Aku meraih ponsel di tasku. Ku buka pesan yang baru saja masuk. Benar saja, gaji pertamaku sudah dibayar lunas di muka. Tunggu dulu? ini nol nya betulan? aku membacanya berulang , ku hitung lagi, lagi , lagi dan lagi.
"Pak gaji saya nggak salah? Bapak nggak salah ketik?" Tanyaku memastikan, pak Raihan hanya menggeleng. Ini benar-benar 48juta? bukan 4.8juta? Alhamdulillah kalau begini , aku bisa menabung dan membeli rumah sendiri. Terimakasih ya Allah.
"Seneng ? Kamu harus bekerja sesuai dengan gajimu ya. Yang rajin !" Kata pak Raihan, aku menganggapnya sebagai kata-kata penyemangat untukku bekerja dengan giat.
"Sudah sana turun, ambil kopernya" Perintahnya .
Aku turun menuju pos satpam, mengambil koperku . Tak lupa untuk mengucapkan terimakasih pada satpam yang bernama Joni tersebut.
Aku membawa koperku masuk ke dalam bagasi mobil bosku. Pak Raihan melajukan mobilnya cepat, dia membawaku ke sebuah gedung menjulang tinggi yang sudah ku tebak itu adalah sebuah apartemen.
Dia terlihat mengubungi seseorang lewat ponselnya, tak lama kemudian seorang pria berpakaian rapi menghampirinya. Aku tak tahu apa yang sedang bosku bicarakan dengannya, yang jelas setelah itu dia mengajaku masuk kedalam. Lagi-lagi aku hanya bisa menurutinya. Kami menuju lantai 7 , pak Raihan bersama pria itu berjalan berdampingan.
Tujuan kami berhenti di kamar nomor 105
"Airin, sekarang kamu tinggal disini" Dia membukakan pintu apartemen, mengajariku mengubah sandinya.
"Pak harga sewanya berapa?" Aku benar-benar meragukan harganya, apartemen semewah ini? aku akan tinggal disini? bagaimana kalau nanti gajiku hanya dihabiskan untuk membayar sewa apartemen saja?
"Sementara pakailah, anggap saja ini fasilitas dari saya. Tidak usah salah paham, saya melakukan hal yang sama pada asisten pribadi saya. Dia penghuni apartemen nomor 106" Aku mengangguk pelan, Padahal rasanya sangat tidak nyaman menerima fasilitas dari pak Raihan. Aku takut nanti akan menimbulkan salah paham nantinya.
"Yasudah, saya tinggal rin. Istirahat dulu, nanti malam temani saya bertemu Klien. Pakai gaun yang rapi"
Pak Raihan berlalu meninggalkanku. Perlahan kulangkahkan kakiku, kucari dimana kamar, dimana toilet, dimana letak ini itu dan lain-lain. Setelah selesai dengan rasa penasaranku, aku memutuskan untuk membasuh tubuhku, kunyalakan shower dengan air hangat. Tanpa kusadari, bibirku mengulas senyum kecil. Betapa nyamannya tempat tinggal baruku.
******
Seusai sholat isya , aku merasa sangat ingin melihat wajah peri kecilku. Akhirnya aku memutuskan untuk melakukan panggilan video lewat mba Ayu.
"Bundaaaaaaa" Kinanti menyapaku dengan wajah lucunya yang sedang cemberut.
"Iya sayang"
"Kenapa bunda nggak bilang-bilang sama Kinan?" Anak manis itu mengerucutkan bibirnya, sungguh belum sehari berpisah dengannya sudah membuatku rindu setengah mati. Aku tahu yang Kinanti maksudkan, dia pasti kecewa mendapatiku tak ada di sampingnya ketika bangun. Padahal aku sudah berjanji untuk mengantarkannya di hari pertama ia masuk sekolah.
"Kinanti sayang, Bunda kan kerja. Cari uang buat Kinan" Aku mencoba merayunya supaya tidak marah lagi padaku.
"Kalau bunda kerja berarti nanti punya uang banyak ya bunda? Kinan bisa beli sepeda baru dong?" Ucapnya antusias, aku hanya mengangguk dengan senyum penuh arti.
Tiba-tiba suara bel mengejutkanku, aku segera mematikan panggilan setelah sebelumnya mengucapkan salam pada putriku.
Tanpa melepas mukenahku, aku lari berhamburan menuju pintu.
"Airin? Kok belum siap!!" Rupanya pak Raihan, dia menggunakan tuksedo berwarna navy dengan dasi kupu-kupunya. Sempurna . Hanya kata itu yang pantas untuk menggambarkan pemandangan pria tampan layaknya bintang film itu.
"Astaghfirullah" Spontan saja kata itu keluar dari mulutku.
"Kenapa nyebut? Ganteng? saya emang ganteng, cepetan ganti baju sudah telat ini" Pak Raihan mendorong tubuhku supaya bergegas mengganti pakaian.
Aku langsung lari menuju kamar , menggunakan riasan seperlunya. Kali ini aku menggunakan dress berwarna baby blue dengan Heels senada yang tingginya kurang lebih 10cm. Aku menggulung rambutku asal, hingga menampilkan kesan tidak rapi namun tetap terlihat anggun. Dress yang ku gunakan panjangnya setengah betis, dan lengannya menutupi siku. Terakhir aku menggunakan anting simple dengan satu permata saja.
Aku meraih cluth bag berwarna cokelat tua, itu favoritku karena mas Adam membelikannya ketika dia mendapat gaji pertamanya di tempat kerjanya yang baru.
Ku langkahkan kakiku keluar dari apartemen, ku lihat pak Raihan memandangku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Aku mengibaskan tanganku di hadapannya.
"Pak?"
"Eh.. uhm , ayo buruan" Pak Raihan langsung berjalan menuju lift tentu saja aku mengekorinya.
Kali ini pak Raihan tidak menggunakan mobil yang tadi sore. Mobil sport berwarna putih menjadi pilihannya kali ini. Orang kaya mah bebas. Batinku
Tujuan kami malam ini adalah sebuah bar yang lumayan terkenal di Ibu kota.
"Pak kok kesini?"
"Klien yang saya bilang sore tadi itu menggelar acara ulang tahun pernikahannya disini, untuk menyambung silaturahmi saja. Saya juga nggak suka datang ke tempat begini kok" Pak Raihan turun dari mobil detik kemudian aku menyusulnya. Kami berjalan beriringan seperti pasangan.
Acara diadakan out door dengan memanfaatkan roof top bar tersebut. Pak Raihan menyapa tamu-tamu yang sebagian besar adalah kenalannya juga. Tiba-tiba sesosok perempuan bertubuh tinggi semampai memeluknya dari belakang.
"Beb" Kata pertama yang ku dengar dari mulutnya, rupanya kekasih pak Raihan. Kenapa mengetahui kenyataan bahwa bosku sudah memiliki kekasih membuat sesuatu dalam hatiku bergetar ? Perasaan apa ini. Ku saksikan drama korea peluk-pelukan antara pak Raihan dan kekasihnya. Aku memilih duduk, kemudian seorang pria dari kejauhan menyerukan namaku.
"JINGGA!!!" Siapa dia? karena penglihatanku kurang jelas ketika malam begini aku hanya berusaha menyipit kan mataku berharap dapat memperjelas penglihatanku. Pria itu berjalan ke arahku, semakin dekat.. dan lebih dekat lagi.
Rupanya pria pemberi parfum mahal , teman kuliahku yang pernah ku ceritakan waktu itu. Masih ingat kan?
Namanya adalah Bastian anak pengusaha minyak yang lumayan terkenal.
"Jingga kamu disini?" Matanya berbinar menatapku
"Sama siapa ? tiga bulan nggak ketemu ternyata bisa ngerubah kamu jadi cantik begini yah Ngga" Aku masih tercengang dengan celotehan yang Bastian lontarkan untukku.
"Jingga kok bengong? Ngga nyanyi dong satu lagu. Aku kangen suara kamu" Dia menarik tanganku, menggenggam jemariku erat. Membawa diriku menaiki panggung dengan segera. Aku mengedarkan pandangan kekanan dan kiri. Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan, Bastian benar-benar membuatku malu. Kepalang tanggung, sudah berada di panggung maka Baiklah Jingga ! kali ini kamu bintangnya. Ucapku menyemangati diri sendiri.
Bastian menatap kearahku lekat, begitu juga dengan pak Raihan, rupanya sejak tadi dia menatapku tanpa berkedip. Aku memberi kode pada pengiring musik untuk membawakan lagu yang ku inginkan. Merekapun mulai melakukan tugasnya dengan baik.
"Lagu ini saya persembahkan untuk pasangan yang berbahagia, yang jomblo kayak saya mari kita tertawa kemudian bernyanyi hehehe" Celotehku di sela musik yang mengiringi rupanya membuat tamu undangan tertawa. Akupun mulai bernyanyi
Segenap hatiku selalu memujamu
Seluruh jiwa ku persembahkan untukmu
Sepenuh cintaku merindukan dirimu
Seutuh gejolak membakar hatiku
Seperti cahaya hadirmu di duniaku
Seperti ribuan bintang yang menghujam jantungku
Kau membuatku merasakan indahnya jatuh cinta
Indahnya di cintai saat kau jadi milikku
Oh tak 'kan kulepaskan dirimu oh cintaku
Teruslah kau bersemi di dalam lubuk hatiku
Seperti cahaya hadirmu di duniaku
Seperti ribuan bintang yang menghujam jantungku Ohh
Kau membuatku merasakan indahnya jatuh cinta
Indahnya di cintai saat kau jadi milikku
Oh tak 'kan kulepaskan dirimu oh cintaku
Teruslah kau bersemi di dalam lubuk hatiku
Kau membuatku merasa indahnya jatuh cinta
Indahnya di cintai saat kau jadi milikku
Oh tak 'kan kulepaskan dirimu oh cintaku
Teruslah kau bersemi di dalam lubuk hatiku
Kau membuatku merasa indahnya jatuh cinta
Indahnya di cintai saat kau jadi milikku
Saat kau jadi milikku.
Tamu undangan menikmati nyanyianku, ada beberapa yang sedikit menggerakan tubuhnya mengikuti irama.
"Sepertinya cukup satu lagu ya untuk membuka acara ini" Seru host dari samping kananku.
Kemudian "Lagi.. lagi.. lagi.. lagi" Sorak tamu undangan memintaku bernyanyi lagi? Ayolah satu lagu saja sudah membuatku malu setengah mati. Kalau tamunya teman-temanku tidak masalah, tapi di hadapanku dengan jarak kurang lebih 5 meter. Bosku sedang berdiri menatapku bersama pacarnya, Aku balas memandang tatapan pak Raihan. Pak Raihan sepertinya menyetujui permintaan tamu undangan dengan mengisyaratkan satu anggukan kepadaku.
Aku memutuskan untuk bernyanyi satu lagu lagi, aku menyanyikan lagunya dengan penghayatan hingga menampilkan kesan genit menggemaskan bagi sebagian orang yang melihatku.
Saat kujumpa dirinya
Di suatu suasana
Terasa getaran dalam dada
Kucoba mendekatinya
Kutatap dirinya
Oh dia sungguh mempesona
Ingin daku menyapanya
Menyapa dirinya
Bercanda tawa dengan dirinya
Namun apa yang kurasa
Aku tak kuasa
Aku tak tau harus berkata apa
Inikah namanya cinta
Inikah cinta
Cinta pada jumpa pertama
Inikah rasanya cinta
Inikah cinta
Terasa bahagia saat jumpa
Dengan dirinya
Kujumpa dia berikutnya
Suasana berbeda
Getaran itu masih ada
Aku dekati dirinya
Kutatap wajahnya
Oh dia tetap mempesona
Ingin daku menyapanya
Menyapa dirinya
Bercanda tawa dengan dirinya
Namun apa yang kurasa
Aku tak kuasa
Aku tak tau harus berkata apa
Inikah namanya cinta
Inikah cinta
Cinta pada jumpa pertama
Inikah rasanya cinta
Inikah cinta
Terasa bahagia saat jumpa
Dengan dirinya
Rindu terasa
Dikala diri ini ingin jumpa
Ingin s'lalu bersama
Bersama dalam segala suasana
Inikah namanya cinta
Inikah cinta
Cinta pada jumpa pertama
Inikah rasanya cinta
Inikah cinta
Terasa bahagia saat jumpa
Dengan dirinya
Inikah namanya cinta
Inikah cinta
Cinta pada jumpa pertama
Inikah rasanya cinta
Inikah cinta
Terasa bahagia saat jumpa
Dengan dirinya
Inikah namanya cinta
Inikah cinta
Cinta pada jumpa pertama
Inikah rasanya cinta
Inikah cinta
Terasa bahagia saat jumpa
Dengan dirinya
Oh dirinya
Oh dirinya
Dengan dirinya
"Sekali lagi berikan tepuk tangan untuk Nona ?"
"Jingga" Ucapku pada host tersebut
"Nama yang indah nona Jingga, terimakasih untuk dua lagunya yang menghibur kita semua dan bla bla bla"
Aku turun dari panggung dua tangga itu, disambut uluran tangan Bastian.
"Jingga kamu keren !" Serunya sambil mengangkat jempolnya kehadapanku. Aku melirik ke arah bosku sekilas, dia melambai kepadaku menjentikan jarinya supaya aku mendekat.
Aku melenggang meninggalkan Bastian, aku takut Bosku memarahiku. Kini aku hanya berjarak setengah meter dari pak Raihan.
"Terimakasih, berkat bantuanmu Pak Aryo memperpanjang kontrak kerjasamanya dengan KJ Group" Tiba-tiba pak Raihan mengulurkan tangannya, akupun menjabat tangan besar itu. Kemudian wanita di sisinya juga menjabat tanganku, entah kenapa hal ini membuatku merasa tidak enak hati.
"Pak, saya pamit undur diri. Terimakasih banyak" Aku segera meninggalkan tempat itu, turun ke lantai satu kemudian berjalan ke luar bar.
Ku langkahkan kakiku menunju hamparan jalanan Ibu kota, aku tidak berniat untuk langsung kembali ke apartemen. Aku menyusuri jalan , sepanjang yang aku mau. Aku ingin lelah malam ini , ingin tidur tanpa memikirkan apapun. Mas Ridho , Aku kangen ! Tiba-tiba saja kalimat itu terucap dari bibirku, aku menangis, benar-benar sebuah tangisan rindu. Mas ada orang yang memanggilku Airin, sama sepertimu. Tapi dia bosku. Pria yang dingin, tidak sepertimu. Selalu hangat penuh dengan kelembutan. Aku mulai merasa lelah, ku lepas tali heels yang melilit di kaki mulusku. Ku ikat tali heelsku agar terhubung keduanya, kemudian ku pegang erat dengan tangan kiriku, sekarang aku berjalan tanpa alas kaki.
Tak lama kemudian sebuah mobil mengikutiku, aku tak menghiraukannya. Kubiarkan mobil itu terus di belakangku, menyoroti langkahku dengan lampunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments