Bab 20 Mawas Diri

Mobil yang katanya keren itu membelah jalanan dengan kecepatan laju standar, namanya juga ibukota, dimana-mana macet tiap waktu, ngga bisa pake kecepatan kilat persis petir. Padahal di samping tuas rem tangan, Clemira melihat tabung NOS, kayanya si Russel sia-sia beli, cuma mubadzirin duit ma cut sama om gondrong aja. Toh NOS yang dibeli cuma laku dipake buat bakar sate.

"Ngapain juga pake mobil ini si, kan orang-orang mandangin kita kaya lagi mandangin makhluk planet lain." Dumel Clemira ketika melihat ke luar jendela tatapan para pengendara sekitarnya ditujukan berlebihan pada mobil anak Sadewa itu, persis orang liatin maling entok nyasar.

"Ngga suka, keluar. Yang bayar gue kak Milah." simple Russel mendapatkan cebikan dari si princessnya Ananta itu, setaunya nudantara negri demokrasi. Jika sedang begitu Russel lebih mirip om Dewa, nyebelin!

Zea berdecak, please atuh lah! Telinganya ngga bisa sunyi dikit gituh? Kenapa ia dilahirkan diantara orang-orang berisik begini, jangan sampai nanti putra Sagara pun jadi kaleng rombeng karena dikelilingi oleh aunty dan uncle yang notabenenya radio butut.

Tak ada kecurigaan mendasar untuk Russel menuduh sebuah mobil di antara deretan mobil sejuta umat yang ada di belakang mereka beberapa kali ikut berbelok mengikuti arah belokan mereka, seolah jalanan itu mentok kemana-mana.

Russel menyugar rambut yang terkesan gondrong tak karuan kaya minta dibotakin pake gunting rumput, berbeda dengan Ryu yang lebih rapi persis om nya Ganesha.

"Sel, ambil selatan aja lah. Biar sekalian ke kawasan beverly hills-nya tanah air." unjuk Zea mengusir arah kanan agar Russel mengikuti telunjuknya.

"Oke."

Clemira menghela nafas banyak-banyak merasa bosan, lantas ia menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi dan berusaha mengusir penat dengan mendengarkan musik. Pun, dengan Zea melakukan hal yang sama dengannya... menyalakan musik klasik, bukan untuk dirinya melainkan earphone ia tempelkan di perut untuk calon anaknya, biar pas keluar nangisnya bernada seriosa-an.

Berbeda dengan Clemira yang hanyut dalam penghayatan menyanyikan lagu favoritnya, meski tak dipungkiri suaranya itu semirip penyanyi wanita Mahalini. Russel kini harus mendengarkan panggilan Sagara yang tiba-tiba menelfon Zea demi menanyakan kabar, tak lupa Saga juga berbicara padanya ketika Zea me-loud speakernya.

"Sel, ati-ati. Kalau nanti pulangnya duluan abang, abang yang jemput." Ujar Saga.

"Tenang aja bang. Siap...bini sama calon anak abang mau gue bawa balapan dulu," jawab Russel tertawa saat decakan kesal terdengar di ujung telfon sana, lirikan mata Russel kembali menatap rear vision dan menemukan jika mobil abu itu masih mengikuti mereka, "itu orang mau ke Jaksel juga apa gimana?"

Zea menoleh ke belakang demi melihat apa yang Russel lihat setelah mematikan panggilan, "siapa?"

"Lo kenal ngga kak, mobil siapa itu. Soalnya dia ngikut kita dari batalyon?"

Zea menyipitkan matanya dan menggeleng, "ngga tau. Wartawan mungkin." cebiknya tak peduli. Russel hanya mengangguk dan melakukan hal yang sama dengan Zea, tak peduli, sementara Clemira masih sibuk bernyanyi dan menghayati lagu, senyum jahil tercipta di wajah Russel yang kemudian menyumpalkan tissue saat Clemira tengah bernyanyi.

"Hahaha," Zea meledakan tawanya, ketika nyanyian Clemira terhenti, gadis itu melempar tissue bekas dari mulutnya ke arah kepala Russel, "si alan." Tak lupa ia mendaratkan jambakannya di rambut Russel.

"Awww, anak abi Ray galak banget njirrr. Bang Tama tuh liat lo dari apanya cobak?!" aduhnya yang sembari terkikik, tak bisa menahan tawanya.

"Dari galaknya! Mas Tama seneng gue galakin, katanya cewek galak ngga gampangan, apalagi sama buaya kaya lo." cebik Clemira menyalak.

Roda mobil berputar searah jarum jam dengan kecepatan sedikit lebih cepat, Russel memang handal dalam menyetir, ia pun tau jalanan seluk beluk ibukota. Curiga kerja part time jadi kurir paket nih anak!

Clemira turun bersama Zea yang baru saja membanting pintu mobil, Russel menyalakan alarm mobil dan menggosok kedua tangannya ssbagai bentuk antusias, "air jordan, i'm coming!" serunya, "gue jadi penasaran, gaji tentara tuh berapa?! Sampe-sampe lo bisa beliin gue air jordan, kak?" tanya Russel.

"Kenapa, minat jadi prajurit juga?" tanya Clemira.

"May be. Kalo gajinya gede, kalo bisa dianggap keren di mata cewek, why not?" kekeh Russel ditertawai Zea, "tapi kesatuan ngga nerima perwira glenyean kaya lo."

Clemira tertawa, "iya. Apalagi buaya, kebayang ngga kalo Russel jadi tentara? Banyak nyusahin prajurit lain. Musuh bukannya diajak baku tembak tapi malah diajak jambak-jambakan sama adu banyak, seberapa banyak ceweknya!" tawa mereka meledak di basement.

"Si alan. Kalo gitu gue masih kalah sama abi Ray!" kini Russel yang tertawa, siapa lagi gurunya jika bukan ayahnya itu.

"Ish, kenapa jadi bawa-bawa abi gue. Om gondrong juga dulu gitu." ujar Clemira.

"Kalo gitu, gue harus melampaui batasan, melebihi orang-orang terdahulu..." balas Russel tak mau kalah, Zea hanya bisa tertawa sejak tadi mendengar perdebatan Clemira dengan sepupunya itu, gini kalo udah kumpul, si princess ini selalu jadi bulan-bulanan para kaum bujangan.

"Makanya gue terbiasa galak, karena gue terbiasa hidup berdampingan dengan buaya," tawa Cle.

"Mentang-mentang cowok lo pendiem, ntar lo liat, yang namanya cowok akan ada saatnya dia nakal...." cebik Russel memasang topi dengan pad yang hampir dikatakan memiliki robekan di beberapa tempat, style anak Sadewa yang satu ini emang bikin jantung kaum hawa kelojotan.

"Enak aja! Abang engga," kini Zea yang sewot tak terima, entah apa serunya, orang-orang di basement sampe liatin mereka persis liatin pertandingan bola, seru sendiri! Berisik, pengunjung lain udah persis rumput liar, ngga dianggep!

Ketiganya berjalan dengan Russel yang berada di belakang kedua sepupunya itu, sesekali mereka berhenti di pinggiran toko dan menunjuk barang di dalamnya meski ujungnya tak masuk, Russel memutar bola matanya, gini nih kalo nganter cewek belanja! Malu-maluin, cuma ditunjuk php-in karyawan toko abis itu pergi.

Demi mengantar bumil ini berbelanja calon putra Sagara, Russel meluaskan kesabaran selapang hamparan rumput buat pakan sapi di new zealand, meski adik-adiknya itu lumayan bandel, namun semuanya menghormati dan menyegani Sagara.

"Lucu banget!" seru Clemira mengangkat dan membentangkan pakaian kodok bayi berwarna biru.

"Masukin ini Milah, biar gue yang bayar!" ujar Clemira diangguki Zea. Wajah Russel sudah tertekuk masam, akan ia anggap hari ini adalah ujian kesabaran level 10, menemani emak-emak belanja, padahal biasanya jika cewek piaraannya minta dianter belanja, Russel akan mengantarnya lalu meninggalkannya begitu saja di tengah perjalanan dengan alasan men cret.

"Udah belum si, lama banget. Lapar gue?!" ketusnya melongokan kepalanya dari luar pintu toko ke arah Zea dan Clemira yang tengah memilih baju.

"Belom. Sabar aja dulu, latihan nemenin calon bini!" jawab Clemira. Pemuda ini menghela nafasnya dalam-dalam, menelan kembali kenyataan memuakan seraya menarik satu permen karet dari dalam sakunya lalu memakannya, tak lupa ia mere mas kertas pembungkusnya dan memasukan itu ke tempat sampah layaknya masukin bola basket ke dalam ring.

"Three point!" gumamnya, ia lalu kembali menyenderkan punggung seraya menarik pad topi lebih depan untuk menutup matanya.

Ketika tepukan Zea menyadarkan dirinya dari dunia tenangnya, ia mendongak, "lo cari deh air jordan, ntar kalo udah nemu samperin kita di salon." ujar Zea menyerahkan black card milik Sagara pada pemuda ini.

Senyuman tersungging lebar dari Russel, "oke. Salon mana?"

Zea menunjuk lantai dua, "masih deket gerai sepatu cuma kehalang satu blok." Diangguki Russel yang langsung merebut kartu pipih sumber duit itu.

Mereka berpisah di lantai dua, dan Clemira langsung memilih perawatan yang ia inginkan, termasuk Zea.

"Ngga boleh yang pake bahan kimia, cuma pijet aja..." gumam Zea memilih-milih jenis treatment, mengingat pesan Saga.

Clemira terkekeh mendengar gumaman di sampingnya, "pijet spa aja Ze," tunjuk Clemira.

Zea jelas menggeleng dengan alasan tidak mau membahayakan keselamatan bayinya, "ngga nyambung tau ngga, kan yang dipijet bahu lo, ngga ke perut."

Zea melirik Clemira, "kalo pijet, otomatis buka baju, dadha gue penuh sama tanda dari abang."

Clemira melotot horor, "njirrr." ia lalu menutup mulutnya sadar jika keterkejutannya memancing para pegawai salon meliriknya tajam.

Zea tertawa geli melihat ekspresi Clemira yang mendadak sawan, "ish, poor noo."

Russel menyusul Zea dan Clemira setelah ia mendapatkan sepasang sepatu baru. Ia tak pernah berlama-lama memilih dan membeli barang, jika suka ya sudah! Russel tau jika perempuan sudah anteng di salon pastilah akan sangat lama, maka ia membeli cemilan dan minuman.

Russel telah menghabiskan dua cup mie instan, satu pack keripik kentang, 2 botol soda, serta burger, barulah kedua wanita ini selesai.

Russel membetulkan letak topinya, "lama. Udah kan, gue ngantuk, ntar malem mau keluar...yu balik!" ia menyerahkan kembali kartu milik Saga saat Zea tengah membayar biaya salon.

Clemira dengan centilnya memainkan tatanan rambut barunya yang terlihat segar, dan warna baru.

"Lama-lama sampe ngabisin 3 jam cuma gini-gini aja?!" cibir Russel, "gue pikir langsung berubah jadi Kylie..."

"Ck. Mulut lo minta gue robek!" Clemira yang mengacungkan kepalan tangannya membuat Russel kabur keluar pintu salon seraya tertawa. Namun saat ia keluar, tak sengaja dirinya melihat beberapa orang pria berdiri mencurigakan di depan salon, awalnya mereka tertangkap basah tengah menatap Zea, Clemira dan dirinya dari balik pintu kaca, namun saat Russel keluar mereka langsung berbalik arah so so'an sibuk menatap lantai bawah.

Russel menyunggingkan senyuman smirknya melihat gelagat aneh, feelingnya merasa ada yang tak beres mulai dari saat mereka berangkat sampai di detik ini, terlalu naif jika ia bilang ini hanya kebetulan.

"Mau masuk salon, bang? Apa nunggu rombongan istri yang mau nyalon?" tanyanya berani, ia menghampiri sekitar 3 orang pria itu lalu menumpukan kedua tangannya di pagar pembatas dengan tatapan mencurigai.

"Sel, mau balik ngga lo?" ajakan Zea membuat mereka menoleh, Russel hanya mendengus sebal, menunjuk bergantian ke arah matanya dan mata salah seorang diantaranya dan berlalu menghampiri kedua sepupunya.

"Siapa, sih? Kenal?" tanya Clemira, "maenan lo sama bapak-bapak?" kikik Clemira, namun tawanya justru ditanggapi serius oleh Russel.

"Cle, kak Mil...lo berdua nunggu di depan mall. Biar gue ambil mobil dari basement. Gue minta jangan naik lift, turun pake eskalator aja, diantara orang rame." Russel mengintruksi keduanya yang kini berwajah kebingungan.

"Kenapa?" tanya Cle.

"Ada apa, Sel?" tanya Zea.

"Percaya sama gue." ucap Russel kini sorot matanya menajam diantara wajah seriusnya.

Tangan Zea yang sedang memegang paper bag turun ke perut seolah sedang melindunginya.

"Lo, ati-ati Sel." Clemira menepuk bahu sepupunya yang kemudian berlari pergi, ia paham maksud Russel dan melingkarkan tangannya di lengan Zea sambil berjalan bersama, "it's oke. Kita ngga akan apa-apa," ucap Clemira menatap sorot mata Zea yang terlihat mulai khawatir. Ia mengerti rasa trauma Zea, "telfon abang Cle...gue mau telfon abang..." ucap Zea bernada takut.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

nurhayati rambe

nurhayati rambe

lanjutt

2024-04-04

1

Lisa aulia

Lisa aulia

cerita Mimin ni seru banget...ntar habis ini kehidupan siapa lagi yg JD cerita ...

2024-03-26

2

IbuNaGara🎀

IbuNaGara🎀

waduhh hati2 kalian

2024-03-20

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 44 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!