Bab 2

"Sayang ayo sini.. kok diam saja di situ.." Suara Laila membuyarkan lamunan Tania.

"Eh! Iya mama." Kata Tania sambil tersenyum kikuk. Ia berjalan menghampiri Laila.

"Ada apa? mama tadi melihatmu melamun." Laila mengelus surai pirang Tania dengan lembut.

Tania menggelengkan kepala pelan.

"Tidak ada apa-apa mama."

Laila menangkup pipi putri angkatnya ini dengan kedua telapak tangannya.

"Kalau tidak ada apa-apa lalu kenapa wajahmu sedih seperti ini. Katakanlah kepada mama. Apa yang menganggu pikiranmu? Atau ada orang yang menyakitimu ? Siapa? Biarkan mama kasih dia pelajaran nanti."

"Enggak. nggak ada orang yang menyakitiku. Aku hanya sedih karena mengingat masa lalu saja."

Laila menghembuskan nafas pelan lalu membawa Tania ke dalam pelukannya. Memeluk Tania dengan erat.

"Oh sayang... sudahlah lupakan ya. Itu sudah berlalu." Kata Laila sambil mengelus punggung Tania, memberinya semangat lewat sentuhan tangannya.

"Sekarang kau sudah bahagia bersama kami. Mama, Papa dan Saka akan selalu menyayangimu."

Tania mengeratkan pelukannya. "Terima kasih mama.. jika nggak ada mama aku gak tau akan bernasib seperti apa. Terima kasih atas kebaikkan mama." Kata Tania. Ia membenamkan wajahnya di pundak Laila, merasakan hangatnya pelukan seorang ibu yang selama ini ia rindukan. Sebutir krystal bening jatuh dari pelupuk matanya.

"Sama-sama sayang.." Laila masih saja mengelus punggung Tania. Merasakan baju di bagian pundak basah Laila merenggangkan pelukan untuk menatap Tania.

"Jangan menangis sayang.. nanti cantiknya hilang loh.." Goda Laila sambil menghapus air mata putri angkat nya dengan ibu jari. Tania meraih kedua jemari tangan mama angkatnya dan meremas punggung tangannya dengan lembut.

"Tania janji akan membahagiakan mama, papa dan juga Kak Saka. Apapun yang mama minta nantinya kepadaku, selagi Tania mampu akan aku lakukan. Tania janji."

"Iya terserah kau saja." Kata Laila sambil tersenyum tipis.

.

.

.

Saka menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di ruang kerjanya. Senyuman manis terukir di wajah tampan miliknya. Senyum yang tak pernah luntur sekalipun dari tadi.

Hari ini adalah hari yang istimewa. Hari pernikahanannya dengan Inayah Azmi Salsabila. Di usianya yang menginjak 25 tahun ia akan melepas masa lajangnya.

Saka melangkahkan kakinya menuju meja kerja. Meraih sebuah bingkai foto. Foto yang menampilkan sepasang kekasih. Sang pria merangkul mesra pinggang si gadis cantik berambut hitam panjang di sebelahnya. Mereka tersenyum manis menghadap kamera.

"Kau cantik Ina.." Ucap Saka, jemari tangan kokoh nya mengelus foto tersebut. Fotonya bersama Ina. Saka meletakkan kembali bingkai foto itu ke tempatnya.

Lalu berjalan keluar dari ruang kerja. Mencari mamanya dan papanya di taman belakang masion. Tempat dimana akad nikahnya di langsungkan. Sebentar lagi pernikahannya akan dimulai. Saka merasa jantungnya berdebar kencang. Deg deg an luar biasa. Semoga saja ia lancar saat mengucapkan ijab Qabul nanti. Ya semoga saja.

.

.

.

"Sebentar lagi aku akan sampai."

Ina mengakhiri panggilan telpon. Wanita cantik itu menolehkan kepalanya ke arah jalanan. Menatap jalan raya yang padat di siang hari. Ia akan pergi ke luar negeri bersama Seseorang, meninggalkan acara pernikahan yang tengah berlangsung.

'Maafkan aku Saka.. aku mencintaimu.. tapi rasa cinta ku lebih besar untuk orang lain.. maaf Saka... aku berharap kau tidak membenciku nantinya..'

Lirih Ina di dalam hati.

"Nona kita sudah sampai." Suara sopir taxi membuyarkan lamunanya. Ina melirik sekilas sang sopir taxi lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh juru bandara.

"Ini pak uangnya ambil saja kembaliannya." Ina melirik argo dan menyerahkan beberapa lembar uang seratus ribuan kepada pak sopir.

"Terima kasih nona." Ucap Pak sopir dengan senang. Ina hanya menggangguk kepala.

Ia keluar dari dalam taxi. Dengan bantuan sopir taxi ia mengeluarkan koper miliknya dari bagasi.

Menyeret koper biru itu untuk mengikuti langkah kakinya. Ina mengedarkan pandangan ke segala arah mencari sosok Pria yang menunggu dirinya dari tadi.

"Ah itu dia!" Ina berjalan menuju seseorang.

"Maaf telah membuatmu menunggu lama." Ina memeluk pria tersebut. Mengecup pipi pria di pelukannya.

"Nggak papa." Kata Pria itu sambil tersenyum manis tapi -er senyuman yang terkesan palsu.

.

.

.

"Sudah waktu nya ya? " sebuah pertanyaan keluar dari bibir Arman Adi Saputra, Papa dari Saka.

"Seperti nya iya." Bima menyahut, Ayah dari Inayah Azmi Salsabila.

"Oh nak.. apakah kau sudah siap ?" Kata Arman sambil merangkul bahu anaknya. Menaik turunkan sebelah alisnya, mencoba menggoda putranya. Beliau tau kalau dari tadi anaknya terlihat gugup. Mungkin dengan menggoda sedikit bisa membuat Saka menjadi tenang.

"Hn." Sahut Saka singkat. Papa nya ini masih saja sempat-sempatnya menggoda dirinya.

"Sudah waktunya untuk akad nikah. Saka bersiap-siaplah." Perintah Laila.

Arman menepuk bahu putranya lalu mereka berjalan menuju ke sebuah meja dan kursi yang digunakan untuk mengucapkan ijab Qabul. Dan di susul oleh Bima di belakangnya.

"Tania tolong bawa Ina kesini ya nak."

"Baik Mama." Tania melangkahkan kaki berlalu meninggalkan taman belakang mansion.

"Mari jeng." Laila mengajak mamanya Ina, kedua wanita paruh baya itu berjalan menuju kursi yang terletak di barisan paling depan.

.

.

.

Tania meraih kenop pintu, membuka pintu sambil berseru memanggil Ina.

"Kak Ina ayo kita harus ke-" Ucapan Tania terpotong begitu saja saat melihat kamar tamu yang kosong. Di manakah kak Ina?

"Kak"

"Kak Ina" Teriak Tania, ia membuka pintu kamar mandi lalu mengernyit heran karena melihat kamar mandi yang kosong.

"Kak Ina kau dimana? " Tania mengedarkan pandangan. Sudut matanya menangkap secarik kertas yang ada di atas meja rias.

Tania berjalan terburu-buru ke arah meja rias. Dengan tak sabaran ia meraih secarik kertas itu. Kemudian membacanya dengan teliti.

.

.

Maaf Saka aku tidak bisa menikah denganmu... maafkan aku...

INA.

.

.

Tania menutup mulutnya yang sedikit terbuka dengan telapak tangan. Ia terkesiap akan tulisan Ina. Wanita cantik yang sebentar lagi akan menjadi kakak iparnya itu memutuskan pergi meninggalkan pernikahan.

Tania tidak menyangka Kak Ina bisa melakukan ini. Apakah kak Ina tidak berpikir ini sama saja mempermainkan hati Kak Saka. Bagaimana perasaan kak Saka kalau gadis yang dicintai-nya pergi meninggalkannya?

Hancur berkeping-keping, rasanya pasti sakit sekali. Tega sekali kau kak Ina !

.

.

.

"Mama!" Teriak Tania. Suaranya mengema ke seluruh taman belakang. Membuat semua pasang mata tertuju ke arahnya.

Laila menoleh ke asal suara, melihat Tania yang tengah berlari ke arahnya dengan wajah panik.

Ada apa ini? Mengapa putri angkat nya ini berlari dan dengan wajah panik pula. Oh ya di mana Ina? Bukannya tadi ia menyuruh Tania menemui Ina.

Tania mengatur nafas. Nafasnya ngos-ngosan karena berlari.

"Ada apa sayang?" Tanya Laila. Wanita paruh baya itu bangkit berdiri.

Tania menarik tangan Laila lalu membawa pergi menuju ruang keluarga, yang jauh dari keramaian. Tania tidak mungkin mengatakan bahwa Ina kabur di depan banyak orang terutama pada para tamu undangan. Ditaruh mana muka keluarga nanti jika tahu sang mempelai wanita kabur.

"Ada apa? " Tanya Laila penasaran.

"Mama.."

"Iya.. katakanlah. Oh ya di mana Ina?" Laila menengok kanan kiri mencoba mencari keberadaan Ina.

"Kak Ina kabur mama. Dia menuliskan surat ini." Tania menyerahkan secarik kertas itu kepada mamanya.

"Apa? " kata Laila syok. Tiba-tiba nafasnya tercekat di tenggorokan mendengar kabar tak terduga dari Tania. Apa kata Tania tadi, Ina kabur? Astaga...

"Mama.." Tania yang melihat tubuh Laila yang lemas dan ingin pingsan dengan cekatan membawa mamanya ke sofa. Mendudukkan dengan perlahan dan hati-hati.

"Bagaimana ini? " lirih Laila lemah.

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!