Bab 14

"Arghh!!"

Teriak Saka sambil mengusap wajah kasar.

Sudah berulang kali pria itu mencoba memfokuskan pandangan matanya untuk tetap melihat ke arah layar laptop tapi pikirannya yang berkelana entah kemana membuatnya tidak fokus pada pekerjaaan.

Pikirannya saat ini dipenuhi oleh Tania. Ia masih memikirkan apa yang sebenarnya sudah terjadi diantara mereka semalam. Saka sendiri sudah berusaha untuk mengingat namun dia tidak bisa mengingatnya sama sekali. Apakah benar mereka telah melakukan hubungan intim? Sepertinya iya, pernyataan Tania yang tertera pada surat tadi pagi membenarkan semuanya. Jika mereka sudah melakukan hubungan intim semalam.

'Argh!! Apa yang sudah kau lakukan Saka. Kau bodoh! Kenapa kau bertindak sejauh itu!' Gerutu Saka di dalam hatinya sambil mengacak rambutnya, frustasi.

Selama seminggu ini dirinya mabuk dan berakhir aman-aman saja. Namun tidak untuk kemaren malam. Bahkan Saka sendiri tidak bisa mengingat kejadian semalam ketika dirinya berbuat sejauh itu kepada Tania.

Apakah dia sudah menyakiti Tania?

Apakah dia sudah menyakiti tubuhnya?

Sedang apa Tania sekarang di kampus?

Kenapa gadis itu tidak mengirim pesan atau menelponnya mungkin?

Apa gadis itu tidak mau memaki atau memarahinya setelah apa yang sudah dilakukannya?

Kenapa justru Tania meninggalkan Sepucuk surat itu saja?

"Ck..sial." Saka menutup laptop dengan cukup keras. Pria itu menumpukkan keningnya pada laptop lalu menghembuskan nafas kasar. Menenggelamkan wajahnya pada laptop hitam itu.

'Huft Percuma saja aku bekerja..'

Saka mencoba mengalihkan pikirannya dari gadis itu, tapi tidak bisa. Saat ini Tania benar-benar telah menghantui pikirannya sehingga membuat dirinya tidak fokus sama sekali pada pekerjaan.

"Saka ayo makan siang sudah waktunya jam makan siang nih.." Suara Nicholas menyapa pendengarannya. Saka enggan bergerak, pria itu tetap diam dan tidak mempedulikan Nicholas yang memasuki ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Nicholas yang menyelonong begitu saja memasuki ruangan Saka langsung mengernyit heran melihat bosnya sekaligus sahabatnya itu yang tengah menenggelamkan wajah di atas laptop.

Kenapa dia?

Nicholas berjalan menghampiri Saka.

"Kau kenapa Saka?" Tanya Nicholas.

Saka bergeming. Pria itu tidak menjawab.

"Hei Saka!"

Bosnya baik-baik saja kan. Terus kenapa dia hanya diam? Jangan bilang pria itu pingsan atau jangan-jangan Saka kemasukkan barang aneh.

'Ah.. tidak - tidak..' Nicholas menggeleng-gelengkan kepala guna mengusir pikiran anehnya.

"Tidak usah berpikiran yang aneh-aneh." Ujar Saka dingin, pria itu mendongak sambil menatap tajam Nicholas yang ada dihadapannya.

Eh! Tahu aja dia isi kepalaku.

Nicholas menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal seraya cengengesan. Pria itu belum menyadari raut wajah Saka yang terlihat kusut.

"Ada apa?" Tanya Saka sambil menegakkan tubuh lalu menyandarkan punggung ke kursi kebesarannya.

"Aku ingin mengajakmu makan siang bersama, Ayo Saka sudah waktunya jam makan siang nih!" Jawab Nicholas.

"Hm."

Manik kelamnya melihat ke arah jam tangan yang menunjukkan pukul 12.15 waktu siang dan waktunya untuk jam makan siang. Manik kelam itu beralih melihat ke arah layar ponsel yang terletak di sebelah laptop.

'Tumben dia tidak mengirim pesan?' Tanyanya di dalam hati.

Saka menghembuskan nafas kasar sambil mengusap wajah. Lagi dan lagi dirinya memikirkan Tania. Biasanya gadis itu selalu mengirimkan sebuah pesan singkat kepadanya yang berisi 'Kak sudah waktunya makan siang. Kak Saka jangan lupa makan siang ya...' semenjak Tania menjadi istrinya dan selama seminggu lebih gadis itu mengirimkan pesan seperti itu. Pesan yang diabaikan serta tak dibalas Saka sama sekali.

Namun hari ini entah mengapa dirinya seolah menunggu pesan itu datang menyapa ponselnya.

"Kau kenapa Saka kok raut wajahmu kusut begitu? Apa ada masalah?" Tanya Nicholas ketika menyadari raut wajah Saka yang kusut.

Saka menghela nafas menanggapi pertanyaan Nicholas. Beberapa menit kemudian barulah ia menganggukkan kepala.

"Ada masalah apa?"

"Ayo ikuti aku akan ku ceritakan semuanya padamu." Saka bangkit dari kursi lalu berjalan menuju sofa yang terdapat di dalam ruangannya, dan Nicholas berjalan mengikuti Saka dibelakangnya.

"Oh jadi begitu."

"Yah begitulah..." Saka mengendikan bahu sambil menghela nafas. Baru saja Saka menceritakan semuanya pada Nicholas. Semuanya tanpa terkecuali. Mulai dari sikapnya pada Tania dari awal pernikahan sampai kejadian semalam.

"Tidak seharusnya kau bersikap seperti itu pada Tania, Saka. Tania tidak bersalah."

"Ya, aku tahu pernikahan kalian memang bukan kehendak kalian bersama. Bukan keinginan kalian juga kan. Kalian disini hanya korban dari ulah kekasihmu yang kabur seenaknya dihari pernikahan yang cuma meninggalkan sepucuk surat saja untukmu. Setelah dicari eh ternyata gadis yang kau puja-puja itu berkhianat."

Saka tersenyum kecut mendengar ucapan Nicholas yang mengejek Ina secara halus.

"Ina kabur dari pernikahan sehingga membuat Tania harus mengantikan posisi Ina sebagai pengantin atas permintaan ibumu. Aku rasa Tania pasti merasa tak enak hati menolak permintaan ibumu apalagi beliualah yang menolongnya dari bahaya makanya dia menerima permintaan ibumu. Aku tahu sulit bagimu menganggap Tania lebih sekadar adik. Tapi ingatlah dia sekarang istrimu, pendamping hidupmu tidak seharusnya kau bersikap kasar begitu. Hargailah usahanya dan perlakukan dia dengan baik."

"Lagian kau juga kenapa tidak berusaha melupakan Ina. Apa untungnya sih masih ingat-ingat kekasihmu yang telah mengkhianatimu."

"Come on, move on dong!" Ucap Nicholas sembari meninju pelan lengan Saka.

"Ina cinta pertamaku Nicholas sulit untukku bisa melupakannya dan aku masih sangat mencintainya walaupun dia sudah mengkhianati ku. Hatiku ini masih utuh untuk Ina meski sebagian telah hancur karena pengkhianatan nya. Ya, aku akui sikapku pada Tania itu salah. Selama ini aku sudah menganggap nya seperti adik kandungku sendiri. Aku menyayanginya sebagaimana rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. Sudah itu saja tidak lebih. Dan setelah Tania menjadi istriku rasanya sangat sulit untukku menganggap nya lebih dari seorang adik. "

"Ina memang cinta pertamamu tapi belum tentu cinta sejatimu kan. Mungkin dia bukan takdir jodohmu. Lupakan dia secara pelan-pelan tidak usah terburu-terburu. Nanti juga kau akan bisa melupakannya. Dan untuk Tania, aku cuma kasih saran ubahlah sikapmu padanya. Pakailah pakaian yang sudah dia siapkan, makanlah juga makanan yang sudah dia buatkan. Hargailah usaha Tania, Saka."

"Untuk kejadian semalam segeralah minta maaf padanya dan berhenti mabuk-mabukkan. Aku kasian dengan Tania jika kau memperlakukannya seperti itu. Jika kau tidak merubah sikapmu itu, lebih baik Tania untukku saja. Akan ku jadikan dia istri kedua ku bagaimana?" Ujar Nicholas sambil menaik-turunkan sebelah alisnya.

"Aku patahin lehermu kalau berani."

"Eh buset serem amat. Lagian sudah ada Hana di sisiku. Aku sudah punya bidadari yang cantik dirumah."

Nicholas tersenyum manis membayangkan istri tercintanya.

"Tapi kalau kau benar-benar tidak merubah sikapmu pada Tania dan malah menyakitinya akan kuambil Tania darimu dan kuberikan pada Pria yang baik untuknya nanti." Ucap Nicholas serius.

"Aku bersungguh-sungguh akan patahkan lehermu kalau kau berani menyentuh Tania." Ucap Saka sembari melotot tajam ke arah Nicholas.

"Becanda Saka, itu mata kalau tidak melotot-melotot begitu tidak bisa apa?" Nicholas pura-pura bergidik ngeri saat melihat Saka yang melototi dirinya.

"Menyebalkan." Gerutu Saka.

Nicholas yang mendengar gerutuan Saka hanya bisa terkekeh pelan melihatnya.

"Udah yuk, lapar ini aku ayo makan siang udah jam 1 siang nih."

Pria itu mengelus perutnya yang kelaparan minta diisi.

Saka meraih ponsel yang terletak di atas meja. Memeriksa mungkin ada notifikasi yang masuk ke ponselnya. Namun sayang tidak ada sama sekali notifikasi yang masuk.

Tumben sekali.. apa Tania marah ya?

Lama Saka melamun memikirkan Tania yang belum juga mengirimkannya pesan membuat ia sedikit kaget saat mendengar bunyi dan getaran pada ponsel yang ada di genggamannya.

Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya.

Dengan tak sabaran Saka segera membukanya.

To : Saka

Kak Saka sudah makan siang? Maaf Tania baru mengirimkan pesan. Ini aku sedang ada kuis di kelas Kak.

From : Tania

Tanpa sadar Saka tersenyum tipis membaca pesan dari Tania. Ia mulai mengetik balasan untuk Gadis itu.

Nicholas yang melihat Saka tersenyum tipis sambil menatap layar ponsel hanya mengernyit heran dibuatnya.

Kenapa itu Saka? Senyum-senyum sambil lihat ponselnya.

"Hei Saka! Kau kenapa senyum-senyum begitu?" Tanya Nicholas.

"Tidak ada apa-apa." Pria itu tersenyum sambil menggelengkan kepala.

Saka bangkit dari sofa. Menatap Nicholas seraya berujar, "Ayo Nicholas makan siang. Aku yang traktir. Capcay di kedai favoritmu kan?"

Nicholas yang mendengar akan ditraktir oleh Saka langsung berdiri tegak lalu berjalan menghampiri bosnya dan merangkul bahunya, "Tentu. Kau selalu tahu kesukaanku Saka."

Keduanya berlalu meninggalkan ruangan Saka sambil terkekeh bersama.

.

.

.

Sedangkan di sisi Tania sendiri.

Gadis cantik itu baru saja mengirimkan pesan pada Saka di sela kesibukannya yang sedang mengerjakan kuis.

Ting!

Sebuah notifikasi pesan masuk pada ponsel Tania. Ia segera membukanya.

To : Tania

Belum.

From : Saka

Seketika rasa senang membuncah di dada Tania. Balasan singkat dari Saka membuat ia senang bukan kepalang. Sudah seminggu lebih Tania selalu mengirimkan pesan singkat pada Kakaknya yang sekadar mengingatkan pria itu untuk jangan lupa makan siang. Pesan yang selalu tak terbalas dari Saka sama sekali. Namun hari ini pria itu membalas pesannya. Walaupun singkat cukup membuatnya senang.

Tania segera membalas pesan itu tapi belum sempat ia mengetik apapun teguran dari Dosen dia dapatkan. Dosen yang terkenal killer ini menegurnya untuk berhenti bermain ponsel dan secepatnya menyelesaikan kuis. Dengan pasrah Tania menyimpan ponsel miliknya kedalam tas dan menyelesaikan kuis.

.

.

.

Saka memisahkan potongan brokoli di capcay miliknya ke piring Nicholas.

"Wah...' Seru Nicholas dan langsung memakan potongan brokoli itu, yang memang merupakan sayuran favoritnya.

Saka menggelengkan kepala melihat reaksi Nicholas yang heboh. Setiap kali mereka makan capcay bersama Saka akan selalu memisahkan dan memberikan potongan brokoli miliknya pada Nicholas karena dia tidak suka brokoli.

Ngomong-ngomong tentang ketidaksukaannya terhadap brokoli ia jadi teringat suatu hal.

Saat dirinya berucap kasar pada Tania waktu itu.

Flashback

"Kak Saka memesan makanan pesan antar?" Tanya Tania.

"Iya. Kenapa? Kau keberatan aku memesan makanan?"

Tania menggelengkan kepala, "Tidak Kak. Tapi kan aku sudah memasak makanan untuk Kakak."

Saka melirik omelet yang di buat Tania, "Baiklah, untuk menghargai usaha mu karena sudah memasak aku akan mencicipinya sedikit."

Saka mendudukkan dirinya di kursi. Mendorong sedikit piring yang berisi Fried Chicken, Beef Burger, dan French Fries agar menjauh. Setelah itu menarik piring berisi omelet buatan Tania. Saka memotong sedikit omelet dan memasukkan kedalam mulutnya.

"Bagaimana Kak? Enak?" Tanya Tania.

"Huek!" Saka memuntahkan makanannya. Dia mengelap sudut bibirnya dengan tisu yang memang sudah tersedia di atas meja.

Saka menatap tajam Tania sambil berujar, "Kau itu bagaimana sih! Lupa kalau aku tidak suka brokoli? Bisa-bisanya menambahkan brokoli di dalam omeletnya!"

"Maaf Kak aku lupa." Ucap Tania lirih sambil menundukkan kepala nya.

"Jangan lagi kau memasak makanan untukku. Percuma karena aku tidak akan memakan masakan mu lagi." Ujar Saka dingin. Membuat Tania meremas kedua tangannya. Gadis cantik itu menundukkan kepala.

End flashback

'Apakah benar selama ini aku sudah menyakitimu Tania?' Tanyanya dalam hati.

.

.

.

Penyesalan selalu datang terakhir.

Satu kalimat ungkapan yang tepat untuk menggambarkan keadaan gadis cantik bersurai hitam panjang ini.

"Aku menyesal telah meninggalkanmu Saka." Lirih Ina sambil mengusap foto mereka berdua.

"Aku pikir setelah aku pergi meninggalkan pernikahan kita kau akan menunda atau bahkan membatalkan pernikahan kita lalu berusaha mencari ku dan membujukku untuk kembali padamu."

"Ternyata pikiranku salah kau memilih untuk melanjutkan pernikahan kita dengan cara menikahi Tania, adik angkat mu itu."

"Aku benar-benar terkejut melihatmu ada di kafe waktu itu dan kau memutuskan ku.. " Ucapnya pelan sambil mengusap air mata yang mulai menggenang di sudut matanya.

"Bagaimana kabarmu sekarang Saka? Apa kau masih mencintaiku ? Asal kau tahu Saka aku masih mencintaimu tapi aku juga mencintai Satria."

"Aku tidak rela kau menikah dengan Tania. Aku akan kembali nanti, merebut mu dari Tania."

Ina menyimpan bingkai fotonya bersama Saka kedalam laci. Ia bertekad akan kembali lagi ke kehidupan Saka dan merebutnya dari Tania.

Gadis cantik yang berprofesi sebagai fashion designer itu kembali menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.

.

.

.

Tania membuka pintu apartemen kemudian menutupnya. Gadis cantik itu berjalan ke dapur, meletakkan sling bag dan sekantong plastik berukuran besar yang berisi bahan masakan ke atas meja bar. Setelah itu Tania melangkahkan kaki ke arah wastafel. Ia terkesiap melihat ada gelas dan mangkuk kotor di sana.

Tania melihat ke arah meja makan. Dan di sana bersih tanpa terkecuali. Tania lebih mendekat lagi ke arah wastafel. Melihat tidak ada sisa bubur di mangkuk. Rasa senang kembali membuncah di dada Tania. Ia merasa senang sekali akhirnya Kak Saka mau memakan makanan buatannya.

Dengan rasa senang dan semangat Tania segera memasak untuk makan malam nanti.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!