Bab 19

"Terima kasih Kak sudah mengantarkan ku ke kampus." Ucap Tania sambil menatap ke arah Saka.

Saka hanya mengangguk kepala pelan menanggapi.

"Yah sudah kalau gitu Tania masuk dulu ya. Sekali lagi terima kasih Kak." Ucapnya sambil melepaskan seatbelt lalu membuka pintu mobil.

"Tania tunggu!" Ucap Saka tiba-tiba saat melihat Tania yang tengah membuka pintu mobil. Membuat gadis cantik itu menutup kembali pintu mobil.

Tania menoleh menatap ke arah suaminya.

"Apa kau melupakan sesuatu?" Tanya Saka.

Tania menautkan alisnya, tidak mengerti dengan pertanyaan Saka.

Saka tersenyum tipis melihat Tania yang kebingungan. Kemudian dia mengulurkan tangan kanannya pada Tania.

"Ah, Iya...," Ujar Tania setelah mengingatnya. Setelah itu dia meraih telapak tangan Saka dan mengecup punggung tangannya.

"Maaf ya Kak Saka, Tania lupa. Aku sedang terburu-buru soalnya jam pertama Dosennya killer. Telat sedikit aja pasti aku tidak dibolehin masuk dan tidak bisa ikut kuis."

"Iya. Tidak apa-apa."

"Ya udah kalau begitu Tania masuk kampus ya Kak."

"Eh, Tania tunggu dulu." Saka memegang lengan kanan Tania. Menahan gadis itu untuk tetap tinggal di dalam mobil.

"Apa ada lagi Kak? Aku bisa telat ka-"

Cup

Tania menghentikan protesnya saat tiba-tiba Saka mengecup keningnya. Sesaat dia hanya bisa diam mematung sambil menatap ke arah Saka yang tersenyum manis. Telapak tangan kanannya ia letakkan di atas dada. Merasakan detak jantungnya yang berdegup lebih kencang. Memandang tak berkedip ke arah Saka. Dan tanpa disadari olehnya mulutnya masih sedikit terbuka.

Saka tersenyum melihat Tania yang bengong setelah dia mengecup kening gadis itu. Terkekeh pelan melihat gadis cantik itu yang sedikit menganga.

'Sungguh mengemaskan sekali.'

Sebelah tangannya terulur ke arah puncak kepala Tania, mengacak pelan rambut pirang sebahu milik istrinya.

"Sudah sana masuk. Belajar yang rajin ya." Ucapnya sambil mengacak rambut Tania.

Tania mengerjapkan mata lalu berdeham pelan.

"Iya Kak."

Kemudian dia mengalihkan pandang seraya membuka pintu.

"Terima kasih Kak Saka. Dah Kak!" Ucap Tania sambil tersenyum. Melambaikan tangan pada Saka setelah itu menutup pintu mobil.

Tania berjalan cepat memasuki halaman kampus dengan senyuman yang terpatri di bibirnya.

Sama hal nya dengan Tania senyuman di bibir Saka masih tersungging indah. Menatap punggung Tania yang kian menjauh. Gadis cantik itu berjalan masuk ke halaman kampus. Namun sayang beberapa detik kemudian senyuman di wajah tampan Saka luntur seketika saat melihat Tania tengah mengobrol dengan seorang pria. Saka menyipitkan manik kelamnya untuk memperjelas penglihatannya.

"Bukankah pria itu pria yang sama di restoran kemarin." Ucap Saka. Tanpa sadar pegangan tangannya pada setir semakin mengerat. Menatap tak suka ke arah Tania dan pria tersebut.

Melihat dari penampilannya sepertinya pria itu adalah seorang Dosen. Setelan jas hitam dengan celana kain berwarna hitam.

"Siapa pria itu? Memangnya seorang Dosen harus ya sedekat itu dengan mahasiswi nya?" Tanya Saka.

Dengan perasaan kesal Saka meninggalkan area Kampus Tania.

.

.

.

Tok! Tok!

"Masuk!"

Terlihat Nicholas membuka pintu, "Permisi Pak Bos." Ucapnya dengan sopan sambil menutup pintu ruangan Saka. Lalu berjalan menghampiri Saka dengan membawa dokumen di kedua tangannya.

'Tumben tidak langsung menyelonong masuk biasanya juga langsung masuk tanpa ketuk pintu dulu.' Gerutu Saka di dalam hati. Suasana hatinya masih buruk.

"Saka, Ini ada beberapa dokumen yang harus ditandatangani." Nicholas meletakkan dokumen ke atas meja Saka.

Saka mengangguk sambil membuka dokumen, membubuhkan tanda tangannya lalu menutup dokumen begitu saja tanpa membacanya terlebih dahulu.

Nicholas mengernyitkan alis melihat raut wajah Saka yang cemberut.

"Kau kenapa Saka? Wajahmu kelihatan masam begitu. Tidak enak banget dilihatnya."

Sontak saja Saka mendelik ke arah Nicholas. Sedangkan Nicholas hanya cengengesan menanggapi.

Pria itu menarik kursi yang ada di depan meja Saka lalu mendudukinya.

"Apa ada masalah?" Tanya Nicholas, raut wajahnya berubah menjadi serius. Dia bisa melihat Saka menghembuskan nafas kasar.

"Apa ini ada hubungannya dengan Tania?" Tanya Nicholas lagi.

Saka mengusap wajahnya kasar. Menatap ke arah Nicholas, "Entah kenapa aku tidak suka melihat Tania mengobrol dengan pria itu?"

"Pria itu?" Nicholas menautkan alisnya.

"Iya. Pria yang sama waktu di restoran kemarin."

"Oh." Ucap Nicholas hanya ber'oh' ria saja.

"Ceritanya cemburu nih!" Goda Nicholas.

"Siapa yang cemburu?" Bantah Saka.

"Astaga masih saja kau mengelak Saka?" Nicholas menggeleng-gelengkan kepala.

"Kalau bukan cemburu terus apa namanya? Wajahmu cemberut setelah melihat istrimu mengobrol dengan pria lain. Itu yang namanya bukan cemburu."

"Aku tidak cemburu!" Sangkal Saka.

"Cemburu itu hal wajar."

"Hei bung!" Nicholas menepuk pelan bahu bos sekaligus sahabatnya ini.

"Kalau aku ada di posisi mu aku akan cemburu melihat Hana mengobrol dengan pria lain. Jangankan dengan orang lain sama sepupunya sendiri aja aku kadang masih suka kesel lihatnya."

"Aneh kau Nicholas? Masa Hana mengobrol dengan Daniel kau cemburu?"

"Yah gimana tidak cemburu. Tidak kesel, orang suaminya ada di sebelahnya malah dicuekin. Di tinggal mengobrol sama Daniel. Tidak diperhatikan. Aku Seperti obat nyamuk jadinya..,"

"Lah kok malah curhat aku!" Ucap Nicholas sambil menepuk jidat.

Saka tertawa melihat sahabatnya ini. Nicholas itu orang yang humoris. Dia suka membuat lelucon, suka bercanda, cengengesan Tapi saat sedang serius kata-kata bijaknya akan keluar.

"Cemburu itu tandanya cinta."

"Aku be-" Ucapan Saka terpotong.

"Terserah kalau kau tetap ingin menyangkalnya. Tapi jangan menangis ya kalau Tania direbut oleh orang lain." Nicholas menaik-turunkan sebelah alisnya.

"Siapapun orang yang berani merebut Tania dariku akan aku patahkan lehernya." Ucap Saka dengan tajam. Telapak tangannya mengepal kuat.

"Ya ya ya. Patahkan saja leher pria itu kalau dia benar-benar merebut Tania darimu." Nicholas terkekeh pelan sambil menepuk pundaknya. Pria itu bangkit berdiri seraya merapikan dokumen yang sudah ditandatangani oleh Saka. Melirik sekilas ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul 11.30.

"Setengah jam lagi waktunya jam makan siang. Oh iya, jadwal mu kosong sampai sore hari. By the way, tidak ada rencana mengajak istrimu makan siang bersama dan jalan-jalan gitu."

"Makan siang bersama?"

"Ya iyalah. Romantis lah sedikit jadi pria itu. Jangan kaku-kaku amat."

"Setelah pekerjaan ku selesai aku juga akan pulang ke rumah untuk makan siang bersama Hana."

"Yah sudah ya. Aku kembali ke ruangan ku." Ucap Nicholas, membawa dokumen di kedua tangannya. Setelah melihat Saka mengangguk dia berjalan keluar dari ruangan bosnya.

Setelah kepergian Nicholas dari ruangannya, Saka menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Kepala nya sedikit mendongak ke atas.

'Makan siang bersama Tania?' Katanya di dalam hati.

Ide yang bagus.

Saka langsung menegakkan tubuh dan meraih ponselnya. Mengirimkan pesan singkat pada istrinya.

To : Tania

Tania.

Jam berapa kau pulang kuliah?

Mau makan siang bersama?

From : Saka

Ting!

Sebuah notifikasi pesan masuk di ponsel Saka.

To : Saka

Jam 12 siang Kak. Tentu, aku mau Kak.

From : Tania

Saka tersenyum tipis sambil mengetik balasan pesan Tania.

Oke. Nanti aku jemput.

.

.

.

To: Tania

Oke. Nanti aku jemput.

From : Saka.

Sebuah senyuman tersungging di bibir Tania setelah membaca pesan dari Saka. Rasa senang membuncah di dada. Senang karena Saka mengajaknya untuk makan siang bersama. Sungguh rasanya Tania tidak sabar menunggu sampai waktunya jam makan siang. Sekitar setengah jam lagi waktunya untuk makan siang.

Tania membalas pesan Saka.

Iya Kak.

.

.

.

"Kakak mau nugget atau Tempura?" Tanya Tania.

Saat ini mereka sedang berbelanja bahan makanan dan kebutuhan lainnya di supermarket. Tania pikir Saka akan mengajaknya makan siang di sebuah restoran ternyata pria itu ingin makan masakan Tania.

Karena bahan-bahan makanan di dalam kulkas sudah habis maka mereka harus berbelanja terlebih dahulu. Dan di sinilah mereka berada sekarang. Sekalian belanja untuk seminggu.

"Tempura." Jawab Saka.

Tania mengambil 3 bungkus tempura udang dengan berat 500 gram per bungkus lau meletakkannya di troli belanja. Menutup pintu lemari es kemudian dia berjalan mencari bahan-bahan yang lainnya. Saka dengan setia mengikuti Tania sambil mendorong troli.

"Kak Saka mau makan apa untuk makan siang?"

"Sup ayam dan Gurame asam manis."

Tania mengangguk singkat, "Jadi sekarang kita cari bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat sup ayam dan gurame asam manis dulu ya Kak baru nanti kita cari bahan-bahan lainnya." Ucap Tania.

"Hn." Saka berdeham singkat. Mereka mulai mencari bahan-bahan yang di butuhkan, seperti; ikan gurame, ayam, daun bawang, dan lain sebagainya.

"Kak Saka mau snack yang mana?" Tanya Tania sambil memperlihatkan dua snack di tangannya.

"Yang ini."

Saka menunjuk snack yang ada di tangan kiri Tania. Snack berupa keripik kentang rasa barbeque. Sedangkan di tangan kanan Tania snack nya berupa bola-bola isi coklat.

'Pasti rasanya manis.' Batin Saka. Dia memang tidak menyukai makanan manis.

Melihat Tania yang memasukkan snack keripik kentang ke dalam troli, istrinya itu mengambil dua bungkus snack keripik kentang lagi dan memasukkannya. Tak lupa juga dia mengambil snack keripik singkong.

Menatap Tania yang saat ini tengah meneliti barang belanjaan. Gadis cantik itu mengelus dagunya dan sesekali dahinya terlihat mengkerut.

"Kurang kecap sama saos tomat aja nih Kak. Ayo Kak!" Ujarnya setelah itu berjalan cepat menuju rak yang berisi bumbu-bumbu dapur.

Saka berjalan sembari mendorong troli, mengikuti langkah istrinya.

Dari kejauhan dia bisa melihat Tania berjinjit seraya sebelah tangannya berusaha menggapai botol kecap yang terletak di bagian atas rak.

Saka berjalan pelan menghampiri Tania lalu tiba-tiba dia membulatkan mata dan berlari meninggalkan troli belanjaannya saat melihat tubuh Tania limbung ke ke belakang.

Menangkap Tubuh Tania, kedua tangannya memeluk pinggang gadis itu. Dengan nafas yang masih tersengal-sengal Saka menatap lekat Tania yang menutup kedua matanya. Melihat dahi Tania yang mengkerut beberapa detik lalu perlahan mata berbulu lentik itu terbuka. Sontak saja mata indah itu bersibobok dengan manik kelamnya. Memandang lekat satu sama lain dalam waktu yang cukup lama.

"Kak."

"Ehem!" Saka berdeham, melepaskan tangannya dari pinggang Tania. Mengalihkan pandangan sambil meraih botol kecap berbahan plastik.

"Kenapa tidak minta tolong? Kan ada aku di sini. Untung saja aku cepat menangkap tubuhmu kalau tidak kau pasti sudah jatuh sekarang Tania."

Tania menundukkan kepala nya, "Maaf Kak. Aku tidak mau merepotkan Kak Saka makanya aku berusaha mengambilnya sendiri."

Saka menghela nafas lalu menyodorkan botol kecap itu pada Tania, "Ini kecapnya."

Tania menerima nya kemudian mendongak menatap ke arah Saka.

"Terima kasih Kak." Ucapnya sambil tersenyum.

"Sama-sama."

.

.

.

Tania mengambil celemek dan langsung memakai-nya. Dia mencuci tangan di wastafel terlebih dahulu baru setelah itu mengeluarkan semua barang belanjaan dari kantong plastik.

Menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sup ayam, gurame asam manis, dan capcay goreng.

Pertama-tama Tania akan membuat sup ayam.

15 menit kemudian.

"Loh! Kak Saka kok ganti baju memangnya tidak kembali ke kantor setelah makan siang?" Tanya Tania saat melihat Saka keluar kamar dengan kaos oblong warna putih dan celana boxer warna hitam.

Saka menggeleng, pria itu berjalan menuju Tania.

"Aku sudah tidak ada jadwal pekerjaan sampai sore. Cuma mengecek berkas-berkas laporan saja dan itu semua bisa di kerjakan dari rumah." Jawab Saka.

"Perlu bantuan?"

"Memangnya Kakak mau bantu aku masak?"

"Mau jika diizinkan."

"Pasti aku izinkan. Senang rasanya Kak Saka mau ikut membantu ku memasak." Ucap Tania sambil tersenyum.

"Karena tangan Kakak masih sakit jadi lebih baik Kak Saka membantu cuci sayuran saja ya."

Saka mengangguk.

"Oh iya, tangan Kakak sudah di olesi salep?" Tanya Tania sembari mengaduk sup ayam, mata indahnya melihat ke arah tangan Saka yang sedikit merah-kemerahan.

"Sudah." Jawab Saka. Dia mengambil baskom yang sudah berisi sayuran lalu berjalan ke arah wastafel untuk mencuci nya.

Sedangkan Tania, gadis itu menutup panci berisi sup ayam lalu beralih mengiris daun bawang. Menatap ke arah Saka sambil tersenyum tanpa sadar jari telunjuknya teriris pisau.

"Aww..," Tania meringis sambil mengibaskan tangannya. Terlihat jari telunjuknya mengeluarkan sedikit darah.

"Kenapa?" Saka menoleh, melihat Tania yang mengibaskan tangan kirinya.

"Astaga Tania tanganmu! Mana sini tanganmu." Serunya. Dia berjalan menghampiri Tania. Menarik tangan gadis itu lalu membawa nya ke dalam mulutnya. Menghisap sebentar kemudian membawa tangan istrinya yang terluka ke arah wastafel. Menyalakan kran air dan mulai membersihkan jari telunjuk Tania.

"Tunggu sebentar ya aku ambilkan plester dulu." Ujarnya setelah itu pergi meninggalkan Tania.

"Iya Kak."

Gadis cantik itu meletakkan tangan kanannya di atas dada, "Astaga jantungku berdegup kencang." Lirihnya.

Dengan cekatan Tania mulai menyiapkan bahan-bahan untuk membuat gurame asam manis.

Selanjutnya dia akan memasak gurame asam manis, makanan kesukaan Kak Saka.

Mengenai tangannya yang terluka Saka sudah memberikannya plester.

Setelah selesai mencuci sayuran pria itu izin ke ruang kerjanya untuk mengecek laporan.

Setelah 40 menit lamanya Tania berkutat di dapur akhirnya Sup ayam, Gurame asam manis, dan Capcay goreng siap disajikan.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!