Aku Hanyalah Janda Biasa
"Jingga, bagaimana wawancara hari ini?" tanya ibu sambil menyuapi Kinanti si peri kecilku.
"Alhamdulillah semuanya lancar, ibu doain Jingga ya. Semoga kali ini keberuntungan berpihak pada kita" jawabku kemudian ku kecup pipi chubby Kinanti.
"Makan yang banyak ya sayang" sambil mengusap sayang rambut panjang Kinanti
Aku masuk ke dalam kamarku, meletakan tas kemudian melepas semua pakaianku. Hari ini panas sekali, hingga mengharuskanku untuk mandi di siang bolong begini. Aku berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku. Aku membersihkan diriku dari keringat yang membuat tubuhku terasa lengket. Aku sangat berharap, lelahku hari ini membuahkan hasil karena bagiku ini adalah hari paling gila. Bagaimana tidak? pagi-pagi sekali aku sengaja bangun supaya tidak tertinggal mobil box pengangkut es batu milik tetanggaku yang ku panggil Paman.
Semalam Paman berjanji akan mengantarkanku ke kota J. Aku tidak ingin terlambat sampai ke perusahaan yang ku idam-idamkam sejak dulu. Tapi sayang sepertinya Allah memerintahkanku untuk sedikit mengeluarkan uang pada supir taxi online, padahal tadi hanya telat 10menit, ternyata Paman sudah lebih dulu berangkat. Ah sial sudah nasibku.
Hari ini wawancara kerjaku setelah aku melalui beberapa tahap. Di perusahaan tempatku melamar kerja, hanya tersisa 3 kandidat saja, dan semuanya wanita. Aku hanya salah satu orang yang beruntung dari ratusan pelamar, meskipun aku sudah berada di tahap seleksi akhir, aku tetap belum yakin karena dari pihak perusahaan sendiri masih belum memberiku kabar.
Sejujurnya aku sedikit minder karena kedua sainganku berpenampilan lebih modis, meskipun sepertinya usia kita sama tapi setidaknya mereka bukan seorang single parent sepertiku. Aku hanya bisa berserah diri pada Tuhan, karena aku sudah berusaha. Biarlah keputusan ada di tangan Tuhan.
Aku melaksanakan ibadahku siang ini, ku raih jubah panjang atau biasa di sebut mukenah itu dari lemari ku.
Dalam ibadahku , selalu ku selipkan doa untuk almarhum dan semua anggota keluargaku. Tapi hari ini permintaanku pada Tuhan bertambah satu
"Ya Allah, semoga aku diterima di perusahaan itu. Meskipun sainganku adalah orang-orang yang lebih kompeten di bidangnya. Tapi aku yakin semua akan menjadi mungkin jika kau berkehendak. Aamiin"
Begitulah kira-kira doa yang ku panjatkan.
*******
Malam pun tiba, kami sekeluarga berada di ruang makan yang sederhana.
"Hari ini chefnya mba Ayu loh" Kata Kakakku mas Adam sambil melirik ke arah istrinya yang tengah hamil muda
"Oh ya? mba Ayu udah sehat mas?"
"Alhamdulillah udah baikan, makanya tadi maksa minta masak dek" Kata mas Adam lagi
"Bunda, Kinan nggak mau pakai sayur" si pipi chubby itu terus merengek ketika aku menyumpal mulutnya penuh dengan sayur mayur. Tentu saja aku membujuknya, karena Kinanti sangat tidak menyukai sayur yang sebenarnya bagus untuk pertumbuhannya.
"Kinan harus makan sayur, supaya tumbuh tinggi seperti mas Abi" Abi adalah anak pertama mas Adam usianya selisih 4 tahun dari Kinanti. Saat ini usia Kinanti beranjak 5 tahun , dan besok adalah hari pertamanya masuk sekolah TK.
"Oke bunda, tambah lagi sayurnya, Kinan mau lebih tinggi dari mas Abi" aku mengangguk senang. Jujur saja aku merasa kasihan pada Kinanti, sejak suamiku meninggal aku memilih menyibukan diri untuk melanjutkan pendidikanku hingga akhirnya aku menjadi seperti sekarang. Untung saja Ibu selalu siap siaga untuk menjaga putriku satu-satunya.
******
Selesai makan, kami biasa menonton televisi atau melakukan kegiatan masing-masing. Kali ini aku memilih menemani mba Ayu yang saat ini tengah hamil muda.
"Enak banget ya mba?" aku meringis memandangi ibu hamil itu yang sedang memakan mangga muda malam-malam begini
"Enak loh, kamu nggak mau nyoba? nih" mba Ayu menggodaku dengan menyodorkan sepotong mangga muda di tangannya. Langsung saja aku menggeleng , melihat mba Ayu saja sudah membuat mulutku menjadi masam seketika.
"Bu, Mba. Jingga bawa Kinan ke kamar dulu ya. Udah pules ini kayaknya" pamitku pada mereka, kemudian aku membawa Kinan ke kamar dan membaringkannya ke ranjang.
Sepertinya aku tidak bisa tidur cepat malam ini, aku sengaja tidak mengecek emailku setelah wawancara. Aku memutuskan untuk membukanya malam ini sebelum tidur. Ku raih laptopku , kemudian aku mulai membaca email teratas yang dikirimkan dari tempatku melamar pekerjaan.
Kembar Jaya Group
Bismillahirrahmaanirrahiim . Ucapku sebelum ku layangkan jariku untuk membuka pesan tersebut.
"Ah ? Ini beneran ? Ini ? Aku ? Diterima? Alhamdulillah ya Allah" dengan binar-binar kebahagiaan, aku langsung berlari menghambur keluar kamar kemudian menuruni anak tangga menuju kamar Ibu untuk memberitahukan kabar baik tersebut, lalu kulanjutkan mengetuk kamar mas Adam dan memberi tahunya.
Semua orang di rumah ini turut berbahagia atas pekerjaan baruku.
"Jadi mulai kapan kerjanya?" tanya mas Adam
"Tadi bu Ria bagian HRD whatsapp, katanya besok Jingga mulai bekerja mas" semuanya mengangguk senang.
"Besok kan hari pertamamu bekerja, Mas bakalan anter kamu deh" kata mas Adam bersemangat
"Nanti pekerjaan Mas Adam gimana?" tanyaku
"Kan bisa ijin, telat sedikit nggak apa apa lah" jawab mas Adam enteng. Akupun mengangguk, lumayan lah bisa ngirit ongkos, lagipula tempat kerjanya searah.
"Besok sekalian cari kost loh nduk" kata Ibu sambil mengusap bahuku
"Ibu....." Aku mulai menitihkan air mataku, akhirnya aku harus tinggal berjauhan dengan keluargaku kali ini. Ibu memeluku erat, begitu juga mas Adam.
"Kan deket Dek, cuma 2 jam" katanya, berusaha menenangkanku.
"Iya kalau berangkatnya pagi pagi buta mas, nggak pakai macet" Mba Ayu menimpali, aku pun menghapus air mataku.
"Pengennya sih di laju, tapi nanti boros ongkos ya bu. Insha Allah 2 minggu sekali Jingga usahakan pulang untuk bertemu Kinan dan kalian semua" Ibu mengangguk dan menatapku sendu
"Abah pulangnya kapan bu?" Tanya mas Adam
"Minggu depan Abah baru dapat libur nak" Jawab Ibu
"Nanti ibu yang kasih tau abah ya?" Kataku pada Ibu, Ibu pun mengangguk.
*******
Suasana haru menyelimuti malam itu, Semuanya beristirahat dengan tenang. Aku terus mengecupi pipi Kinanti , jujur saja aku sedih harus meninggalkannya. Tapi ini semua demi mengejar cita-citaku, juga demi memberikan kehidupan yang lebih baik pada Kinanti kelak. Aku sudah menjadi janda sejak Kinanti masih di dalam Kandungan, suamiku mengalami musibah pada saat ia bertugas. Dia tertembak tepat di jantung dan kepalanya, hingga menyebabkannya harus meninggalkan kami semua. 1 tahun , 2 tahun , 3 tahun terasa berat bagiku. Hingga akhirnya aku melepaskan bebanku itu. Aku memberanikan diri untuk melamar pekerjaan di Ibu kota. Sebelum aku melamar pekerjaan, aku mengunjungi makam suamiku untuk sekedar bercerita padanya. Meskipun hanya sebuah nisan yang ku ajak bicara, setidaknya itu menenangkanku.
"Carilah pengganti Ridho nak, Kinanti juga butuh sosok ayah" Kata-kata mertua ku selalu terngiang di kepala namun sayangnya aku belum berniat untuk mencari penggantinya saat ini.
******
Pagi ini aku terbangun lebih awal, aku segera mandi kemudian beribadah seperti biasa. Terakhir aku mengecupi pipi Kinanti.
"Kesayangan bunda, bangun yuk"
Kinanti hanya menggeliat kecil tanpa membuka matanya. Aku memutuskan untuk meninggalkannya, aku tidak akan sanggup menghadapi drama pagi dengan tangisan Kinanti. Setelah itu aku merias wajahku tipis-tipis tak lupa untuk menyemprotkan parfum mahal hadiah dari teman kampusku, katanya sih sebagai kenang-kenangan. Tapi mana mungkin benar-benar untuk dikenang? maka kuputuskan untuk menggunakannya saja, soal kenangan? Baiklah biar nanti botolnya ku simpan sebagai kenangan.
Aku membawa koperku , berisi barang-barang pribadiku. Mas Adam memasukannya kedalam mobil kemudian kami berdua berpamitan.
"Jaga diri jaga kesehatan ya nduk" Itulah pesan Ibu yang akan selalu ku ingat.
Kami tiba di depan KJ Group pukul 7.30 , Aku dan mas Adam belum sarapan. Kami memutuskan untuk sarapan bubur ayam di depan kantor.
"Ini kopernya ditaruh mana dek nanti?" tanya mas Adam
"Aku titip satpam aja deh mas, malu bawa masuk kedalem kayak orang minggat hehehe" candaku membuat mas Adam tertawa kecil kemudian mengusap sayang kepalaku. Usiaku dan mas Adam lumayan jauh, mas adam 35 tahun dan aku sebentar lagi 25 tahun.. sedangkan si bungsu Muhammad berusia 19 tahun. Saat ini dia melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta tinggal bersama Eyang Uti. Sejak meninggalnya suamiku, mas Adam benar-benar menggantikan peran ayah untuk Kinanti, bahkan Kinanti memanggilnya dengan sebutan papa sedangkan mba Ayu dengan sebutan mama. Aku senang, bahkan sangat senang. Aku tak takut lagi Kinanti kekurangan kasih sayang.
Setelahnya mas Adam berpamitan , kami berpelukan erat. Aku menangis, begitu juga dia. Berkali-kali mas Adam mengecupi keningku, dan mengusap air mataku.
"Sekarang udah nggak ada yang jagain adek, Mas harap kamu bisa jaga diri ya. Ingat Kinanti , dia semangatmu hingga kamu bisa sampai disini" katanya, dan akupun makin mengeratkan pelukanku.
"Kalo pacaran jangan disini dong!" Seru seseorang pria di samping kami. Sontak mas Adam langsung menjawab
"Apa urusannya sama lo?" Aku tidak menghiraukan orang itu , kemudian membiarkannya berlalu.
"Mas udah ya, Jingga masuk dulu takut telat" Aku menyalami mas Adam dengan mencium tangannya kemudian masuk ke dalam perusahaan tempatku bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
V_Z
Semangat Thor, salam dari "SANG PENGACARA"
2020-08-27
1
xiao qian
hai thor
2020-07-27
1