Bab 18

Saka berbaring di atas ranjang, mengusap wajah kasar lalu matanya menatap nyalang ke langit-langit kamar.

Sekelebat bayangan Tania yang tengah berbincang dengan pria lain memenuhi benaknya. Membuat dirinya tidak bisa tidur. Siapa pria itu? Dan kenapa dia tidak suka melihat mereka tadi. Apakah dia cemburu? Ehm.. tidak mungkin. Saka tidak mungkin cemburu. Memang dia sudah berniat melupakan Ina dan membangun pernikahan dengan Tania. Kalau boleh jujur, susah sekali untuk melupakan Ina. Cinta pertamanya. Jadi tidak secepat itukan cintanya beralih ke Tania. Dia menyayangi Tania seperti adiknya. Oh mungkin ini jiwa seorang Kakak yang tidak suka melihat adiknya berdekatan dengan pria lain selain Kakaknya? Ya, seperti itu?

Saka menghela nafas panjang, dia mulai memejamkan mata untuk bersiap tidur. Mengistirahatkan tubuhnya yang kelelahan.

Sedangkan diluar kamar, Tania menatap pintu kamar Saka yang tertutup lalu beralih menatap sepiring Brownies sarikaya pandan yang ada di meja makan. Beberapa hari ini mereka selalu makan bersama tapi malam ini Tania harus makan seorang diri membuatnya merasa kesepian.

.

.

.

Saka mengusap perutnya yang terasa perih.

Kruk~~ kruk~~

Terdengar bunyi yang berasal dari perutnya.

Saka mengusap perutnya lagi. Tidurnya terusik karena rasa lapar yang kian menjadi. Mengucek mata sambil bangkit dari tidurnya. Pria itu bersandar ke kepala ranjang. Menguap lebar seraya membuka mata. Melirik sekilas ke jam yang menunjukkan pukul dua dini hari.

Saka bangkit berdiri lalu berjalan keluar kamar. Melangkahkan kaki menuju dapur untuk memasak.

Saka melipat tangan di depan dada sambil menunggu mie instan yang direbus nya itu matang.

"Kakak?" Saka menoleh, melihat Tania yang tengah berjalan ke arah dapur sambil mengucek mata. Sebelah alisnya terangkat ke atas, sedang apa gadis itu ada di dapur sekarang?

"Hn." Ucapnya singkat seraya mengalihkan pandang kembali ke arah mie yang tengah direbus dan sesekali mengaduk mienya dengan sumpit.

"Kak Saka sedang apa di dapur?" Tanya Tania yang sekarang berada satu meter di belakang Saka. Dia melangkahkan kaki pelan menuju kulkas untuk mengambil sebotol air mineral.

"Memasak." Jawab Saka. Dia melirik sekilas Tania yang sedang meneguk air.

'Oh... dia kehausan.'

"Memasak? Kak Saka lapar? Kenapa tidak bangunkan Tania saja? Aku kan bisa memasakan makanan untuk Kakak."

"Tidak usah repot-repot memasak untukku. Aku bisa melakukannya sendiri."

"Biar Tania yang lanjut memasak, Kakak tunggu di meja makan saja."

"Sudah aku bilang tidak usah. Ini juga sudah sele- argh... panas, sial!" Saka meringis merasakan air rebusan mie beserta mienya tumpah mengenai Tangannya. Dia ingin memindahkan mie yang sudah matang lalu meniriskan nya dengan saringan. Baru sebentar tangan kirinya memegang panci dan melangkahkan kaki menuju wastafel sialnya ia tersandung saat berjalan mengakibatkan air rebusan beserta mienya tumpah mengenai tangan kanannya.

"Astaga Kak Saka! Tangan Kakak. Ayo ke sini." Tania terkejut melihat tangan Saka yang terkena air rebusan mie dan juga mienya. Ia langsung saja memegang tangan Saka dan membawanya ke arah wastafel.

"Argh..," Saka meringis saat jemari Tania memegang tangannya.

Tania menyalakan air keran lalu membawa tangan Saka yang terluka ke air keran yang mengalir selama 20-40 menit. Yang dilakukan oleh Tania saat Ini adalah pertolongan pertama saat kulit kita tersiram air panas dan lain-lainnya. Penggunaan pasta gigi dan mentega saat tersiram air panas adalah cara salah yang justru membuat luka makin parah.

Tania mendengkus kesal sambil menatap Saka, "Lihat lah Kak Saka tidak hanya mengotori lantai dapurku. Tapi juga membuat tangan Kakak terluka. Kenapa sih tidak membangunkan ku? Tania akan langsung bangun dan memasak makanan untuk Kak Saka. Tapi apa? Kakak selalu bilang 'Tidak usah repot-repot memasak untukku. Aku bisa melakukannya sendiri.' Kenyataannya? Lihat sendiri kan Kakak mengacaukannya."

"Sudah mengomel nya? Sudah marahnya?"

Saka menghela nafas, "Iya. Aku minta maaf."

"Tania maafkan." Gadis cantik itu menghembuskan nafas pelan. Mematikan keran air lalu mengambil kain bersih yang lembab untuk menutupi tangan Saka yang terluka.

"Kak Saka tunggu di meja makan saja, Tania mau ambil kotak obat dulu sebentar." Ucap Tania. Gadis cantik itu berlalu pergi untuk mengambil kotak obat.

Saka menganggukkan kepala, menuruti ucapan Tania. Dia berjalan menuju meja makan sembari mengusap kain yang menutupi tangannya agar cepat kering.

Tania meletakkan kotak obat di atas meja makan. Menarik kursi dan duduk di sana. Mengambil salep lalu mengoleskannya ke lengan sampai jemari tangan Saka yang terluka.

"Untung saja tidak sampai melepuh. Lain kali kalau Kak Saka lapar saat dini hari Kakak bisa bangunkan Tania. Jangan memasak sendiri." Ucap Tania sambil masih mengoleskan salep di tangan Saka. Syukurlah tangan kanan Pria itu tidak sampai melepuh hanya terlihat merah-kemerahan.

"Iya, maaf."

"Apa aku sudah berbuat salah pada Kakak? Kok sikap Kak Saka agak dingin. Tania minta maaf ya Kak." Ucap Tania sambil menatap manik kelam itu.

Saka menghela nafas sambil meraih telapak tangan Tania yang bebas untuk dia genggam. Menatap mata indah itu seraya mengelus punggung tangannya dengan lembut.

"Maafkan Kakak. Kau tidak punya salah apapun. Ini hanya masalah pekerjaan saja."

"Kenapa dengan pekerjaan Kakak?"

"Cuma sedang menumpuk saja."

Kruk~~ kruk~~

Terdengar bunyi yang berasal dari perut Saka.

"Kakak pasti lapar ya? Habis ini Tania masak makanan untuk Kakak." Ucap Tania.

Saka menganggukkan kepala, mengiyakan ucapan Tania.

Setelah selesai mengoleskan tangan Saka yang terluka dengan salep, Tania segera pergi ke dapur untuk memasak dan membereskan kekacauan yang telah dibuat oleh suaminya.

Semangkuk mie soto instan mengepul panas dihadapan Saka.

"Ayo buka mulutnya Kak. Aaaa..." Ucap Tania yang sedang menyuapi Kak Saka. Karena tangan kanan kak Saka yang terluka membuat pria itu kesusahan jadilah Tania yang menyuapi-nya. Saka membuka mulutnya dan mulai mengunyah.

Menikmati waktu dini hari dengan makan bersama. Tidak hanya Saka yang makan disuapi oleh Tania tetapi gadis itu juga ikut makan atas perintah suaminya. Semangkuk mie soto instan untuk berdua.

.

.

.

Saka menggosok rambut hitamnya yang basah dengan handuk. Pria itu barusan selesai mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya, dia berjalan menuju tengah kamar. Membuang handuk kecil ke atas ranjang kemudian meraih kemeja putih yang sudah terletak di atas ranjang. Pakaian yang telah disiapkan oleh Tania.

"Akhh.., " Saka meringis saat ingin memasangkan dasi. Luka di tangan kanannya masih terasa perih. Jadi membuat dia sedikit kesusahan untuk memasangkannya.

"Kakak." Terdengar suara Tania dari luar kamar.

"Iya?" Sahutnya dari dalam.

"Ayo sarapan Kak. Aku sudah buat sarapan untuk kita berdua."

"Iya, tunggu sebentar aku masih argh...,"

"Kakak kenapa?"

Tania membuka pintu kamar Saka karena khawatir mendengar pria itu meringis tadi.

Ia melihat Saka yang sedikit mengibaskan tangan kanannya. Tania berjalan menghampiri Saka.

"Kakak kenapa?" Tanyanya.

"Aku sedang memasang dasi tapi tangan kananku sedikit perih. Jadi sampai sekarang dasi ku belum terpasang." Jawab Saka.

"Biar Tania bantu pasangkan Kak."

Gadis cantik itu berdiri sangat dekat dengan Saka. Jari jemarinya mulai membuat simpul. Berada sedekat ini dengan Saka bahkan bisa merasakan hembusan nafas beraroma mint dari pria itu yang menerpa keningnya membuat jantungnya berdegup kencang.

"Kau ada kuliah pagi Tania?"

Tania mendongak kepala menatap manik hitam itu, "Iya kak. Tania ada kuliah pagi."

Tania menundukkan kepala memutuskan kontak mata dengan manik hitam yang memikat itu sambil melanjutkan memasangkan dasi.

Jantungnya masih berdegup kencang didekat Saka.

.

.

.

Mereka berjalan berdampingan sambil berpegangan tangan. Tangan kecilnya berada di dalam genggaman hangat tangan kokoh milik Saka. Melangkahkan kaki bersama di basement apartemen.

"Eh tunggu Tania, sepertinya ban depan mobilmu bocor ya?"

Saka berhenti di depan mobil Tania, melepaskan tangan gadis itu lalu berjongkok untuk memeriksa keadaan ban mobil. Tania juga ikut berjongkok dan melihat ban bagian depan mobilnya yang sangat kempes.

"Sudah pasti ini bocor Kak. Terus gimana ya Kak, Tania ada kuis saat jam pertama nanti?"

"Kakak yang antar kau ke kampus."

"Terus bagaimana dengan mobil ku kak?"

"Mana kunci mobilmu, nanti biar Ciko yang mengurusnya."

Tania menyerah kunci mobil ke Saka. Mereka berjalan menuju mobil Saka yang terparkir agak jauh dari mobil milik Tania. Saka membukakan pintu mobil untuk Tania.

"Terima kasih Kak." Tania tersenyum lalu duduk di kursi samping kemudi. Saka tersenyum membalas senyuman Tania, menutup pintu mobil pelan setelah itu berjalan ke arah pintu kemudi.

Menyalakan mesin dan membawa mobil keluar dari gedung apartemen.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!