Aku tergoda !

Usai resepsi, keluargaku berpamitan pulang. Aku meminta mereka menginap semalam di hotel namun Abah dan Ibu menolaknya.

"Kinanti besok sekolah nduk, Abi juga. Nanti keteteran" kata Ibu sambil megusap sayang puncak kepalaku. Ibu Abah, suamiku tidak mencintaiku !!!! Rasanya ingin sekali ku teriakan isi hatiku pada Ibu dan Abah. Tapi itu hanyalah khayalan semata.

"Dek , mas pulang ya" mas Adam memelukku bergantian dengan mba Ayu.

"Mbak , Jaga diri baik-baik. Semoga mbak bahagia sama mas Raihan ya." Muhammad memelukku dan menatapku sendu. Seketika tangisku pecah. "Huaaa.. hiks.. hiks.." Aku mengeratkan pelukanku pada Muhammad.

Andai saja dia tahu perasaanku !

"Jaga anak abah baik-baik ya nak" ucap abah pada mas Raihan.

"Pasti bah, tenang aja"

Mereka berlalu meninggalkan kami di depan pintu kamar. Mami, Papi, Zayn dan Delisa menghampiriku, mereka memelukku dan mas Raihan.

"Jingga, mau saya panggil mbak? atau kakak?" Tanya Zayn dan Aku menggeleng "Kayak biasa aja"

"Mami papi pulang dulu ya, kalian istirahat lah disini. Jangan lupa buat cucu untuk mami papi ya" Ucapan mami membuatku tersenyum getir. Boro-boro cucu, dia aja nggak napsu sama gue !

"Mbak, Bang, Deli pulang dulu ya"

"Hati-hati Del" ucap mas Raihan tersenyum.

Seperginya keluarga ku dan mas Raihan. Kami masuk ke dalam kamar. Aku melepas satu persatu pakaianku, kemudian menggunakan setelan piyama berwarna salem. Aku menghapus makeup keseluruhan hingga menampakan wajah polosku.

Mas Raihan sudah mengganti pakaiannya , dia juga mengenakan piyama hanya saja berwarna hitam.

Mas Raihan membaringkan tubuhnya di ranjang, kemudian melakukan panggilan video dengan Felicia. Meskipun dia tidak mencintaiku seharusnya dia bisa menjaga sedikit perasaanku. Tega sekali mas Raihan. Aku benar-benar akan mengikuti cara main mereka. Malam ini ku biarkan lolos, besok-besok jangan harap kamu tidak tergoda denganku mas !

Aku memejamkan mata entah sudah berapa jam. Mas Raihan masih dengan aktivitas video callnya tarnyata. Ingin rasanya ku rebut ponsel itu kemudian ku banting ke sembarang arah. Namun aku tidak memiliki keberanian untuk itu.

Tiba-tiba ponselku berdering, aku segera mencarinya dengan meraba nakas di samping ranjang. Setelah dapat aku menjawab panggilan tersebut tanpa melihat siapa penelfonnya.

"Hmmm" Suara khas orang bangun tidur.

"Jingga apa kamu melakukannya?"

"Melakukan apa?"

"Itu, aku tahu kamu nggak cinta sama dia" Ucap seseorang di ujung sana. Ku lihat namanya ternyata Bastian.

"Jingga ? denger nggak sih ?" Tanya Bastian

Aku mematikan panggilan tersebut meletakan ponselku kembali di nakas. Aku membalik tubuhku , merebut ponsel mas Raihan. Ku tampilkan wajahku di layar. Membuat wanita itu memakiku. Mas Raihan diam hanya membulatkan matanya. Dia membiarkanku melakukan apa saja pada ponselnya.

"Dasar jal***ang !" ucap Felicia dari sana.

"Siapa yang jal**ang? malam-malam video call dengan pakaian seksi begitu ! Ini suami saya. Sudah sah di mata hukum dan agama.Bye !" aku mematikan panggilan video itu. Entah darimana aku memiliki keberanian untuk merebut ponselnya, itu terjadi begitu saja.

Ku lihat mas Raihan menarik sudut bibirnya menunjukan senyum kecil. Aku tidak tahu apa arti senyum itu.

Ku letakan ponselnya tepat di sebelahku. Aku memeluk tubuh hangat mas Raihan. Ku tepis rasa malu yang ada pada diriku. Aku benar-benar tidak mau menjadi janda untuk yang ke dua kalinya. Aku harus menjaga suamiku.

"Kenapa kamu memeluk saya Airin?" tanya mas Raihan.

"Aku tidak mau wanita lain memeluk suamiku, aku tidak suka berbagi apa yang sudah menjadi milikku." aku semakin mengeratkan pelukanku.

"Kamu bahkan tau hati ini masih milik siapa Airin"

"Aku tahu kok, maka dari itu aku berencana menyingkirkan nama itu dari hatimu. Jangan berselingkuh mas, dosa. Berusahalah mencintaiku, karena aku juga melakukan hal yang sama"

mas Raihan diam tak menjawab

"Lakukan apa yang kamu ingin lakukan pada Felicia. Lakulanlah padaku. Mencium? memeluk? bahkan lebih dari itu. Lakukan , aku tidak akan menolak meski cinta belum tumbuh di hatiku"

"Saya tidak mencintai kamu Airin"

"Mas ? Cobalah. Lihat aku" ku raih wajahnya supaya mau menatapku.

"Lakukan apa yang seharusnya seorang suami lakukan, Allah akan membuatmu mencintaiku. Jangan menepisnya ketika rasa itu muncul" wajahku sangat dekat dengan wajah mas Raihan. Aku merasa jantungku memompa lebih cepat dari biasanya. Aku segera melepaskan wajah mas Raihan. Pipiku terasa panas. Rasanya malu sekali.

"Kenapa berhenti menggodaku Airin? Lakukanlah aku ingin tahu sejauh mana usahamu" mas Raihan menantangku? Biarkan aku berpikir sejenak. Aku benar-benar harus menepis rasa maluku. Aku tidak mau rumah tanggaku hancur. Aku akan menggodanya malam ini.

Aku terdiam beberapa saat, mengumpulkan kembali nyaliku yang mulai menciut. Sejujurnya aku tak tahu apa yang ku lakukan barusan, aku hanya merasa hal itu sangat diperlukan.

"Ayo Airin, apa kamu menyerah?" pemilik suara bariton itu masih memejamkan matanya.

Detik kemudian aku memberanikan diriku untuk menggodanya lagi.

Baiklah, aku akan memulainya !

Aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Ku telusuri garis wajah bahkan rahang tegasnya dengan jemariku. Ku biarkan jemari ini menari diatas bibirnya. Suami tampanku tetap memejamkan matanya. Baguslah! akan lebih percaya diri melakukannya jika dia tidak menatapku. Ku kecup keningnya kemudian kedua pipinya, hidungnya , kedua matanya, terakhir bibirnya.

Aku mengecupnya berkali-kali dengan penuh kelembutan. Mas Raihan tetap diam tak bergeming. Aku mulai berani melahap kecil bibir sexy itu, bibir yang mungkin sudah mulai menjadi canduku. Aku menikmati bibir hangat milik suamiku, kurasakan jantungku mulai bergemuruh tak beraturan. Tapi hal itu tak menyurutkan semangatku untuk menggoda pria tampan itu, pria yang sudah menjadi kekasih halalku.

Entah sudah berapa lama aku menggodanya, tak terasa rupanya Mas Raihan sudah membalas ciumanku. Ya ! aku menyukainya.

Ku biarkan lidah suamiku ngabuburit di dalam rongga mulutku. Aku benar-benar melakukannya ! aku rindu bertukar saliva dengan seorang pria. Ya, ini terasa nikmat sekali.

DIPOTONG

Kami kembali mengatur nafas berat kami berkat olahraga malam ini. Mas Raihan menatapku sebelum dirinya mengecup lembut keningku. Dia merebahkan tubuh kekarnya di sisiku. Aku memutar tubuhku membelakanginya, terlalu malu untuk berhadapan dengannya saat ini. Dia melingkarkan tangannya di perut rampingku. Aku hendak melepasnya namun

"Biarkan begini Airin, jangan buat aku goyah" aku tidak menyadari sejak kapan mas Raihan tidak lagi menggunakan kata saya. Aku hanya merasa senang mendengarnya.

Aku membalik tubuhku dan membalas pelukannya. Aku memeluk tubuh kekarnya, kepalaku tepat berada di dada bidangnya. Aku benar-benar lelah setelah pergulatan panas tadi. Aku benar-benar akan mencintainya, mencintai suamiku. Suami sahku, semoga Allah membuatnya segera jatuh cinta padaku. Tak terasa begitu lama aku memeluknya hingga aku mendengar deru nafas suamiku ini yang mulai teratur.

Aku bangga dengan diriku, akhirnya aku kembali merasakan kehangatan ini. Aku sudah lama menantikannya, namun dengan cara lain Tuhan mengirimiku seseorang yang akan mengisi kekosongan hatiku.

Mas Ridho? doakan aku. Restui hubungan kami, aku menikah dengannya karena aku percaya pada Tuhan. Ia tak mungkin melancarkan rencana ini kalau memang sesungguhnya kami tidak berjodoh.

Aku berharap semua cinta yang mas Raihan berikan untuk wanita itu akhirnya berpindah kepadaku. Aku ingin dia hanya mencintai aku istrinya, istri sahnya.

Doakan kami supaya kami hidup bahagia kedepannya, doakan suamiku supaya ia mencintai dan menyayangi buah hati kita seperti putri kandungnya sendiri. Terimakasih mas Ridho, kamu pernah ada menemaniku. Menghadiahiku putri kecil yang lucu. Hanya doa itu yang bisa ku panjatkan malam ini, aku tak dapat berkata-kata lagi. Aku terlalu bahagia malam ini.

.

.

Aku memuaskan mataku untuk menatapnya lagi sebelum aku tidur dengannya untuk pertama kali. Dia memang tampan, pantas saja majalah selalu memberitakannya bahkan ia dinobatkan sebagai CEO tampan termuda. Aku tak menyangka akhirnya akan menikah dengan pria ini, pria yang sama sekali tidak pernah ku pikirkan untuk menjadi jodohku. Tapi terimakasih Tuhan. Apapun itu, aku akan selalu bersyukur menerima kebaikan-kebaikanmu.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kali aja ada yang ngulang adegan ini, isinya 98% aku rubah. Karena dapat teguran

So sorry ya guys ! 😍

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!