Siapa lagi yang ngundang dia. Dasar jelangkung." Tiwi.

Kemudian mereka bertiga pun berbincang bersama namun baru beberapa menit saja April sudah nampak begitu kelelahan. Wajahnya semakin pucat. Membuat Tiwi dan Dinda merasa kasian.

"Pril, kita anter lu balik ya." Dinda.

"Gw balik sendiri aja Din. Ntar mobil lu gimana lagi." Tiwi.

"Biar mobil gw di bawa Tiwi ngikutin dari belakang kan tadi Tiwi nebeng gw." Dinda.

"Ya udah terserah lu deh.." April.

Sampai di rumah April terlihat Eros tengah berbincang di teras rumahnya dengan dua orang lelaki yang sepertinya rekan sesama polisinya. Ya Eros suami April seorang abdi negara juga seperti Ardan. Eros mengernyitkan keningnya ketika melihat Dinda yang mengendalikan kemudi mobil sang istri. Kemudian di susul mobil Dinda di belakangnya.

"Bang Eros tolong April sepertinya ga bisa bangun." Teriak Dinda panik membuka kaca mobil.

Eros segera bergegas mendekati mobil sang istri dan di lihatnya sang istri yang begitu pucat tergolek di kursi depan. Eros segera mengangkat tubuh sang istri dan membawanya masuk. Dinda dan Tiwi mengikutinya ke dalam begitu juga dengan kedua tamu Eros.

"Bang, Dinda sudah menghubungi Dokter Tiara sepupu Dinda. Sebentar lagi beliau datang." Dinda.

"Terima kasih Din, Wi." Eros.

"Sama-sama Bang."

"Sejak pagi April terlihat pucat. Apa April tidak mengatakan apapun sama Abang?" Tiwi.

"Kemarin April mengeluh mual dan pusing terus Abang tawari untuk pergi ke dokter April ga mau katanya udah minum obat." Eros.

Kemudian atensi mereka semua teralihkan ketika ada suara mesin mobil berhenti dan deras langkah mendekati mereka.

"Kak Tiara. Masuk Kak. Ini Bang Eros suaminya April." Dinda.

"Hai,, Saya Tiara Kakak sepupu Dinda." Tiara.

"Salam kenal Dok. Maaf merepotkan dokter hingga harus datang ke rumah kami. Mari silahkan Dik istri saya di dalam." Eros.

"Tidak masalah. Kebetulan saya sedang perjalanan pulang dari rumah sakit tadi." Tiara.

Saat Tiara memeriksa April semua menunggu dengan cemas. Terutama Eros pasalnya selama Eros dan April kenal tak sedikit pun April mengeluhkan sakit padanya. Tiara tersenyum menatap semua orang yang berada di sana kemudian mengucapkan selamat pada Eros.

"Selamat ya Pak Eros." Tiara.

"Selamat? Maksud dokter?" Eros.

"April tidak apa-apa hanya kelelahan saja dan sedikit stres setelah mengikuti ujian kemarin mungkin. Jadi, April butuh istirahat cukup. Saya akan memberikan resep vitamin untuk April." Tiara.

"Terus ini April beneran ga kenapa-napa Kak? Kok Kak Tiara malah ngucapin selamat sama Bang Eros?" Dinda.

"Iya Dek, April baik-baik saja. Wajar kan kalo Ibu hamil kelelahan." Tiara.

"Ibu Hamil?"

"Apa?!!!"

Semua serentak mengatakan apa membuat Tiara tak tahan lagi hingga suara tawanya pecah.

"Jadi kalian ga tau klo April hamil?" Tanya Tiara dan semua kompak menggelengkan kepalanya termasuk Eros.

"Pak Eros juga?" Tanya Tiara.

"Dan saya rasa istri saya juga Dok." Eros.

"Hah! Anda yakin?" Tiara.

"Yakin Dok. Karena kita berencana akan pergi berlibur sebagai bulan madu kedua kami siapa tau Tuhan berkenan memberikan kami keturunan di kepergian kami kali ini." Eros.

"Rencana berlibur boleh di lanjutkan Pak. Saya rasa aman di kehamilan April untuk pergi berlibur." Tiara.

"Memangnya sudah masuk bulan ke berapa Kak?" Tiwi.

"Dari hasil pemeriksaan saya ini memasuki usia 3 bulanan. Tapi, untuk memastikannya lagi bisa di periksakan kembali ke dokter kandungan ya." Tiara.

"Alhamdulillah... Terima kasih Dok." Eros.

"Sama-sama Pak." Tiara.

"Kak, Dinda sudah tf ya. Makasih Kak." Dinda.

"Eh, makasih loh... Kenapa repot-repot? Kakak ikhlas kok Dek." Tiara ga enak.

"Dinda yang ga enak kalo gratisan hehehe... Makasih banyak ya Kak." Dinda.

"Iya sama-sama. Ya udah semuanya saya permisi dulu ya. Udah kangen sama anak-anak." Tiara.

"Baik Dokter." Eros.

"Minggu depan acaranya gimana?" Tiara.

"Biasa aja. Nanti Bunda kabarin lagi pasti Kak." Dinda.

"Hm.. Baiklah. Ga ada dress code khusus kan?" Tiara.

" Ga ada Kak. Mungkin nanti di resepsi saja." Dinda.

"Siap." Tiara.

"Siapa yang nikahan Din?" Tiwi.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

selamat ya April,,, akhirnya jadi Mamud 👍🏻🥰

2024-03-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!