Cinta Ksatria Yudha Di Ufuk Cakrawala
"Ring angkasa---ring angkasa!!! Sekali mengudara tetap jaya di udara!"
Seruan para prajurit muda berlarian, kontras dengan kondisi cuaca tak menentu yang sedang melanda negri saat ini.
Diantara rintik hujan deras yang menyerbu bak tembakan peluru menusuk badan, dan seragam basah yang mereka pakai, tak menjadi penghalang mereka untuk bertugas melindungi setiap jengkal negri tercinta, sekalipun terkadang negri ini tak adil.
Krek....Dorrrr!
Mereka berlari bak kijang, menyerang bak jaguar dengan menodongkan senjata laras panjang, lesatan peluru tepat mengenai sasaran tembak dan melubangi bagian kepala yang telah terdapat lubang lain sebelumnya.
"Lettu Tama, yeah.." gumamnya mengangguk-angguk sembari mengurai senyuman miring berjuta makna, tangannya secara otomatis menggoreskan tinta hitam di atas kertas putih nama Pratama Adiyudha diantara daftar nama beberapa perwira muda lain yang mumpuni.
Entah untuk apa, yang jelas bukan karena pria itu buronan pasukan ciwi-ciwi berbaju putih dan celana bahan sopan serta memakai tas ransel, apalagi punya hutang segudang pada aplikasi pinjol, melainkan ada sesuatu yang dimiliki Tama yang membuatnya tertarik begitu, kemampuan.
..
"Ya! Kapanpun perintah turun. Beberapa perwira personel pasukan khusus yang mumpuni, siap ku kirim untuk kau sewa."
(....)
Tap...tap...tap....
Cratt!
Seorang berpangkat itu menutup panggilannya dan kembali masuk ke dalam ruangan pangkalan, setelah sebelumnya melihat latihan gabungan yang rutin dilakukan unit khusus di area puslatpur.
"Ndan!"
Ia hanya mengangguk singkat sebagai balasan hormat dari sang bawahan. Enggan berlama-lama berada di bawah guyuran hujan, ia segera masuk seraya menghalau air hujan yang membasahi kota sore itu.
Ia bukan aktor bollywood yang senengnya joget-joget atau berdiri lama sampe pucet plus masuk angin di bawah siraman air hujan, bisa-bisa sampe rumah ia langsung kerokan.
"Latihan gabungan saya cukupkan sekian. Silahkan kembali ke tempat masing-masing."
Para berseragam loreng itu membubarkan diri dari lelahnya pekerjaan dengan seruan lega.
"Wes, muleh nang omah....mesti masak dewean, mangan dewean!" tawa Senja, "adus dewean, turu dewean..." ocehnya menyenggol Tama, seolah ia mencibir nasib jomblonya.
Tama menggeleng dan terkekeh, bukan karena seloroh receh Senja, namun melihat wajah kebingungan Agus, ia tau Agustinus tak mengerti dengan apa yang dimaksud Senja.
"Dewean lah, memangnya mau sama siapa? Ke bo?" tanya Tama mendorong bahunya hingga menyenggol bahu Senja.
"Kamu berdua kalau sudah mengobrol, bikin saya tepuk jidat e. Jangan bawa bahasa ibu lah," cibir Agus memicingkan matanya sinis, yang lalu di tertawai Senja, "jangan-jangan kamu sedang bicara tentang sa kan, Ja? Ngaku kamu!" Agustinus memiting leher Senja gemas-gemas ala cowok karena geram, biasanya jika Senja sudah bicara bahasa kampungnya pada Tama maka dia sedang mengusili Agus.
Senja tertawa terbahak, pitingan kawannya itu sungguh tak membuat ia bisa mati saat itu juga, "lama tugas di Java, koe ra ngerti-ngerti Gus..." cibirnya.
"Tak usah di dengar dia, Gus. Seperti kamu tak tau dia saja," tunjuk Tama dengan dagunya pada Senja dengan kekehan, "saya pulang duluan, Ja, Gus..." pamitnya, ia sudah benar-benar tak tahan dengan rasa dingin dan lengket di badan.
"Hey Tam! Arep mangan berdua ora?! Ta masaki mie instan?!" teriak Senja, yang di acungi tangan oleh Tama, "Ora!" mungkin tidak kali ini. Ia hanya ingin cepat-cepat menghubungi Ibu di kampung sana dan Clemira yang sudah ia rindukan juga.
Sudah beberapa lama ia tak bertemu dengan si cantik nakalnya itu, senyumnya langsung meredup getir mengingat hubungan mereka yang ngambang persis sampah di kali Cili wong.
Bukan Tama yang tak jantan, namun entahlah....calon bapak mertuanya itu kaya pengen di geprek bareng sayap ayam, sepertinya perwira itu termasuk ke dalam calon-calon bapak mertua di ftv ikan ngesot.
Calon-calon bapak mertua nyebelin yang judesnya ngalahin selingkuhan si fernando dan berujung kena azab nantinya, naudzubillah!
Bawaan sisa-sisa jiwa playboynya, bikin Rayyan sedikit lebih overprotektif terhadap Clemira.
Atau mungkin karena faktor Clemira adalah cucu perempuan satu-satunya dari keluarga Ananta yang mesti dijagain kaya harta si qorun. Lecet dikit masuk rumah sakit, biar dikata cuma bentol dikit langsung ditangani dokter spesialis, tak seperti dirinya yang udah bonyok, patah tulang pula, cukup dibawa ke tukang urut terus dikasih minyak gosok, beres!
Tama memutar kunci, sedikit mendobrak pintu messnya yang sudah ia tinggali selama beberapa bulan belakangan semenjak dipindah tugaskan ke ibukota.
Bukan kamar mewah layaknya hotel raja Salman yang pake kaca jendelanya saja mesti anti peluru, atau cat kamar berlapiskan emas, hanya kamar sepetak dilengkapi ruang tamu yang merangkap ruang tengah, dapur kecil menyerupai lorong goa, dimana tempatnya menyiapkan makan untuk diri sendiri dan sebuah kamar mandi.
Namun bagi Tama itu sudah lebih dari cukup. Ia jarang sekali berada di mess, waktunya banyak ia habiskan di barak pelatihan, hutan, dan udara....ia memang lebih sering menggunakan waktunya demi memperbanyak jam terbang dalam karir.
**Trek**!
Layar padam itu seketika menyala memperlihatkan acara televisi yang entah apa, hanya saja para pemain di dalamnya sedang memainkan sitkom, lantas Tama memindahkan chanel televisi meskipun pada akhirnya ia tak begitu peduli karena yang sedang ia lakukan adalah bersiap-siap untuk menunaikan ibadah. Berharap dirinya selalu dilimpahkan keselamatan dan diberikan *keteguhan hati untuk tetap melangkah di jalan lurus*.
Bukan mobil seharga gunung Bromo, apalagi pesawat jet pribadi persis punya keluarga Beckham, hanya motor pribadi yang baru lunas beberapa bulan belakangan yang kini ia tumpangi mengarah ke sebuah universitas ternama di ibukota.
Cuaca saat ini bikin Tama mengerutkan dahi dan alisnya menjadi keriting demi menghalau sinar matahari, kulit tangannya tak perlu ia lapisi dengan apapun selain daripada seragam loreng. Seusai berdinas, ia langsung menggas motornya kesini demi sang pujaan hati.
Clemira memasukan buku-buku tebal yang mampu membuat kepala jadi pusing mendadak karena isinya. Kesemuanya tentang medis, yeah! Clemira adalah mahasiswi keperawatan di salah satu perguruan tinggi negri ibukota, ia mengambil jurusan yang sama dengan tantenya, Cut Zahra.
"Yuk balik!" ajak Sani diangguki Cle, "dijemput ngga?" tanya Sani, ia kembali mengangguk sembari sibuk mencari ponsel yang ia taruh di tas, tanpa melihat jalanan sehingga Sani berkali-kali harus menariknya karena sempat akan bertabrakan dengan beberapa mahasiswa lain.
"Ck ah! Ada ngga sih? Jangan-jangan ketinggalan lagi," decak Sani.
"Ada kok....ada, barusan gue masukin gitu aja ke tas...bentar," Clemira kembali sibuk mengubek-ubek tas mencari benda pipih miliknya itu demi melihat apakah Tama sudah sampai.
Belum Clemira menemukan, Sani sudah menyenggol bahu Clemira, "ngga usah lo cari, tuh jemputan ajudan bokap lo udah berdiri di depan....anjayyy Cle, tumbenan amat ajudan om Ray yang ini keren abisss!" decak Sani kagum melihat Tama yang setengah bersandar di motornya sambil meneguk minuman bersoda di sebrang sana, meski tak terlalu jauh namun posisinya kini seperti tak terlihat oleh Tama yang justru celingukan ke arah lain.
"Peak!" toyor Clemira, "itu bukan ajudan bokap. Itu cowok gue!" jawab Clemira mendengus, seketika gadis bernama Sani itu memaksakan matanya untuk membola penuh, "ah masa?!" ia tertawa dengan pernyataannya sendiri yang memancing reaksi sebal Clemira, "gue kira ajudan...biasanya kan lo dijemput ajudan, Cle. Boong ah! Cowok lo prajurit juga gituh?!" tanya nya tak yakin, namun sejurus kemudian ia berseru.
"Asikkk tikung ah! Mana coba, gue pengen kenalan!" Sani sudah bersiap melangkah besar nan antusias untuk berkenalan dengan Tama, namun Clemira menahannya, "engga usah. Ntar lo suka," sengaknya, Sani tertawa, "emhhhh, mpo cecif nih mbak suster..."
"Ya elo juga, liat cowok keren dikit langsung ijo!" Clemira menyunggingkan senyumnya, "udah ah, gue balik dulu. Nanti aja kenalannya, sekarang gue mau berkangen-kangen ria dulu sama mas'e...." alisnya naik turun memantik decihan jengah Sani, "idih jijay, masss...kaya tukang baso..." namun sedetik kemudian ia tertawa.
"Gue balik duluan ya San...hati-hati lo..." pamit Clemira diangguki Sani yang mengangguk, "iya..." gadis itu masih tertawa dengan ucapan Cle tadi, kemudian bergidik geli sendiri. Sementara Clemira sendiri sudah melangkah jauh, ia sepaket senyum usilnya justru mengendap-endap mencari jalan lain demi mengejutkan Tama.
Tama menyipitkan matanya, alisnya secara otomatis mengernyit agar pandangan lebih fokus mencari si pemilik senyuman manis itu, namun nihil.
Kemudian Tama memilih menghubungi Clemira sekali lagi.
Ia menempelkan ponselnya di telinga mendengar nada sambung, menanti Clemira menjawabnya, belum ada 10 detik tiba-tiba ia dikejutkan oleh tusukan kecil di area pinggang.
"Mas'nya saya tilang ya, soalnya parkir di sembarang tempat!" todong Clemira dengan ujung telunjuknya. Tama mengehkeh tanpa berbalik ke belakang.
"Terus harusnya saya parkir dimana, mbak?" balas Tama menoleh ke samping.
"Di hati aku...." jawab Clemira mengundang gelak tawa keduanya, "bisa aeee cah!" jawab Tama.
"Dih!"
"Mas Tama kesini make seragam lagi?!!" sebal Clemira.
Tama nyengir tanpa menjawab melihat Clemira yang menggembungkan pipinya, "udah aku bilangin jangan pake seragam, kan...kan...gantengnya tumpah-tumpah tuh!" ia terkikik, entah darimana kata-kata itu datang, namun Clemira pintar sekali dalam hal menggombal, tak tau mungkin bibit Rayyan memang tumplek semua di da rah Clemira.
"Nih," Tama menyerahkan dua butir permen ke tangan Clemira, yang langsung membuat gadis itu menghentikan tawanya, berharap jika pria itu akan membalas gombalannya karena permen mint itu bertuliskan miss you di belakang bungkusnya, "apa?"
"Upah kamu udah gombalin aku," jawab Tama melenggang hendak membuang kaleng soda ke tempat sampah, membuat Clemira diam seketika, tak habis pikir dengan datarnya Tama yang persis abangnya, Sagara.
"Dih!" decihnya lagi, "kirain mau gombalin Cle?!"serunya.
.
.
.
Catatan penulis : Cerita ini fiktif belaka, maka jangan pernah membanding-bandingkan dengan kisah nyata 🙏 tidak untuk mencolek instansi manapun, murni hanya sudut pandang dan daya khayal penulis. Jika ada kesamaan nama tokoh, hanya kebetulan semata.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Yeppo🦌
pokoknya babat habis om Camat dan keturunannya...mau lunasin baca semuaaa 😁
2024-09-21
0
Raden Ajeng Safitri
baru mampir Kisahnya cle dan Tama,,,
2024-08-27
1
Fitra Susanti
🤣🤣🤣🤣
2024-07-26
0