Jadi kamu sudah menikah?

"Cium tangan abang dulu adek sayang" Bastian mengulurkan punggung tangannya setelah menurunkanku di depan kantor. Aku melihat mobil pak Raihan baru saja tiba. Aku sedikit membungkuk karena Bhumi menyapaku. Pak Raihan tidak melirik ke arahku sedikitpun.

"Adek , abang mau berangkat nih ayo salim" Aku menepis tangannya kemudian mencubitnya. "Bastian jangan keterlaluan deh ! " Aku mendengus kesal memalingkan wajahku dan berlari kecil masuk kedalam. "Adek nggak bilang Assalamualaikum sama abang?" Bastian mengeraskan suaranya ketika aku hampir masuk ke lobi. Ya Allah sabar ! "Assalamualaikum Bas, makasih udah nganterin. Hati-hati dijalan" Seru ku ketus. Aku tidak habis pikir , apa yang merubah Bastian pagi ini. Apakah dia salah makan? kenapa Bastian jadi seberani tadi. Aku menyadari banyak pasang mata memperhatikan langkahku sedari tadi. Mereka pasti memikirkan yang tidak-tidak lagi tentangku !

Aku tiba di mejaku setelahnya. Bhumi menghampiriku dengan langkah yang tergesa-gesa.

"Mmm.. Jingga hubungi departement produksi untuk bersiap-siap. Kayaknya pak Raihan lagi bad mood. Takutnya mereka jadi sasaran"

"Oh siap pak"

"Yaudah ya Ngga, saya masuk dulu" Bhumi meninggalkanku aku segera mengubungi nomor departemen produksi. Selama bekerja disini, aku belum pernah melihat langsung seperti apa amukan pak Raihan pada karyawannya. Mungkin sebaiknya aku pernah melihatnya.

"Airin ikut saya !" Tanpa melihat ke arahku Pak Raihan berjalan dengan wajah dipenuhi kekesalan. Bhumi mengisyaratkan agar aku mengikuti di belakangnya. Aku mengikut saja. Kami masuk ke mobil, menuju ke departemen produksi milik KJ Group. Masih di wilayah yang sama. Namun di gedung yang berbeda.

Kami tiba di tujuan, aku berjalan cepat mengikuti bos tampanku. Sulit sekali mengimbangi jalan pak Raihan karena langkahnya sangat lebar. Beginilah rasanya memiliki tubuh mungil.

Pak Raihan menemui kepala bagian produksi, Bhumi memerintahkanku untuk duduk menunggu mereka. Ku lihat pak Raihan dengan kemarahannya, dia sampai menunjuk-nunjuk wajah pria paruh baya di hadapanya. Aku merasa kasihan pada pria itu, kesalahan apa yang dibuatnya sehingga membuat pak Raihan turun tangan langsung untuk menegurnya. Sekarang posisi pria paruh baya itu berlutut dan menyatukan telapak tangannya tepat didepan wajahnya. Dia memohon pada Pak Raihan. Tak lama kemudian pria itu bangun dan berjalan meninggalkan Pak Raihan dengan raut wajah dipenuhi kesedihan.

Bhumi mengirim sebuah pesan untuku , dia memerintahkanku untuk kembali ke.kantor terlebih dahulu.

Aku kembali ke kantor, satu jam , dua jam , bosku dan Bhumi tak kunjung kembali. Aku juga sedang tidak ada kerjaan sekarang. Pekerjaanku tidak terlalu repot semenjak kembalinya Bhumi. Pak Raihan juga tidak banyak memberiku pekerjaan. Sepertinya Bhumi lebih dipercaya karena dia bekerja lebih dulu daripada aku.

*****

Aku pulang ke apartemen, tak lama setelah aku masuk. Bel berbunyi, aku segera membukanya. Rupanya kurir. Aku menandatangani kemudian menerima paket tersebut. Ku buka kotak besar itu dengan hati-hati. Ada kertas terselip di dalamnya.

"Untuk calon menantuku Jingga"

Kiriman itu berisikan satu stel pakaian bermerk berlengan panjang begitupun celananya. Dan beberapa buah pashmina. Oh tunggu, ada satu lagi. Ini adalah sebuah gaun. Aku tidak tahu apa motifnya namun yang ku tahu ini sudah pasti kiriman dari Mami Maryam. Aku harus mengembalikannya ! Aku tidak berhak atas paket ini.

Waktu sudah menunjukan pukul 8.30 malam, aku menekan bel pintu apartemen pak Raihan. Aku tahu dia di dalam, kenapa tidak ada jawaban? Aku menghubungi Bhumi , namun Bhumi hanya memberiku pin dan meminta tolong padaku untuk segera masuk. Akupun menurutinya, aku takut kalau-kalau terjadi sesuatu pada bosku.

Aku menekan pin kemudian tit , pintu terbuka. Ku letakan paket itu di atas laci besar samping pintu. Aku mencari keberadaan pak Raihan. Kucari ke dapur, ke ruang tamu, ke ruang tv, ke ruang kerja. Dia tidak ada, akhirnya kuputuskan untuk memberanikan diri masuk ke kamarnya. Ku buka handle pintu dengan hati-hati. Cekleeekkkk

"Astaghfirullah hal adzim !" Kamarnya seperti kapal pecah, banyak pecahan kaca dan juga vas bunga. Selimut bahkan seluruh isi kamar ini serasa baru saja terkena angin topan. Dan si pemilik? Dia menyandarkan tubuhnya di bawah ranjang dengan menelungkupkan kepalanya. Dengan hati-hati aku menghampirinya. "Pak, pak Raihan?" Aku menggoyang lengannya pelan. Dia menunjukan wajahnya yang memerah, dia mendekatkan wajahmya padaku. Aku merasakan nafasnya sangat dekat. Aku mencium aroma yang tidak biasa dari mulutnya. Entah bau apa ini yang jelas aku tidak suka . Aku segera menjauhkan diriku. Penampilan pak Raihan sangat kacau saat ini. Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan. Aku merapikan sedikit ranjangnya kemudian aku memapahnya supaya merebahkan dirinya di ranjang. Kulepaskan dasi yang mengalung sembarangan di lehernya. Ku lepas sepatu dan kaos kakinya. Aku menduga bahwa pak Raihan baru saja usai menangis. Aku merasa kasihan melihatnya, baru pernah ku lihat langsung sisi rapuhnya saat ini.

"Pak istirahat ya, biar saya yang beresin kapal pecah ini" Dia hanya mengangguk setuju. Aku mengambil sapu dan membersihkan serpihan vas dan kaca. Aku meletakan kembali buku-buku di raknya meskipun tidak sesuai tatanan awalnya, tentu saja karena aku tidak tahu. Beberapa menit kemudian pekerjaanku selesai.

"Pak saya pulang, bapak istirahat ya."

"Airin wait ! jangan kemana-mana. Temani saya disini" Pintanya sambil menunjukan wajah sedihnya.

"Aduh pak, udah malem saya ngantuk"

"Tidur disini"

"Pak nggak mungkin saya tidur disini, saya masih tahu batasan"

Pak Raihan menatap sinis ke arahku "Pak bukan muhrim"

"Sebentar lagi kita menjadi muhrim"

"Maksud bapak apa?"

"Bukannya sudah jelas? Orang tua saya menginginkan kamu menjadi menantunya."

"Bapak jangan bercanda, kita belum lama kenal. Lagipula kita nggak punya perasaan satu sama lain. Bapak juga belum tau seperti apa kondisi saya"

"Saya juga nggak mau Airin, tapi orang tua saya yang mau. Entah apa yang membuat mereka menginginkanmu !"

"Pak, saya resign aja ya. Saya harus kembali, saya sudah punya keluarga. Maaf menolak permintaan keluarga bapak"

"APAAAA???? Jadi kamu sudah menikah?"

Aku mengangguk membenarkan pertanyaan itu.

"Saya juga sudah memiliki seorang putri pak, maaf saya permisi"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!