Dia tidak mencintaiku

Setelah pertemuan keluarga dadakan di mall kemarin malam. Ibu terus menghubungi Abah memintanya agar segera pulang.

Keesokan harinya Abah pulang, malam hari seusai sholat Isya kami semua berkumpul di ruang TV kecuali anak-anak. Abi dan Kinanti sedang main dirumah Paman dan Bibi pemilik mobil box dekat rumah.

Berkumpulnya keluarga kali ini bukan sesuatu yang biasa, lebih tepatnya menjadikanku seperti tersangka kasus kejahatan. Tatapan keluargaku membuatku canggung sendiri.

"Jingga bagaimana?" tanya Abah serius

"Apanya yang bagaimana bah?" aku pura-pura tidak mengerti kemana arah pembicaraannya.

"Keluarga Pak Sulaiman berniat melamarmu untuk anaknya" aku tidak berani menatap Abah. Aku ingin menolak tapi apakah mungkin? Aku hanya ingin menikah dengan pria yang mencintaiku.

"Apa Jingga punya pilihan bah? Kalau abah maunya dengar Jingga jawab Iya. Seharusnya abah nggak perlu nanya sama Jingga" ucapku menahan tangis.

"Baiklah Abah anggap kamu setuju ya nduk."

"Bah, apa nggak bisa kasih Jingga waktu? Adam nggak tega Bah." ucap Mas Adam menahan tangisnya, Mbak Ayu dan Ibu hanya bisa diam.

"Dengar ya anak-anaku. Seandainya waktu itu mas Sulaiman tidak mendonorkan ginjalnya untuk abah. Kalian mungkin tidak bisa hidup bersama abah hingga sekarang" ucap abah sembari meraihku kedalam pelukannya. Seketika tangisku pecah.

"Huaaaaa hiks.. hiks.. Abah nggak pernah cerita apa-apa sama Jingga. Hiks.. Kalo tau begini.. hiks.. Jingga menerima mereka dari awal. hikss... Jingga sayang abah. Hiks.."

"Besok pak Sulaiman sekeluarga datang kesini membicarakan pernikahan kalian. Abah yakin kamu bakalan lebih bahagia setelah ini" abah mengusap sayang rambut panjangku.

*****

Keesokan harinya keluarga pak Sulaiman datang tanpa Delisa. Aku merias diriku secantik mungkin, aku menuruti perintah Abah dan Ibu. Aku tidak ingin mengecewakan mereka.

Aku menuruni tangga dan menuju ruang tamu, aku mencium punggung tangan mami dan pak sulaiman.

Aku menjabat tangan pak Raihan layaknya partner bisnis. Tapi Zayn tidak menerima jabatan tanganku, dia menepisnya kemudian memelukku erat. Aku terkesiap.

"Jingga sekarang kamu nggak perlu panggil aku abang lagi ! Tapi kalo bang Raihan menolak pernikahan ini. Biar saya saja yang nikahin kamu" ucap Zayn membuatku menitihkan air mata, aku terharu dengan ucapan Zayn meskipun itu hanya candaan. "Ayo duduk Jingga" perintah Abah . "Lepasin Jingga Zayn ! Nanti sesak nafas dia." gerutu mami membuat Zayn melepas pelukannya.

Aku duduk bersebelahan dengan Ibu dan mas Adam.

Kedua keluarga ini mulai membahas tentang pernikahanku dan Pak Raihan. Semuanya tampak bahagia kecuali pak Raihan . Aku tahu dia sudah memiliki Felicia di hatinya. Namun demi Abah aku melakukan ini semua, aku akan memenangkan hatimu pak Raihan !

"Baiklah lebih cepat lebih baik, dua minggu lagi di hotel kami saja ya Rus?" tanya pak Sulaiman.

"Terserah kang mas saja, kami manut" jawab Abah. Jadi pernikahanku akan dilaksanakan 2 minggu lagi? Bismillah ya Allah, hamba melakukannya dengan Ikhlas untuk membahagiakan kedua orang tua hamba. Limpahkanlah kebahagiaan dalam rumah tangga yang akan ku bina bersama Pak Raihan.

"Raihan besok jemput Jingga fitting gaun di Louboutique . Sekalian cari cincin dan seserahan yang harus dibawa. Kamu menikah pakai adat jawa. Karena calon mertua kamu berasal dari Yogyakarta" Ucap Mami

"Ya mi oke" pak Raihan dengan senyum terpaksanya.

"Saya kira pertemuan kali ini cukup ya Rus. Kamu harus cepat mengabari Ibumu Rus. Katakan kalau kita akan menjadi besan !" pak Sulaiman sangat antusias sekali. Aku tidak bisa membayangkan apabila waktu itu aku menolaknya.

"Tentu saja mas, saya pasti kabari Ibu secepatnya. Bila perlu sekarang. Hehehe"

Keluarga pak Sulaiman berpamitan pulang, kemudian Ibu dan Abah memeluku bergantian. Mas Adam dan mbak Ayu menangis sambil sesekali tersenyum ke arahku. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka yang jelas aku harus berusaha hidup bahagia setelah ini. Aku tidak boleh membuat mereka sedih karenaku lagi.

Esok paginya, Pak Raihan menjemputku dia terlihat tampan dengan celana chinos berwarna cokelat dan kaos putih ketat berlengan pendek. Dia menggunakan jam tangan kesayangannya. Aku menuruni tangga menghampiri Pak Raihan yang sedang berbincang dengan Abah.

"Bah titip Kinanti ya" ucapku pelan

"Kinanti dimana?" tanya Abah mengangkat alisnya.

"Baru ajah tidur bah." jawabku

"Yasudah om, kita berangkat dulu ya" pak Raihan mencium punggung tangan Abahku. Kemudian kami berangkat, aku membuka pintu mobil untukku sendiri. Dasar bod*oh memangnya apa yang kamu harapkan Jingga ! Tentu saja membuka pintu ini sendiri kecuali pak Raihan mencintaimu ! Ucapku dalam hati.

"Pak kita mau kemana?"

"Kamu udah tau jawabannya, jangan panggil saya pak lagi. Saya nggak mau mami marahin saya gara-gara kamu masih manggil saya dengan sebutan bapak"

"Terus? saya panggil apa dong pak?"

"Terserah kamu lah, nama aja nggak apa-apa"

"Nggak sopan ah pak"

"Yasudah terserah kamu Airin" aku memikirkan panggilan apa yang pantas untuk calon suamiku ini. Sepertinya Mas cocok untuknya.

Kami sampai di Louboutique , setelah itu kami masuk dan pemilik butik merekomendasikan beberapa gaun untukku. Aku mencobanya satu persatu. Mulai dari gaun yang memperlihatkan bagian belakang punggungku.

"Gimana?" tanyaku memutar badan di hadapan calon suamiku.

"Ganti !" kemudian aku memakain gaun ke dua, yang memperlihatkan bagian bahuku.

"Ini gimana mas?" calon suamiku terlihat kaget dengan panggilan barunya. "Ganti, apa semua gaun disini terbuka seperti ini?!!!!" bentak mas Raihan pada pemilik butik. "Sebenarnya kami ada beberapa pak" ucapnya dengan wajah ketakutan.

"Pakai hijab aja Airin, biar lebih nyaman" Pintanya padaku lembut , Aku mengangguk. Aku menggunakan 2 gaun terakhir yang cocok dipadukan dengan hijab. "Yaudah Rin ini aja bagus" ucap mas Raihan mengangkat satu jempolnya. "Mas nggak fitting?" tanyaku pada mas Raihan. Aku harus membiasakan diriku memanggilnya dengan sebutan mas.

"Saya udah sebelum kesini" jawabnya datar

Kami melanjutkan perjalanan menuju sebuah toko perhiasan didalam mall xx . "Cincin nikah yang paling mahal dan model terbaru, sekarang!" perintah mas Raihan pada pelayan toko perhiasan. Tak lama kemudian manager menghampiri mas Raihan dan aku. "Selamat siang Tuan sudah lama tidak kemari, kami bawakan model terbaru untuk tuan Raihan" ucap manager menjentikan jari membuat para pelayan menunjukan koleksi terbarunya.

"Pilih yang kamu suka" mas Raihan memerintahku. Aku langsung memilihnya, aku tidak peduli modelnya. Yang ku pilih adalah harganya. YANG PALING MURAH !

"Ini aja mas" ucapku menunjukan sepasang cincin berhagra 24juta.

"Airin jangan bikin saya malu, apa kata mami nanti. Jangan lihat harganya , pilih modelnya saja" ketusnya . Padahal aku hanya tidak ingin membebani keluarga kamu mas !

Aku asal pilih saja model yang menurutku bagus kemudian menunjukannya pada mas Raihan.

"Ini aja mas" kemudian mas Raihan mencoba pasangan cincin tersebut "Bungkus yang ini" Dengan sigap pelayan toko membawanya ke meja kasir.

"Jadi 792juta rupiah pak" APA ? Yang benar saja? cincin sekecil tadi???? aku melongo dibuatnya.

Calon suamiku mengeluarkan dompetnya lalu diambilnya sebuah kartu berwarna hitam. Setelah melakukan pembayaran kami keluar. "Mas cincinnya kemahalan" ada perasaan tidak enak setelah mendengar harga cincin tadi.

"Sudahlah Airin, uang saya nggak bakalan habis kalau cuma buat beli cincin kaya tadi" ucapnya datar kemudian memberikan kartu hitam tadi padaku. "Beli pakaian dalam, pakaian apa saja, gaun muslim, sepatu, skincare, dan semua kebutuhan kamu, saya tunggu di food court setelah selesai" Aku mengangguk karena aku tahu mas Raihan tidak mungkin mau menemaniku selama itu. Dia kan tidak mencintaiku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!