Bab 10

Saka melangkah dengan hati yang terluka. Rasanya sakit sekali bagaikan tertusuk belati tajam, menancap tepat di hati dan menorehkan luka dalam. Ketulusan cintanya pada Ina dibalas oleh pengkhianatan gadis cantik itu.

Ia pergi ke Thailand untuk mencari keberadaan gadisnya dan menanyakan apa alasan Ina meninggalkan dirinya di pernikahan mereka.

Namun betapa terkejutnya saat dia tak sengaja melihat Ina berduaan dengan Pria asing yang tidak dikenalnya.

Mereka bermesraan di depan matanya. Saka tidak menyangka Ina akan mengkhianati cintanya dan berselingkuh di belakang nya. Ia tak habis pikir Ina bisa setega ini.

Jujur ini menyakitkan baginya.

.

.

.

Dengan senyum yang masih terparti di bibir Tania meletakkan sepiring cah kangkung di atas meja makan. Gadis itu kembali beranjak ke dapur untuk mengambil sepiring gurame asam manis dan toples kerupuk bawang, kemudian diletakkannya di atas meja makan.

"Semoga kakak menyukai masakanku." Ucapnya berharap.

Tania menyeka keringat yang meluncur di dahinya. Sekarang sudah pukul 5 sore dan sebentar lagi Saka akan pulang.

'Aku harus segera mandi untuk menyambut kakak.' Katanya di dalam hati. Gadis itu melepas apronnya, menaruh asal di kursi lalu berjalan menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Tiga puluh menit kemudian Tania telah siap dengan mini dress selutut tanpa lengan berwarna hijau tosca. Ia melirik sekilas jam dinding yang menunjukkan pukul setengah enam sore.

Gadis itu tersenyum simpul sambil mendudukkan dirinya di kursi meja makan. Ia tak sabar melihat bagaimana reaksi kakaknya setelah mengetahui bahwa dia memasak makanan Kesukaan Pria itu.

Dua jam telah berlalu dan Saka belum juga pulang. Tania merasa khawatir, dia tak tahu dimana keberadaan Kak Saka sekarang?

Apakah Pria itu masih di kantor dan lembur?

Ataukah Kakaknya itu sedang berada di suatu tempat?

Tania mengambil telepon genggam yang ada di atas meja makan. Gadis cantik itu menelepon nomor Saka. Tapi sayang dia tidak dapat menghubungi nomor Kak Saka. Sepertinya ponsel Pria itu sedang dalam keadaan mati. Ia berusaha untuk menghubungi nomor kantor Kakaknya. Sama saja tidak ada yang mengangkat telepon nya.

Tak mau menyerah begitu saja Tania mencoba menghubungi telepon rumah. Mungkin Saka ada di Mansion keluarga Saputra.

"Halo?" Terdengar suara Laila yang menjawab telepon nya.

"Halo Mama. Ini aku Tania ma."

"Tania Sayang? Bagaimana kabarmu?"

"Kabar baik ma. Papa dan Mama bagaimana kabarnya?"

"Kabar baik juga nak."

"Hmm..."

"Ada apa Tania?"

"Hmm.. apa Kak Saka ada di mansion ma?"

"Tidak ada. Dia tidak kesini."

"Oh.. baiklah."

"Ada apa? Apa ada masalah?"

"Ah.. tidak. Tidak ada apa-apa ma."

"Ya sudah. Jaga dirimu baik-baik di sana ya. Kalau Saka berbuat jahat padamu beritahu Mama akan aku kasih dia pelajaran. Sudah dulu ya Tania sayang sepertinya Arman memanggilku."

"Iya Mama."

Sambungan telepon terputus.

Tania bangkit dari kursi, gadis cantik itu mondar-mondar gelisah memikirkan dimana Saka sekarang berada. Kalau Pria itu tidak ada di Mansion keluarga Saputra lalu di manakah dirinya berada?

Dia belum seberapa mengenal teman-teman Kakaknya. Yang ia tahu hanya Nicholas dan Ciko, mereka berdua merupakan orang terpercaya sang Kakak. Dan bodohnya ia tidak punya kontak mereka berdua.

"Bodohnya kau Tania." Gerutu nya sambil memukul pelan kepalanya.

.

.

.

Saka menenggak habis gelas kecil berisi alkohol itu dengan kasar. Ia menuangkan kembali alkohol ke dalam gelas kecil lalu menenggak lagi hingga tandas. Pria itu mengacak rambutnya frustrasi memikirkan pengkhianatan Ina padanya benar-benar menyakiti perasaan hatinya.

"Kau tega Ina.." Lirihnya menyendu.

Meski kini pandangannya sudah berkunang-kunang Saka tetap ingin minum karena hanya dengan ini ia bisa meluapkan emosi, merendam amarah dan menelan pahit rasa kecewa.

Entah sudah gelas ke berapa yang ia minum malam ini dan ia tidak peduli.

"Tuan Saka anda sudah terlalu banyak minum." Ciko menahan lengan Tuannya yang tengah menenggak alkohol lagi. Ia berusaha mengambil alih gelas kecil itu lalu menaruhnya menjauh dari jangkauan Saka. Pria itu mendengus tak suka sambil meliriknya tajam. Seakan tak takut kepada tuannya Ciko meraih lengan Saka untuk dipapah. Membawa atasannya pergi dari club ini adalah keputusan yang lebih baik daripada membiarkan tuannya itu meminum alkohol lebih banyak lagi dan membuatnya tak sadarkan diri.

"Anda sudah mabuk berat Tuan. Sebaiknya anda beristirahat di hotel."

Ia merasa kasihan dengan Tuan Saka yang dikhianati oleh kekasihnya sendiri. Sebelumnya ia tak pernah melihat tuannya yang seperti ini. Malam ini Pria itu terlihat rapuh dan menyedihkan.

Saka sedikit memberontak saat dia memapah tuannya keluar dari club malam.

"Aku cinta padamu Ina.. kenapa kau mengkhianati cintaku? Apa salahku?" Saka meracau.

Ia mencengkeram kerah kemeja Ciko kasar. Memandang Ciko dengan pandangan sayu. Sorot mata itu terlihat terluka.

Sungguh dia tidak tega melihat tuannya seperti ini.

"Tuan tidak salah apa-apa. Tuan Saka adalah Pria baik." Ujar Ciko sambil melepaskan tangan Saka yang mencengkeram kerah kemeja nya. Dia menuntun Saka menuju mobil.

"Aku sangat mencintaimu Ina..."

.

.

.

Tania mengucek kedua mata. Mata indahnya perlahan terbuka lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Astaga dia tertidur di meja makan makanya punggung dan lehernya terasa sakit ternyata dirinya tidur dengan posisi duduk.

Gadis cantik itu memandang nanar makanan yang terhidang di atas meja makan. Pasti makanan ini sudah basi.

Tania menghembuskan nafas lelah, makanan buatannya terbuang sia-sia. Padahal dia membuatnya dengan susah payah.

Gadis cantik itu mendongak kepala saat merasakan pintu apartemen yang dibuka oleh Seseorang segeralah Tania bangkit berdiri lalu berjalan cepat menuju pintu.

Apa itu kakak?

Pintu apartemen perlahan terbuka menampilkan sosok Saka yang berantakan dan kacau.

Astaga apa yang terjadi dengan Kak Saka?

Tania menutup mulutnya yang terbuka lebar. Dia terkesiap saat melihat Penampilan berantakan Kakaknya.

Pria itu terlihat berantakan dengan kemeja putih yang kusut dan kancing atas yang dibiarkan terbuka. Rambut hitam nya acak-acak kan. Sekilas ia melihat Ciko yang berdiri di samping Saka.

Mata indahnya bersibobok dengan manik kelam milik Saka. Ini cuma perasaannya saja atau memang benar sorot mata itu menunjukkan kesedihan dan terluka.

Sebenarnya apa yang terjadi dengan Saka? Kenapa Pria itu pulang dengan keadaan berantakan dan raut wajah yang terlihat sedih.

Saka berjalan lesu melewati Tania tanpa menghiraukan tatapan bertanya dari adik angkatnya.

Baru saja ia ingin membuka pintu kamar sebuah tangan lembut menahan lengannya.

"Kakak kenapa? Apa yang terjadi pada kakak?"

Pria itu melepaskan tangan Tania dari lengannya.

"Jangan menganggu ku. Aku mohon biarkanlah aku sendiri dulu." Ucapnya tanpa menoleh sedikit pun ke arah Tania.

"Jawab dulu pertanyaanku. Kakak kenapa? Apa yang terjadi sama Kakak?" Tanya Tania lagi sambil menahan lengan Saka.

"Arrghh... lepaskan."

Saka menghempaskan tangan Tania dengan kasar. Sangat kasar sampai membuat gadis itu terdorong ke belakang. Punggung dan pergelangan tangan Tania terbentur meja makan.

"Aw.." Gadis cantik itu meringis merasakan pergelangan tangannya yang terasa nyeri, mengusapnya pelan dengan ibu jari. Pergelangan tangannya terlihat sedikit membiru.

"Nona Tania, anda tidak apa-apa?" Tanya Ciko yang tiba-tiba sudah ada di dekatnya.

"Sudah ku bilang kan.. jangan menganggu ku. Jadi jangan salahkan aku jika aku berbuat kasar padamu." Ucap Saka. Manik kelam itu menatap Tania tajam.

Tania mendongak memandang lurus ke arah Saka. Menatap manik kelam yang berkilat marah itu.

"Dasar menyebalkan."

Brak !

Saka membanting pintu kamar cukup keras.

Tania memejamkan mata. Tangan kanannya memegang dada, "Kakak?"

Sebutir kristal bening jatuh membasahi pipi. Tania membuka mata memandang tak percaya ke arah pintu kamar Saka. Ini pertama kali Kakaknya berbuat kasar kepadanya.

"Nona, anda tidak apa-apa?" Tanya Ciko lagi.

Tania menganggukkan kepala. Gadis cantik itu menatap Ciko dengan mata yang tampak berkaca-kaca.

"Apa yang sudah terjadi dengan Kakak ku ?"

Ciko menghela nafas pelan.

"Mari Nona Tania akan saya ceritakan semuanya." Pria itu membantu Tania berdiri dan menuntunnya ke sofa.

.

.

.

Tania mengintip di balik pintu kamar Saka. Memandang sendu ke arah sang kakak, Pria itu bersandar lesu pada kaki ranjang.

Masih teringat di dalam benaknya saat Ciko menceritakan segalanya.

Ia tidak menyangka bahwa Kak Ina berani berselingkuh di belakang kakaknya. Wanita yang selalu dia anggap baik itu telah mengkhianati cinta sang Kakak. Andai saja Kak Ina tau betapa besarnya cinta Kak Saka untuknya. Ia yakin, pasti suatu saat wanita itu akan menyesal telah berbuat ini pada Kak Saka.

Mata indahnya mengedarkan pandangan ke seluruh ruang kamar Saka yang berantakan.

Tania menyipitkan mata saat tak sengaja sorot matanya melihat ke arah tangan kokoh Saka.

Ada darah segar yang mengalir dari buku jari pria itu.

Dengan segera Tania beranjak pergi untuk mengambil kotak P3K dan selepas itu berjalan cepat menuju Saka.

Meraih jemari tangan Saka dan meletakkan di atas pangkuannya.

"Keluar Tania! Jangan membuatku berbuat kasar pada mu lagi."

"Aku tidak peduli jika Kakak berbuat kasar pada ku. Aku hanya ingin mengobati luka Kakak saja."

"Kenapa?"

"Hah? Maksudnya?" Tania mengernyitkan alis ke atas.

"Kenapa kau masih memperhatikan ku ?"

"Karena aku sayang padamu."

.

.

.

Seminggu telah berlalu semenjak kejadian dimana Saka yang pulang dari Thailand dengan kondisi berantakan dan kacau.

Dan semenjak itu pula Saka kelihatan murung. Dia sering pulang larut malam dan bermabuk- mabuk kan.

Bahkan di dalam lemari kaca saja banyak dipenuhi dengan beberapa botol bir dan alkohol yang berkadar tinggi, seperti red wine dan vodka.

Setiap pulang kerja Pria itu akan duduk di meja makan sambil menenggak alkohol. Seolah menjadi suatu kebiasaan baru selama seminggu ini.

Kakaknya itu tidak peduli dengan bahaya yang akan menyerang tubuhnya, yang terpenting adalah dia bisa meluapkan kesedihannya melalui minuman alkohol.

Tania menghembuskan nafas lelah sebelum mengambil sebotol air mineral dari dalam lemari es.

Melangkah kan kaki ke arah sofa lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Tania membuka penutup botol kemudian meneguk nya.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam dan Saka belum juga pulang.

Ting! Tong!

Terdengar suara bel Apartemen berbunyi.

Apa itu Kakaknya? Kalau Kakaknya, kenapa dia memencet bel.

Tania berjalan ke arah pintu lalu membuka nya. Tampak Saka yang dipapah oleh Nicholas.

"Kak Nicholas? Huft... Kak Saka mabuk lagi ya?"

Pria itu menganggukkan kepala, "Ya begitulah.. dia bahkan hampir membuat kekacauan di club."

Nicholas memapah Saka sampai ke kamar pria itu. Meletakkan Saka yang tak sadarkan diri di atas ranjang.

"Ya sudah Tania, aku pulang dulu ya." Pamit Nicholas.

Mereka berjalan bersama ke Pintu Apartemen.

"Iya Kak. Terima kasih sudah mengantarkan Kak Saka pulang."

"Sama-sama."

Tania menutup pintu, gadis cantik itu melangkahkan kakinya menuju kamar Saka kembali. Dia akan menggantikan pakaian Saka.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!