Ruang piano Julliard School
Thalia bersama Rainer dan Indiana pun masuk ke sebuah ruangan semua alat musik dan terdapat grand piano disana. Kedua sepupu itu tampak ngiler melihat piano bagus itu dan Indiana tanpa minta ijin langsung memainkan tuts pianonya.
"Indiana bisa main piano?" tanya Thalia bingung.
"Bisa ..." jawab Indiana yang langsung memainkan Rivers Flow In You dengan penuh perasaan.
Thalia menaikkan sebelah alisnya karena tidak menduga jika permainan piano Indiana juga bagus. "Yakin kamu memilih Harvard Law School bukan Julliard?" goda Thalia.
"No, ma'am. Aku lebih suka menjadi pengacara... Bermain piano itu balance aku dari segala sesuatu yang berhubungan dengan hukum ..." senyum Indiana sambil menyelesaikan permainan pianonya.
"Permainan kamu bagus..." puji Thalia sambil bertepuk tangan usai Indiana memainkan lagu milik Yiruma.
"Terimakasih... Jadi bolehkah kapan-kapan saya menyusup lagi?" kerling Indiana.
"No" jawab Thalia tegas sambil tersenyum dan bagu Indiana melorot. "Ayo Rainer. Canon D model brutal ..."
Rainer pun bergantian duduk di kursi depan grand piano dan mulai memainkan lagu Canon in D milik Mozart . Thalia memperhatikan gaya dan cara Rainer memainkan tuts piano dengan serius.
Kenapa gayanya sama?
Rainer mulai memainkan bagian coda dengan penuh semangat membuat Indiana tersenyum melihat bagaimana sepupunya memang sangat jago memainkan lagu Canon in D itu.
Bahkan di bagian tersulit pun jarinya tidak keserimpet ! Senyum Indiana.
Thalia tampak kagum dengan permainan Rainer yang tetap konsisten dengan nada keras dan halusnya. Tidak ada yang salah. Thalia tersenyum saat melihat wajah tampan Rainer yang semakin mirip dengan Devan. Bakat memang tidak bisa dicolong.
Thalia dan Indiana bertepuk tangan saat Rainer usai memainkan Canon D itu.
"Mau yang lain?" Rainer langsung memainkan Turkish March atau Rondo Alla Turca yang nadanya lebih cepat dan lebih rumit dari Canon in D.
Thalia melongo melihat Rainer dengan santainya memainkan tuts piano dengan cepat dan lincah tanpa ada yang salah.
"Kita slow ya... " Rainer pun memainkan winter games milik David Foster.
"Eh tunggu Rain. Ada biola ... Ikutan ..." Indiana pun mengambil biola dan melihat Rainer lalu keduanya pun duet membuat Thalia sangat terkejut melihat bakat kedua orang itu.
Tanpa mereka tahu, mendengar suara alunan piano, para mahasiswa pun melihat siapa yang main. Mereka tampak heboh dan meminta agar Rainer mengehentikan permainan winter games nya.
"Why?" tanya Thalia.
"Miss Colton ... Kita jamming session ..." ucap mahasiswa yang lain. Satu persatu mereka mengambil alat musik disana dan mulai mempersiapkan nada masing-masing alat yang dipegang.
"Ready guys?" senyum Rainer. Indiana tersenyum saat melihat Karolina Jameson ada diantara mahasiswa yang spontan ikut jamming.
"Hai" sapa Indiana.
"Hai" balas Karolina sambil memegang cellonya.
"Oke ... Aku yang akan jadi conductor nya" senyum Thalia yang sudah lama tidak merasakan semangat seperti ini. "Siap semua."
"Siap !" seru semua mahasiswanya dan gedung serba guna itu menjadi ajang pertunjukan gratis.
"Ok ... One two three..."
Lagu yang dimainkan di Olimpiade Musim Dingin itu pun berkumandang di acara jamming tidak direncanakan. Indiana pun serius memainkan biolanya begitu juga dengan Karolina sambil memperhatikan tangan Thalia.
Para dosen pun ikutan menyaksikan acara konser dadakan itu dan tampak terhanyut dengan lagu klasik itu.
Rainer pun semakin bersemangat memainkan pianonya dan Thalia rasanya ingin menangis melihat bakat remaja tampan itu.
Begitu selesai memainkan lagu winter games, semua orang bersorak heboh karena acara main band dadakan bisa menjadi pertunjukan yang seru. Tidak heran karena mereka adalah mahasiswa musik yang sudah terbiasa telinga, feeling dan fasih memainkan alat musik.
"Jamming lagi anak-anak..?" goda Thalia. "Mumpung tidak ada kuliah nih !"
"Bring it on Miss Colton !" seru semuanya termasuk Indiana yang tidak menemukan seperti ini di Harvard.
"I want to sing.." ucap seorang mahasiswa. "Karena tadi kalian memainkan David Foster. Sekalian ... You're the voice?"
Semua orang mulai sibuk mencari not balok lagu itu dari gadget masing-masing. "Okeeee ! Versi tahun berapa ?"
"90 ..."
"Tunggu. Kita dengarkan sekali lagunya baru kita jamming session. Oke?" ucap Thalia sambil menyambungkan dengan bluetooth speaker yang terdengar di hall itu. Setelahnya mereka bermain lima menit dan memulai jamming.
Mahasiswa itu mulai menyanyikan lagu milik John Farnham yang membuat hall itu menjadi ramai lagi.
You're the voice, try and understand it
Make a noise and make it clear
Oh, whoa
We're not gonna sit in silence
We're not gonna live with fear
Oh, whoa..
***
Devan mendatangi Julliard untuk mengajak Rainer pulang karena tahu dia tadi datang bersama Indiana dengan di drop oleh Zen. Tahu putranya tanpa pengawalnya dan hanya bersama sepupunya, membuat Devan datang menjemputnya.
Pria itu mendengar suara band sedang membuat pertunjukan dan berjalan ke arah hall yang ramai dengan para mahasiswa. Devan sedikit merangsek maju dan melihat Indiana bermain biola bersama dengan seorang gadis yang memainkan cello serta pemain musik lainnya. Mata biru Devan terbelalak saat melihat Rainer sebagai pemain piano utama dan Thalia menjadi conductor acara musik itu.
Devan tidak menyangka putranya sangat berbakat bahkan selentingan dia mendengar ini acara mendadak dan mereka tampak seperti sudah kompak bermain lama.
Dasar anak musik !
Tanpa terasa Devan menikmati acara pertunjukan yang katanya mendadak tapi tetap menampilkan permainan yang sangat indah. Devan melihat wajah berbinar putranya saat berada di depan piano dengan jari jemarinya bermain dengan lincah.
Tidak salah jika kamu masuk Julliard... Ini dunia kamu... Senyum Devan.
Semua orang memberikan applaus saat lagu you're the voice selesai dimainkan. Bahkan tanpa ragu semua orang yang diatas panggung saling berpelukan lalu maju dan membungkuk hormat kepada para penonton mereka.
Devan bertepuk tangan melihat putranya dan Indiana hendak turun dari panggung. Namun dirinya merasa tidak enak saat Thalia memanggil putranya dan wanita itu memeluk Rainer erat. Setelahnya dia memeluk Indiana tapi tidak seerat ke Rainer.
Kok? Ngapain itu dosennya main peluk anakku?
"Dad !" panggil Rainer. "Lihat permainan aku ?"
Devan tersenyum. "Lihat... You're awesome..." jawab Devan sambil memeluk Rainer dan mencium pelipisnya. "Kamu memang sangat berbakat..."
"Aku nggak Oom?" protes Indiana.
"Kamu juga hanya saja kamu berbakat debat ..." goda Devan membuat Indiana terbahak. "Yuk pulang ..."
"Bye miss Colton !" pamit Rainer dan Indiana.
Thalia melambaikan tangannya namun setelahnya jantungnya berdebar karena Devan hanya meliriknya dingin.
Apa ada yang salah? - batin Thalia.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Bapau hijau Bapau hijau
yiruma.🥰
2024-02-17
2
Noey Aprilia
Devan cembokur....ga ska anknya d pluk orng lain...he..he...
sntai kli,spa tau yg mluk bnrn emaknya rain....
2024-02-16
2
ellyana imutz
bocil kematian cembukur ada yg maen peluk bujang kesayangane...bersabr lh miss thalia ttapn dingin akn berubah jd hangat
2024-02-16
2