Bab 12

Saka mengecup kening Tania, "Terima kasih... aku mencintaimu Ina."

Setelah itu Saka ambruk menimpa tubuh Tania.

Deg

'Kak Ina.'

'Apa tadi katanya? Kak Ina? Kak Saka menganggap bahwa gadis yang berada dibawah kungkungannya dan barusan saja melakukan sesi bercinta dengan dirinya adalah Kak Ina.'

Tania memandang lekat wajah Saka yang sudah terlelap di atas tubuhnya, pria itu ambruk menimpa tubuhnya setelah meraih puncak kenikmatan.

"Kau membuatku melayang akan hasrat dan sentuhanmu lalu kau menghempaskan ku begitu saja setelah kau menyebut nama wanita itu. Taukah kau jika itu menyakiti perasaanku kakak?" Ucapnya sambil memandang lekat-lekat wajah Saka.

Susah payah Tania menyingkirkan tubuh kekar Saka agar menjauh dari atas tubuh telanjang nya.

Tanpa mempedulikan rasa sakit di pusat dirinya,Tania bangkit berdiri. Memungut pakaian miliknya yang berserakan di atas lantai. Memakai pakaian itu dengan cepat dan berlalu pergi meninggalkan Kamar Saka.

Sebelum benar-benar pergi meninggalkan kamar Saka, Tania menyempatkan diri untuk memandang Saka. Sebutir krystal bening jatuh membasahi pipi. Dengan kasar Tania menghapusnya dan berlari menjauh. Gadis itu berlari seakan melupakan rasa sakit dan nyeri di organ intim miliknya.

Tania membuka pintu kamar dan menutupnya. Dia bersandar di belakang pintu sambil memukul pelan dadanya yang terasa sesak, "Ya tuhan... kenapa rasanya sakit sekali!" Ujarnya sambil terus memukul dadanya. Tangis nya kian deras bersamaan dengan tubuhnya yang merosot jatuh di atas lantai.

'Kenapa Kak? Kenapa kau menyebut nama wanita itu setelah aku menyerahkan semuanya untukmu.' batin Tania bertanya. Ia menangis sejadi-jadinya.

'Setelah aku menyerahkan Tubuhku ... da- dan cintaku... '

"Kenapa kau malah menyebut nama kak Ina setelah kau meniduri ku?" Ucapnya lirih.

"KENAPA KAK?! " Teriaknya bergema ke seluruh penjuru kamar. Tania meremas piyama di bagian dadanya. Di sanalah rasa sakit itu berada. Dadanya kian terasa sesak. Sakit sekali!

"Hiks... hiks.. hiks.."

"Arghhh...." Teriak Tania lagi. Dia bangkit berdiri kemudian berjalan cepat menuju kamar mandi.

Melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya sehingga menampilkan tubuh telanjangnya yang dipenuhi dengan bercak kemerahan.

Tania menundukkan kepala, ia melihat dan memperhatikan tubuh polos telanjang nya.

Leher, dada, perut, tangan, paha dan kaki semua dipenuhi oleh bercak kemerahan, bekas percintaan Saka.

Gadis cantik itu tersenyum miris, apa tadi? Bekas percintaan Saka. Apa itu yang dinamakan bercinta jika hanya satu pihak disini yang mencintai?

Dasar bodoh..

Itu bukan bekas percintaan seorang Saka tapi nafsu semata yang disebabkan oleh pengaruh alkohol.

Kau bodoh Tania.

Air matanya terus mengalir, Tania menyalakan shower dan seketika itu juga pancuran air shower menguyur tubuh polosnya. Ia meringis merasakan dinginnya air yang mengalir

di kulitnya dan nyeri di bagian pusatnya.

Tania mendongak ke atas menatap langit-langit kamar mandi dan membiarkan pancuran air shower yang terus menguyur tubuhnya.

Ya tuhan... Hati ini rasanya sakit sekali..

Kenapa Kak? Kenapa kau menyakiti perasaanku...

.

.

.

Flashback

"Hm... apakah kau mencintai kakakmu itu?" Tanya Sarah.

Sungguh dia penasaran sekali akan Kehidupan sahabatnya setelah menikah dengan kakak angkatnya itu.

Tania langsung menatap Sarah dan menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan dari sahabatnya.

"Entahlah aku tidak tahu."

"Tidak tahu? Hm.. sedikit ambigu ya?" Tanya Sarah sambil memiringkan kepala, gadis cantik itu menatap lekat Tania yang tengah membaca novel.

"Maksudmu?" Tania mengernyitkan kening, bingung.

Ia menatap lekat ke arah Sarah.

"Ya omonganmu tadi sedikit ambigu.." Ucap Sarah menjelaskan.

"Ambigu bagaimana?" Tanya Tania cepat. Perasaan omongannya tadi tidak ambigu kok. singkat, padat dan jelas.

Sarah menegakkan tubuh lalu menghadap ke arah Tania dan memandang lurus tepat ke mata indah itu.

"Kau kan tadi bilang 'Entahlah aku tidak tahu' tidak tahu disini dalam arti kau memang tidak tahu perasaanmu pada Kak Saka atau itu hanya alibimu untuk menyembunyikan perasaanmu yang sebenarnya. Iya kan?"

Jleb

Bagaikan anak panah yang melesat tepat mengenai sasaran. Apa yang barusan dikatakan oleh Sarah tepat mengenai hatinya dan berhasil membuatnya terkejut.

Apakah Sarah telah mengetahuinya? Jika dia sebenarnya mencintai Kak Saka. Lebih jelasnya ia sudah jatuh cinta pada Saka saat pertama kali bertemu dengan pria itu. Kata orang sih, cinta pada pandangan pertama.

Tania tidak pernah menceritakan apapun mengenai perasaannya itu kepada orang lain termasuk Sarah, sahabatnya.

Tania menyembunyikan perasaannya karena dia tahu kalau Kak Saka sudah memiliki seorang kekasih. Ia bukan tipikal orang yang suka merebut apa yang sudah jadi milik orang lain.

Dan Tania memilih untuk memendam rasa cintanya.

Gadis cantik berambut pirang itu mengerjapkan mata.

"Eh? Apaan sih Sarah aku memang tidak tahu dan lagipula aku tidak memiliki perasaan apapun ke Kak Saka." Ucap Tania berkilah.

"Masa sih? Menurut ku ya.. kalau kau itu mencintai kakak mu itu. Aku bisa melihat semuanya dari matamu. Aku melihat dimatamu ada cinta untuk Kak Saka."

"Perasaan mu saja Sarah. Aku tidak memiliki perasaan apapun untuk Kak Saka." kilah nya kembali.

"Yakin tidak memiliki perasaan apapun. Aku mengenalmu bukan sehari dua hari saja tapi sudah satu tahun aku mengenalmu dan cukup bagiku untuk memahami karakter dan kepribadian mu Tania. Kau tidak bisa menyembunyikannya dariku."

"Aku berkata jujur Sarah. Aku tidak memiliki perasaan apapun ke Kak Saka."

Sarah memicingkan mata, memandang curiga ke arah sahabatnya. Sampai kapan Tania mau menyembunyikannya lagi?

"Kau bohong! Baiklah akan aku ingatkan."

"Matamu selalu berbinar senang saat Kak Saka menjemputmu di kampus. Aku bisa melihat waktu itu kau sangat senang dan bahagia. Aku juga bisa melihat raut sedihmu saat Kak Saka memperkenalkan Kak Ina sebagai kekasih di hadapan kita. Terus.. aku bisa melihat kau sangat khawatir dan panik ketika tau kalau Kakak mu itu mengalami Kecelakaan. Benar kan apa yang aku ucapkan?"

Sarah menatap Tania yang hanya diam membisu. Gadis itu tak menjawab pertanyaan nya. Lebih tepatnya sebuah pernyataan dari dirinya.

Tania menarik nafas lalu menghembuskannya.

"Huh... baiklah. Iya aku mencintainya.."

Sarah tersenyum lega, ia meraih telapak tangan Tania dan menggenggam erat.

"Aku adalah sahabat mu Tania. Kau tidak bisa menyembunyikan sesuatu dariku. Aku tahu kalau kau memiliki perasaan lebih ke kakak angkat mu itu. Dan aku tahu betapa sakitnya ketika orang yang kita cintai sudah dimiliki orang lain."

"Tapi tuhan sepertinya berkehendak lain. Percaya atau tidak.. kalian memang ditakdirkan untuk bersama. Buktinya kau kan yang sekarang jadi istri kakak mu."

"Semua hanya soal waktu Tania. Suatu saat Kak Saka akan melirik mu dan membalas cintamu."

"Sudah ah jangan nangis... nanti jelek loh.." Ucap Sarah sambil menghapus air mata yang menetes dipipi Tanis dengan ibu jari.

"Senyum dong."

Tania tersenyum tipis. Ia bersyukur memiliki sahabat yang baik seperti Sarah.

End flashback

.

.

.

"Kenapa tak bisa hilang?" Ucapnya sambil mengusap kasar bekas kemerahan yang ada di leher. Memandang sendu pantulan tubuh polosnya ke arah cermin full body yang ada di dalam kamar. Perlahan sambil menghembuskan nafas berat Tania beranjak ke lemari. Mengambil pakaian dalam dan gaun tidur lalu memakainya langsung.

Gadis cantik berambut pirang sebahu itu sempat melirik sekilas jam di atas nakas yang menunjukkan pukul 3 dini hari.

"Akh..." Ringis Tania sesaat setelah membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Merasakan nyeri di bagian bawah perut.

Mengusap pelan perutnya yang terbalut gaun tidur itu seraya menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih.

Menerawang sekilas kejadian yang telah terjadi beberapa jam lalu. Pergulatan panas dia dengan kakaknya. Di mana dia menyerahkan mahkota berharga yang ia miliki untuk Kak Saka.

Tania menghela nafas panjang.

Ia bukan menyesal telah melepas keperawanannya untuk Saka. Yang ia sesalkan adalah saat dirinya telah menyerahkan semuanya pria itu justru menyebutkan nama wanita lain seraya mengecup dahinya.

Dan Tania tahu bahwa tadi Saka masih dalam pengaruh alkohol. Wajar jika Kakaknya itu menyebut nama Kak Ina bukan dirinya.

Tetapi... tetap saja hati nya terasa sakit.

"Kak aku mencintaimu.. adakah sedikit ruang untukku di hatimu?" Kata Tania sambil memejamkan mata.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!