Panggil mami saja

Aku menghapus darah di ujung bibir pak Raihan dengan tissue. Karena jujur saja aku belum membeli kebutuhan rumah bahkan bahan masakan sekalipun.

Setelahnya, aku menjernihkan pikiranku untuk memulai pembicaraan kepada dua pria yang sedang dilanda kemarahan itu.

"Kalian salaman dulu" Perintahku, namun tidak di gubris oleh mereka. Mereka malah saling buang muka. Huh menyebalkan sekali !

"Oke baiklah, aku akan resign. Dan aku nggak mau ketemu mas Adam selama lama lama lama lamanya"

"Airin !"

"Dek !"

Kedua pria itu dengan kompaknya membentak membuatku tersenyum sinis.

"Kenapa ? Nggak mau salaman kan? Perkenalkan diri kalian dengan baik. Selesaikan kesalah pahaman ini segera"

Merekapun menuruti perintahku bersalaman sambil memperkenalkan diri

"Saya Raihan, Dirut di KJ Group"

"Adam kakaknya Jingga"

"Loh kakaknya?" Pak Raihan membulatkan matanya.

"Ya iya kakaknya" Jawab Mas Adam ketus

"Kenapa anda tidak bilang? malah langsung memukul saya?" Pak Raihan mengernyitkan dahinya

"Kalau anda tidak bicara sembarangan, tinju ini tidak mungkin sampai kesitu" Mas Adam menunjuk dengan wajahnya ke arah Pak Raihan.

"Astaghfirullah sudah cukup, bapak mau apa kesini?"

"Saya mau mastiin kamu nggak bunuh diri Rin" Katanya sambil memasang wajah sendu, baru pernah aku melihat wajah si pria dingin menjadi se khawatir ini.

"Masya Allah bapak, saya masih punya keluarga. Saya nggak bakalan ngecewain mereka. Kalaupun saya sakit hati, mentok-mentoknya ambil jalan pintas. Yaitu resign" Kataku datar

"Jangan Rin tolong" Pak Raihan memohon? sama aku? beneran ? Aku akan berpura-pura bersikap seolah tidak membutuhkan pekerjaan itu lagi.

"Jingga? Resign aja. Mas nggak tega mereka mengolok-olok kamu. Selama ini mas menjaga dan menyayangi kamu sepenuh hati. Biar mas aja yang kerja. Itung-itung mas menafkahi dua istri" Mas Adam menatapku dengan tatapan iba. Sedangkan pak Raihan hanya menundukan pandangannya, aku tahu bahwa dia menunggu jawaban dariku.

"Tunggu besok mas, nanti Jingga putuskan" Kataku sambil melirik ke arah pak Raihan.

"Anda silahkan pulang, saya juga mau pulang soalnya" Mas Adam mengusir pak Raihan dengan menyetel wajah garang. Jujur saja aku ingin tertawa melihat bosku yang biasa seperti macan tiba-tiba berubah menjadi kucing hari ini. Pak Raihan menurut, dia segera bangun dari duduknya "Airin pikirkan baik-baik, jangan resign." Aku hanya mengangguk dan membiarkan Pak Raihan pergi dari apartemenku.

"Jingga mas pulang, kabari kalau ada apa-apa. Sebenernya mas nggak pengen kamu resign. Tapi kalau memang itu terjadi, mas beneran bisa masukin kamu ke kantor. Meskipun gajinya kecil, yang penting nyaman dek" Mas Adam melangkahkan kakinya menuju pintu akupun mengangiringi langkahnya. "Iya mas lihat besok manti Jingga kabari, mas hati-hati pulangnya. Sabtu Jingga pulang, kangen Kinan"

"Assalamualaikum" Mas Adam mengusap kepalaku setelah mengucapkan salam dan aku menjawabnya. Aku segera menutup pintu kemudian masuk kedalam kamarku. Tanpa mengganti setelanku terlebih dahulu aku langsung merebahkan tubuhku di ranjang.

grrrddd grrrddd [Pesan Baru Diterima]

Bos Killer

"Airin ingat ! Jangan resign"

Membaca pesan yang baru saja masuk di ponselku membuatku, terkekeh geli. Apa yang terjadi pada pak Raihan sebenarnya. Aku mengeklik profil Whatsapp pak Raihan. Kemudian kupandangi foto pak Raihan. Aku mengakui dari segi fisik Pak Raihan termasuk kategori pria sempurna, sayangnya dia sudah memiliki kekasih. Kalau belum, mungkin saja aku bisa lebih berani berhadapan dengannya. Selama ini aku tidak memiliki keberanian untuk menatapnya lama, aku takut menyukainya. Aku sadar diri , aku hanyalah seorang janda. Juga bukan dari kalangan atas sepertinya, bila dibandingkan aku hanyalah udara, ada tapi tak nampak. Sedangkan Felicia adalah matahari, terang dan bersinar. Siapa yang tidak mengagumi kecantikannya yang bak dewi itu. Jika aku pria , sama seperti pak Raihan. mungkin aku juga akan menyukainya.

Tanpa sadar aku mengusap-usap layar ponselku, aku segera menghentikan perbuatanku. Aku takut suatu hari nanti aku mulai menyukainya. Sadarlah Jingga, kamu hanyalah pungguk yang merindukan rembulan !!! Aku mengatakan itu sembari menoyor kepalaku.

******

Esok harinya aku kembali ke kantor seperti biasa, aku berangkat menggunakan taksi online. Di kantor aku sudah tidak mendengar para karyawan bergosip tentangku dan pak Raihan. Aku mulai lega, aku memutuskan untuk mengabari mas Adam perihal ini.

Aku tidak ingin mas Adam mengkhawatirkanku terus-menerus.

Dan esok harinya aku kembali lagi kantor. Ini adalah hari ke dua setelah insiden gosip itu, aku masih tidak mendengar mereka membicarakanku. Alhamdulillah kataku sambil memasuki ruangan pak Raihan.

Kemudian aku dikagetkan dengan sosok pria berbadan tegap sedang duduk di ujung meja kerja milik asisten pribadi pak Raihan. Pria itu terlihat sibuk dengan iPad di tangannya.

"Airin , mulai sekarang kamu duduk tempatmu sendiri. Kenalkan ini Bhumi asisten pribadi saya"

Kata pak Raihan menyunggingkan senyum kecil di bibirnya. Bhumi menatap ke arahku , mengangkat sebelah tangannya. Dan berkata "Hay" dengan senyum manis merekah di bibirnya.

"Oh hay pak Bumi" Aku mengangkat telapak tanganku, kemudian tersenyum. Aku segera membalikan badanku berjalan keluar dari ruangan. Baiklah sekarang aku duduk di mejaku sendiri, aku jadi tidak bisa sering-sering melihat pak Raihan. Karena dari luar sini bagian dalam ruangan pak Raihan tidak terlihat. Curang sekali, dari dalam mereka bisa melihatku tapi tidak denganku.

Aku membuka laptop dan mulai berkutat dengan pekerjaanku. Aku mengecek email masuk satu persatu, dan mengurutkan mulai dari yang paling penting. Sudah hampir 2 jam aku sibuk dengan email dan file yang perlu ku cetak. Tiba-tiba kepalaku terasa sakit, pandanganku sedikit kabur. Itu terjadi begitu saja, hanya beberapa detik kemudian pandanganku kembali normal. Sepertinya aku butuh sesuatu yang hangat, aku memutuskan untuk ke pantry. Aku membuat satu teh untukku dan dua kopi untuk pria tampan yang ada di ruangan presiden direktur.

Aku meletakan teh ku di meja terlebih dahulu, kemudian membawa kopi itu ke ruangan bosku.

"Wah, padahal saya baru mau nyuruh Rin" Kata pak Raihan memujiku

"Udah cantik, pengertian, perhatian, lebih cocok jadi istri daripada sekertaris tuan" Timpal Bhumi membuatku tertunduk malu.

"Istri siapa? kamu mau? ambil saja" Ketus pak Raihan . Aku langsung memutar tubuhku lalu meninggalkan ruangan pak Raihan. Apa-apaan ambil saja, kalian pikir aku barang?

Aku menikmati secangkir teh ku , sambil memeriksa berkas yang harus pak Raihan tanda tangani.

Beberapa menit kemudian aku merasa sakit lagi di bagian belakang kepalaku. Aku memejamkan mata lalu mendongakan kepalaku keatas , menggerakannya ke kanan dan ke kiri. Tiba-tiba sosok wanita paruh baya mengagetkanku saat aku membuka mataku.

"Astaghfirullah hal adzim !" Aku kaget sekali , bagaimana tidak? wanita itu tersenyum lebar dan jaraknya hanya dua jengkal saja dari wajahku. Aku memperhatikan penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Benar-benar semuanya barang branded. Dia berhijab namun tetap berkelas.

"Kamu muslim ?" Tanyanya dengan senyum mengembang. Aku hanya menganggukan kepalaku, aku terheran melihat senyum wanita paruh baya yang sepertinya berdarah timur tengah itu. Matanya sangat tidak asing, aku seperti pernah melihat mata itu sebelumnya.

"Baiklah saya masuk dulu" Pamitnya masih dengan wajah girang, aku segera mencegahnya masuk dengan memegang lengannya lembut.

"Maaf nyonya, apa nyonya sudah buat janji?" Tanyaku ramah membuat wanita itu lagi-lagi tersenyum.

"Untuk apa saya membuat janji dengan anak saya sendiri?" Dia benar-benar bersikap ramah. Aku melepaskan tanganku dan membiarkannya masuk kedalam.

Entah sudah berapa lama wanita paruh baya itu berada di dalam, dan ini sudah jam istirahat. Sepertinya kali ini aku tidak bisa melaksanakan ibadahku di ruangan pak Raihan. Aku akan melakukannya di mushola dekat kantin saja.

truuuuut truuuut (suara telepon kabel di mejaku)

Aku segera mengangkatnya. "Selamat siang, dengan saya Jingga, Sekretaris dari KJ Group. Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya tahu. Karena kamu sekertaris saya ! Kamu mau sholat? di dalam saja. Kita jamaah sama Bhumi juga"

Kata seorang pria di dalam ruangannya.

"B.. baik pak" Aku segera bergegas masuk. Ku lihat Bhumi melepas jam tangannya kemudian masuk ke tempat wudhu. Pak Raihan juga menyusul, aku mulai melepas jam tanganku. Wanita paruh baya itu sudah lebih dulu berada di tempat Sholat. Dia sudah rapi dengan mukenahnya. Setelah selesai dengan wudhu, kami melaksanakan ibadah kali ini berjamaah. Dengan pak Raihan menjadi imamnya. Sungguh pemandangan yang langka, sebelumnya aku dan pak Raihan sholat secara bergantian.

Setelah salam, tiba-tiba wanita paruh baya itu menyodorkan punggung tangannya padaku. Aku terdiam sejemak membuat wanita paruh baya itu meraih tanganku dan membuatku mencium punggung tangannya. Apa-apaan ini?

Pak Raihan dan Bhumi bergantian mencium punggung tangan wanita itu.

Aku segera melepaskan mukenahku , melipatnya dan meletakannya di laci.

"Airin , ini Mami saya" Kata pak Raihan menunjuk wanita itu dengan wajahnya.

"Halo nyonya , nama saya Airin Langit Jingga biasa dipanggil Jingga." Ucapku pada wanita itu

"Maryam, panggil mami saja" Ucap wanita paruh baya dengan senyum khasnya. Kemudian kami berjabat tangan lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!