Aku bangun lebih awal pagi ini, aku merasakan badanku menopang beban yang berat. Aku mengerjapkan mata indahku beberapa kali. Pantas saja berat, rupanya semalaman aku tidur di peluk kingkong !
Aku berusaha menggeser tangan dan kaki mas Raihan yang terus menindih tubuh mungilku.
"Geser, berat nih" aku sengaja mengatakannya keras keras. Supaya mas Raihan bangun.
"Nggak ada cara yang lebih romantis buat bangunin suami?" bisik mas Raihan, lalu mengecupi leherku. Aku tahu jika sudah begini kelanjutannya akan seperti apa. Aku berusaha menghindarinya, sebenarnya aku bukan tipe wanita pendendam. Hanya saja jika hubungan kami jelas, mungkin aku tidak akan seperti ini padanya.
Mas Raihan meraih ponselnya , kemudian sengaja membukanya tepat di hadapanku. Dia menunjukan sandi keamanan ponselnya yang ternyata menggunakan tanggal lahirku. Pasti baru ganti semalam !
Dia menscroll chat ke bawah kemudian membuka chat dari kontak berinisial F. Isinya pesan suara yang dikirimnya berkali-kali.
Dia sengaja memutarnya supaya aku mendengarkannya.
"Kalo aku nggak bisa milikin kamu, maka dia dan bahkan perempun lain juga enggak bisa ! aku bakal celakai mereka yang ada di sisimu. Kamu harus jadi milikku. Dari awal kamu memang harusnya jadi milikku !"
"Ini sebabnya aku nggak pernah nunjukin kemesraan diluar rumah Rin" mas Raihan semakin mengeratkan pelukannya di perutku.
"Aku nggak takut sama dia mas" jawabku berapi-api.
"Istriku memang pemberani. Right? Airin? sabarlah sebentar lagi. Aku sendiri yang akan menjebaknya"
aku mengangguk. Aku percaya suamiku akan melakukan yang terbaik untukku.
Pagi ini aku dan mas Raihan sudah bersiap-siap. Kami menggunakan pakaian rapi. Aku juga mengurusi Kinanti sendiri.
"Bunda, kata miss Intan... Kinan dikuncir dua ajah" katanya dengan menunjukan wajah lucunya.
"Oke siap"
"Ayah boleh ikut nggak?" tanya mas Raihan di sela-sela waktu sarapannya. Kinanti terlihat berpikir. Aku menahan tawa, aku paling tidak kuat melihat Kinanti memasang wajah sok serius.
"Oke, tapi Ayah harus gendong Kinan sampai sekolah. Ayah juga harus senyum senyum jangan galak. Nanti temen-temen Kinan takut sama ayah" sahut Kinanti dengan polosnya. Aku , Ibu dan Mas Adam malah tertawa mendengar celotehan si pipi gembil itu.
"Hahahaha makanya banyakin senyum" goda mas Adam. Aku melihat senyum terbit di bibir Ibu, aku tahu ibu setuju dengan ucapan mas Adam dan Kinan. Tapi Ibu memilih diam, tidak ingin membuat mas Raihan terpojokan.
"Bu kita berangkat dulu ya" pamit mas Raihan. Kami mencium punggung tangan Ibu bergantian.
"Hati-hati ya cah bagus"
"Kinan duduk di belakang atau mau pangku bunda?"
"Pangku aja bun, kasihan dibelakang sendirian" mas Raihan menyahuti. Ada perasaan hangat di hatiku mendengar mas Raihan mengucapkan kalimat itu. Sederhana, tapi membuat perutku serasa dipenuhi ribuan kupu-kupu. Hmmmm aku suka !
"Bunda? Kinan pengin jalan-jalan" bisik Kinan pelan, tapi tetap terdengar seisi mobil. Aku melirik mas Raihan memberinya kode. Mas Raihan mengangguk setuju.
"Oke , pulang sekolah kita ke taman hiburan ya? Mau nggak?"
"Mau bunda" Kinan terlihat begitu antusias.
Beberapa menit setelahnya kami tiba di sekolah Kinan yang terbilang besar karena mulai dari kelompok bermain hingga TK dijadikan satu disini. Ini adalah kali pertama aku menginjakan kakiku di paud tempat Kinan bersekolah.
Mas Raihan menggendong Kinanti sesuai dengan janjinya. Kinanti mengalungkan tangan kanannya di leher mas Raihan. Mas Raihan sudah seperti ayah sungguhan kalau begini. Dia benar-benar tampan dan jadi pusat perhatian di sekolah Kinan. Aku cemburu dengan tatapan para ibu terhadap suamiku.
Mas Raihan dengan sigap menggandeng tangan kiri ku.
"Ayo sayang" ucapnya sambil melempar senyum ke arahku. Diperlakukan begini rasanya tubuhku hampir melayang. Kamu milikku mas !
"Ayah disitu" Kinan menunjuk sebuah aula yang sudah mulai ramai dipenuhi siswa dan wali murid.
Kami masuk ke aula dan menduduki kursi kosong di bagian depan. Kinan duduk di pangkuan mas Raihan begitu lama. Sesekali ku lihat mas Raihan mengecupi pipi Kinanti seperti kebiasaanku. Aku senang mas Raihan sudah mulai menyayangi putriku.
"Kinan ini ayahnya ya? Ayah baru?" tanya seorang wanita dewasa yang duduk di sebelah mas Raihan.
"Emangnya ada Ayah lama? saya Ayah Kinan hari ini besok dan seterusnya. Ibu jangan nanya aneh-aneh sama anak saya" tegas mas Raihan menutup kembali matanya dengan kacamata hitam. Kinanti memain-mainkan bulu halus di rahang mas Raihan sesekali menariknya membuat mas Raihan mengaduh dan aku tertawa. Sungguh pemandangan yang menyenangkan.
"Kinanti narinya masih lama gak ya kira-kira?" tanyaku
"Kinan nggak tahu bunda" si gembil itu menggeleng kemudian menyandarkan kepalanya lagi di dada mas Raihan.
Setelah beberapa saat, akhirnya Kinanti dan teman-temannya tampil di panggung. Putriku memang menggemaskan, dia menunjukkan hasil kerja kerasnya selama beberapa hari ini. Aku memperhatikan suamiku. Senyum bangga terbit dari bibirnya. Aku mencintaimu suamiku !
Usai menari mereka membungkuk lalu turun dari panggung. Kinanti langsung berlari memelukku dan mas Raihan. Aku bangga memiliki keluarga ini. Aku bahagia memiliki kamu. Aku menatap wajah tampan yang ada di hadapanku sekarang.
"Kinan keren nggak bunda?" wajah Kinan sedikit murung. Aku paling tidak suka ketika anakku kehilangan rasa percaya dirinya. Aku harus kembali menyemangatinya.
"Kinan keren banget ! Bunda dan Ayah bangga loh sama Kinan. Ternyata selain pintar, Kinan juga pandai menari" sahutku sambil mengecupi pipi Kinanti berkali-kali. Mas Raihan kembali membawa Kinanti dalam pangkuannya. Dari kejauhan di barisan guru aku memperhatikan satu wanita yang terlihat curi-curi pandang terhadap suamiku. Sesekali dia tersenyum, aku tidak tahu arti senyuman itu. Aku memang cemburu, tapi aku berusaha membiarkannya.
Pertunjukan sudah selesai, aku dan mas Raihan keluar dari aula. Tiba-tiba wanita yang tadi mencegah langkah mas Raihan. Dia memegangi lengan mas Raihan.
"Ray?" sapanya, kemudian mas Raihan menoleh dan membuka kacamatanya.
"Sarah? Sarah ya?" wanita itu mengangguk. Aku baru tahu ternyata mereka saling mengenal. Aku masih diam memasang wajah datar.
"Apa kabar Ray?" wanita bernama Sarah itu tersenyum manis sekali. Aku memang kalah manis darinya. Masa bodoh , tidak ada yang lebih berhak atas mas Raihan selain diriku.
"Baik, kamu ini? Apa ini salah satu yayasan milik keluargamu?" tanya mas Raihan kemudian Sarah mengangguk. Mas Raihan tidak memperkenalkanku ? Oh , mungkin dia berencana merahasiakan pernikahan kami.
Aku memilih diam , merebut Kinanti dari gandengannya. Aku hendak melangkah detik kemudian mas Raihan memegangi lenganku.
"Hampir lupa, kenalin. Ini sekertarisku" Ucapnya membuat hatiku nyeri teramat sangat, dan Sarah ? Tentu saja dia tersenyum senang. Apa perlu mas Raihan memperkenalkanku kalau hanya untuk menyakitiku.
"Sekertaris sekaligus istriku, namanya Jingga. Sayang? ini Sarah. Sahabatnya Zayn" ucapnya sambil mengusap sayang rambut panjangku. Aku mengulurkan tangan kemudian memperkenalkan diri.
Senyum yang sejak tadi menghiasi paras ayu Sarah seketika memudar. Dia seperti kehilangan sesuatu yang berharga. Gantian aku yang tersenyum , aku yang bangga. Lagi-lagi diri ini menjadi sombong. Ya , aku istrinya !
"Pantesan cantik, ternyata istri kamu ya. Tapi penampilannya lebih sederhana ya daripada mantan-mantan kamu ya Ray. Hehehe" sepertinya dia sengaja merendahkanku. Aku memang tidak menggunakan barang branded. Aku hanya menggunakan apa yang pas di badanku, apa yang menurutku bagus. Mas Raihan langsung memandangiku dari atas sampai bawah.
"Karena itu aku pilih dia, yang cantik dalam segi manapun. Jadi kalau-kalau aku bangkrut dan nggak punya apa-apa lagi. Dia tetap cantik meskipun tidak pakai pakaian mahal" kata-kata mas Raihan bagaikan tamparan keras. Sepertinya Sarah sudah tidak semangat lagi merendahkanku. Dia berpamitan kemudian meninggalkan kami.
Mas Raihan mendekap Kinanti kemudian mengecup dan menggendongnya. Mas Raihan tetap setia menggandeng tanganku. Kami berjalan menuju parkiran. Dalam perjalanan Kinanti tidur di pelukanku. Mas Raihan menarik tanganku dan mengecupi punggung tanganku. Karena Kinanti tertidur , aku memutuskan untuk membawanya pulang saja.
"Mas, kita pulang kerumah ibu"
"Kenapa ?"
"Kinanti tidur, gampang jalan-jalannya besok atau nanti malem"
"Oke kita pulang, aku kangen lagian" mas Raihan tersenyum nakal. Tentu saja aku paham apa maksudnya. Setibanya di rumah ibu, Ibu langsung meraih Kinan dan membawanya kekamar Ibu.
Aku dan mas Raihan naik ke lantai dua, dimana kamarku berada. Mas Raihan menarik lenganku hingga aku berada di dekapannya.
Dia menyapu wajahku dengan buku-buku tangannya. "Airin , aku ingin.. Cup.. cup.. cup.." ucapnya kemudian menghujani wajahku dengan kecupan-kecupan singkat. "Ini milikku, ini, ini dan ini" Dia menunjuk bibirku, mataku, pipiku, dan terakhir dadaku. Seolah menegaskan bahwa tidak ada yang boleh memilikinya selain dia. Seolah-olah !
"Kamu nggak kangen?" bisiknya lembut di telingaku.
Ting.. Ting.. Ting.. Ponsel mas Raihan berbunyi beberapa kali. Aku tahu itu pesan masuk. Mas Raihan tidak menggubrisnya. Dia tetap mencumbuku, memelukku, dan melakukan semua hal yang disukainya.
Dia mel*mat bibirku pelan, ku biarkan lidahnya menari-nari diatas bibirku. Tanpa sadar aku membuka mulutku dan menuntut lebih. Lidahnya mulai menjalar masuk lebih dalam, menjelajahi bagian dalam mulutku. Ketika aku mulai membalas ciumannya. Kring..Kring.. Mas Raihan menerima panggilan di ponselnya.
"Sebentar, aku angkat dulu" ucapnya , aku mengangguk pelan.
"Halo?"
"..."
"Apa? Rumah sakit?"
"..."
"Ya ya , saya kesana sekarang"
Tanpa basa-basi mas Raihan langsung memasukan ponselnya ke dalam saku.
"Airin, aku harus pergi. Sekarang juga" Wajahnya menunjukan kekhawatiran. Apa aku perlu bertanya? Lalu apakah dia akan menjawab? Apa ini Felicia?
"Maafin aku Airin, nanti aku ceritakan" dia mengecup keningku kemudian meninggalkanku di kamar dalam keadaan acak-acakan karena perbuatannya. Aku merasa seperti perempuan bayaran. Yang ditinggal begitu saja ketika si pria sudah tidak butuh.
Ku dengar suara mobil mas Raihan meninggalkan rumah Ibu. Aku ingin menangis lagi. Aku memang lemah ! Aku cengeng ! Sebelum itu terjadi, sebaiknya aku pergi untuk mencari kesenanganku di luar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
ziza
keren Thor semangat terus 🤩
jangan lupa feedback ke cerita perdana aku
"13 Maret"
kutunggu kedatangan nya terimakasih
2020-08-01
1