Rainer Kecelakaan

Mirei hanya mendengarkan percakapan ayahnya dan Rainer tentang semua anime terutama Jujutsu Kaisen dengan begitu hebohnya membuat dirinya macam obat nyamuk bakar karena tidak ada yang bisa dia ikuti pembicaraannya.

Meskipun manyun tidak bisa menimbrung, tapi Mirei bisa melihat bagaimana Yuta sangat menyukai Rainer. Padahal semua orang tahu, dosen nyentrik itu sangat sulit didekati. Lha ini hanya bertemu sekali, entah kenapa ayahnya langsung cocok dengan Rainer. Bagi Mirei, jika ayahnya cocok, berarti dia dapat ijin bisa bersama Rainer karena ayahnya sangat over protective.

Mirei itu sangat suka berjalan-jalan keliling kota New York namun ayahnya melarangnya dan hanya memberikan ijin seputaran Manhattan sampai Queens saja dan tidak boleh ke Bronx atau Brooklyn karena memang daerah seram versi ayahnya.

"Otousan..."

"Yes ..." Yuta menoleh ke arah Mirei yang duduk di sebelahnya.

"Ini sudah jam satu. Otousan tidak mengajar?"

Rainer dan Yuta refleks melihat smartwatch masing-masing.

"Eeeehhhh !" seru dua pria yang heboh karena sama-sama terlambat masuk kelas.

Mirei menggelengkan kepalanya melihat kehebohan keduanya. "Sudah kalian masuk kelas masing-masing, soal makanan, aku yang bayar" kekeh Mirei.

"Mirei, aku hutang dulu !" ucap Rainer sambil berlari.

Mirei tertawa geli melihat dua pria itu heboh sendiri dan berjalan menuju kasir untuk membayar makan siang ketiganya.

***

Tidak terasa sudah tiga bulan Rainer menjadi mahasiswa Julliard dan dua bulan terakhir ini remaja tampan itu berteman baik dengan Mirei Hayashi. Rainer sendiri sudah datang ke apartemen keluarga Hayashi yang berada tiga blok dari apartemennya. Devan sendiri tidak masalah Rainer bersahabat dengan Mirei karena setidaknya lebih baik sebaya bukan ?

Meskipun demikian, Devan juga mendengar selentingan bahwa Thalia Colton juga semakin dekat dengan putranya bahkan lebih memperhatikan Rainer dibandingkan mahasiswa lainnya.

Devan pun berusaha mencari tahu sendiri karena Zen hanya mengantar dan menjemput Rainer, tidak sampai masuk ke dalam kampus. Pria itu pun seperti detektif, berusaha mencari tahu tentang Rainer dan Thalia.

***

"Rainer!"

Rainer pun menoleh dan tersenyum melihat dosennya memanggilnya. "Yes miss Colton."

"Kamu bisa membantu saya?" tanya Thalia Colton.

"Membantu apa ma'am?"

"Pianis ku, Marlow, kena flu padahal aku harus mengatur paduan suara untuk acara perlombaan choir tingkat nasional tahun depan. Bisakah kamu menjadi pianis pengganti ? Sampai Marlow sembuh... "

Rainer mengangguk. "No problemo, miss Colton. Kapan kita mulai?"

"Bagaimana kalau hari ini?" Thalia melihat Rainer sedikit ragu. "Kamu ada kuliah lagi?"

"Tidak sih, tapi saya ada janji dengan Mr Hayashi... Tidak apa-apa. Biar saya hubungi Mr Hayashi buat rain check ( ditunda )" senyum Rainer yang langsung mengambil ponselnya.

"Good" senyum Thalia sambil menepuk bahu Rainer lembut. "Aku tunggu di ruang choir setengah jam lagi."

Rainer mengangguk.

Sikap Thalia ke Rainer itu tidak lepas dari tatapan Devan yang melihat dari jauh. Rahang pria tampan yang sudah matang itu mengeras dan tidak suka putranya dipegang oleh seorang wanita yang usianya pantas menjadi ibunya.

Hanya anggota keluarga aku yang boleh memegang Rainer !

***

Rainer terkejut saat melihat Mirei berada di para anggota choir itu. Tentu saja remaja tampan itu semakin semangat menjadi pianis biarpun pengganti karena tahu ada seseorang yang sangat dia kenal.

Mirei tersenyum ke arah Rainer dan merasa senang karena pengganti Marlow adalah orang yang dia kenal baik. Kedua remaja itu seperti memberikan kode tersendiri dan Thalia melihat akan hal itu.

"Oke ladies and gentlemen... Kita bersiap dengan lagu Nessun Dorma..." ucap Thalia.

Rainer melongo. "Nessun Dorma?"

"Yes, Mr McCloud... Kenapa ?"

"I love that song..." Rainer langsung menyanyikan lagu Opera itu.

Dilegua, oh notte

Tramontate, stelle

Tramontate, stelle

All'alba vincerò

Vincerò

Vincerò

Sontak para anggota choir tertawa geli melihat gaya Rainer macam Luciano Pavarotti tidak terkecuali Mirei dan Thalia.

"Yakin kamu tidak mau menjadi penyanyi opera?" goda Thalia.

"Nope, thank you. Saya cukup jadi pianis dan komposer saja..." senyum Rainer yang langsung duduk di depan piano.

"Suara kamu bagus lho jadi penyanyi opera" ucap Sandra, senior Rainer.

"Nope thank you. Shall we begin ...?" cengir Rainer.

Thalia menatap wajah tersipu Rainer. Ya ampun bakatnya banyak sekali.

***

"Apa kamu yakin kamu tidak mau menjadi penyanyi opera?" tanya Thalia usai mereka semua selesai berlatih.

"No Miss Colton."

"Kenapa ? Kamu bisa menjadi penerus Pavarotti, Andrea Bocelli atau bahkan John Groban..."

Rainer tertawa. "Seriously miss Colton. Bagi aku piano, gitar dan bass adalah hidupku. Opera... terutama penyanyi opera, no way..."

"Rainer, ayo pulang... " ajak Mirei.

Rainer mengangguk ke arah gadis blasteran Jepang - Indonesia itu. "Tunggu sebentar Mirei..." Rainer menatap Thalia Colton. "Just don't push me..."

Thalia mengangguk dan Rainer berpamitan dengan dosennya. Remaja itu pun menghampiri Mirei dan berjalan berdua keluar dari ruang choir.

***

"Otousan bilang ingin mengajak kami makan malam ... Bagaimana?" tanya Mirei.

"Aku belum bilang sama Daddy ..." jawab Rainer.

"Tidak perlu ... Tuuuhhh Oom Devan sedang ngobrol dengan Otousan..." Mirei menunjuk ke arah Devan yang asyik mengobrol.

"What is my Dad doing here ( apa yang Daddy lakukan disini )?" gumam Rainer.

"Mungkin jemput kamu, Rain ..." jawab Mirei.

Kedua remaja itu menghampiri ayah masing-masing dan ayah mereka saling memeluk anaknya. Thalia melihat bagaimana Devan sangat mencintai Rainer.

Keempatnya pun berjalan menuju parkiran dan Thalia melihat Rainer yang sudah masuk ke dalam mobil, keluar kembali hendak ke menyeberang ke jalan besar untuk membeli sesuatu ketika sebuah mobil berjalan kencang dan menabrak Rainer.

"RAINEEEERRR !" teriak Thalia sambil berlari kencang menuju tubuh Rainer yang tergeletak.

Devan bergegas keluar dari dalam mobil dan menghampiri putranya berada begitu juga dengan Mirei sementara Yuta Hayashi tampak menelpon 911.

"Rainer ! Rainer !" Devan langsung memeluk putranya yang bersimbah darah.

"Ambulans dalam perjalanan, Devan ..." ucap Yuta.

"Rainer! Rainer !" panggil Thalia. "Ayo Boy, bertahanlah..." ucapnya sambil memegang tangan Rainer.

"Get off your hand from my son's hand ( lepaskan tanganmu dari tangan putraku )!" bentak Devan sambil memeluk Rainer.

"He's my son too !" balas Thalia sambil menangis.

Deva melongo. "Apa?"

"Devan ! Ambulans datang ..." panggil Yuta.

Tak lama tubuh Rainer dibawa dengan brankar dan ambulans pun bergegas membawa pergi ke rumah sakit sementara polisi universitas menahan pengemudi yang menabrak Rainer hingga NYPD datang.

Devan langsung mencengkram lengan Thalia. "Apa maksud kamu Rainer adalah anakmu?" tanyanya dengan wajah marah.

"Karena dia memang anakku dan anakmu, Devan !" balas Thalia.

Devan melongo. "APAA?"

***

Yuhuuuu Up Malam Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Terpopuler

Comments

amilia amel

amilia amel

akhirnya thalia mengakui juga kl devan putranya

2024-02-26

2

Tri Yoga Pratiwi

Tri Yoga Pratiwi

terungkap juga akhirnya...

2024-02-26

2

Kaylaa

Kaylaa

waduh...opo neh iki...kok anakku jg 🤔

2024-02-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!