Bab 4

~Flash back~

"Ina kabur Saka." Kata Paman Bima sambil memberikan kertas itu kepada Saka.

Saka mengambilnya dengan tangan gemetar. Ina kabur? Kabur? Apa kata paman tadi Ina kabur? Benarkah?

Astaga...

Rasanya sulit sekali untuk mempercayainya.

Saka menarik nafas lalu menghembuskannya dengan pelan. Membaca secarik kertas itu.

.

.

Maaf Saka aku tidak bisa menikah denganmu... maafkan aku...

INA.

.

.

Tanpa sadar Saka meremas kertas itu, meremasnya kuat-kuat menjadi bagian kecil lalu membuangnya kasar.

Nafasnya seperti tercekat di tenggorokan. Dadanya terasa sesak.

Rasanya sulit sekali untuk menjabarkan perasaannya saat ini.

Sedih, kecewa, marah semua bercampur menjadi satu memenuhi dadanya.

"Arman, Laila.. aku minta maaf atas tindakan putri ku. Aku tidak menyangka Ina akan melakukan tindakan senekat ini." Ucap Bima meminta maaf.

Arman hanya menatap Bima datar. Wajahnya tidak tampak tegang walaupun dalam situasi sesulit ini.

"Iya.. kami sungguh minta maaf. Kami tidak bermaksud ingin memalukan kalian. Ini sungguh di luar dugaan kita semua. Sekali lagi maaf atas tindakan Putri kami." Kata Mamanya Ina, menambahkan.

Beliau sungguh kecewa dengan putrinya.

"Kami tidak keberatan jika kalian ingin membatalkan pernikahan." Kata Bima.

"Ya. Batalkan saja pernikahan ini!" Ucap Saka. Ia mengeram kesal.

"Tidak! Pernikahan ini tetap dilaksanakan." Ucap Laila dengan lantang. Ia bangkit berdiri.

"Tapi bukannya Ina ti-" Ucapan Bima terpotong.

"Saka akan menikah dengan Tania." Ucap Laila membuat semua orang syok mendengarnya.

"Nggak. Aku nggak mau mama." Tolak Saka. Apa-apaan ini! Mamanya menyuruh-nya untuk menikah dengan Tania. Tidak mungkin dan tidak masuk akal, Tania adiknya walaupun dia hanya adik angkat. Tetapi Saka sudah menganggap Tania seperti adik kandungnya sendiri.

"Saka mengertilah nak. Di sana banyak para tamu sedang menunggu kita. Banyak wartawan dari majalah dan juga stasiun tv yang meliput pernikahan ini. Jika pernikahan dibatalkan ditaruh di mana muka orang tuamu ini!"

"Tapi Ma-" Ucapan Saka terpotong.

"Menikah dengan Tania, Saka." Suara tegas Arman menginterupsi.

Laila meraih kedua telapak tangan Tania, meremasnya lembut sambil menatap Tania dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Mama ingin menagih janjimu. Kau kan pernah berjanji kepadaku.. Kau berjanji akan membahagiakan Mama, Papa dan juga Kak Saka kan. Apapun yang aku minta nantinya , selagi kau mampu akan kau lakukan kan. Dan sekarang aku ingin Menagih janjimu itu."

Laila menghela nafas sejenak.

"Ku mohon menikahlah dengan Kakakmu. Kalian bukan saudara kandung, tidak sedarah jadi tidak apa-apa kalau kau menikah dengan Saka." Ucap Laila.

Tania hanya diam menanggapi Ucapan Laila. ia bingung harus berbuat apa? Ia jelas tau kalau Kak Saka menolaknya. Tapi dirinya juga sudah berjanji. Tidak mungkin ia mengingkarinya kan..

Dengan pasrah Temari hanya menganggukkan kepala pelan.

~End Flash Back~

"Sayang ayo makan.. sudah waktunya makan malam." Suara Laila membuyarkan lamunannya.

Tania mengerjapkan mata, ia mengalihkan pandangan untuk menatap mama yang ada di dekat pintu.

Tania bangkit berdiri, sebelum beranjak pergi sekilas matanya melirik jam digital yang menunjukkan pukul 19.35 malam.

"Ehm... Mama di mana Kak Saka? Aku tak melihatnya?" Tanya Tania, saat melihat kursi yang biasanya Saka tempati kosong.

"Oh... dia pergi tadi entah mau kemana. Biarkanlah dia Tania. Mungkin suamimu ingin sendiri dulu. Dia pasti membutuhkan waktu untuk sendiri." Jawab Laila.

Tania merasakan tubuhnya menegang ketika Mama menyebut kak Saka dengan sebutan 'suami'. Entah rasanya, ia belum terbiasa. Walaupun status mereka kini berbeda. Tania masih memanggil Saka dengan sebutan 'Kakak'.

Mereka kini tengah makan malam. Tania mengaduk-aduk makanan dengan malas. Ia tidak berselera makan. Hatinya merasa khawatir akan keadaan Saka. Ia tidak tau di mana Kak Saka berada sekarang. Apakah kakaknya itu sudah makan malam atau belum.

"Tania makanannya dimakan. Jangan cuma diaduk-aduk seperti itu." Suara tegas Arman

menginterupsi.

Tania mendongak untuk menatap papanya yang juga tengah menatapnya dengan tajam.

Tania mengangguk. Dengan malas ia menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Mengunyahnya dengan sangat pelan. Melihat tatapan tajam dari Papanya membuat Tania takut. Mau tak mau, Tania hanya bisa menurut.

.

.

.

Gelapnya malam tak kunjung membuat rasa cemas dan resah di dalam hatinya berkurang. Gadis cantik itu masih saja mondar-mandir tak jelas di teras balkon kamarnya.

Tania berhenti sejenak lalu memandang langit malam. Bintang bersinar terang menghiasi gelapnya malam.

Semilir angin menyapu kulit tubuhnya. Hawa dingin berhasil lolos menusuk tubuh mungilnya.

Tania kedinginan dan rasa kantuk mulai menyerangnya tetapi dia enggan untuk beranjak. Sungguh Tania khawatir tentang keadaan Saka. Pria itu masih juga belum pulang padahal sekarang pukul 11 malam.

Tak kuasa menahan kantuk Tania berlalu meninggalkan balkon.

.

.

.

Saka turun dari mobil. Pria itu berjalan pelan menuju masion.

Membuka pintu utama, sepi dan semua lampu telah padam. Papa, Mama, dan juga Tania pasti sudah tidur.

Saka berjalan menaiki tangga. Melangkahkan kaki menuju kamarnya.

Objek pertama yang dilihatnya saat membuka pintu kamar adalah Tania yang tengah tertidur pulas di atas ranjang miliknya.

Saka berdiri di tengah kamar sambil melepas kancing kemejanya satu per satu.

Pria itu memandang lekat tubuh Tania. Rasa bersalah mengusik hatinya, tidak seharusnya ia melampiaskan kemarahan pada Tania. Pasti gadis itu merasa sedih. Karena egonya yang tinggi dan rasa sakit dari pengkhianatan Ina membuat dirinya marah pada Tania.

Dulu gadis itu hanya adik angkatnya sekarang dia adalah Istrinya.

Saka menghela nafas panjang. Lalu berjalan dengan langkah yang dibuat sepelan mungkin agar tidur Tania tidak terganggu, ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tania mengeliat, samar-samar ia bisa mendengar seseorang yang sedang menutup pintu lalu disusul suara gemericik air.

Tania membuka matanya perlahan, mengedarkan pandangan ke segala arah. Bola matanya menangkap sebuah kemeja dan celana yang tergeletak di tengah kamar.

Tania menyibak selimutnya lalu berjalan menuju pakaian itu. Ini pasti milik kak Saka.

Ia tersenyum lega akhirnya kak Saka pulang. Tania memungut pakaian itu kemudian menaruhnya ke dalam keranjang kotor yang ada di sudut kamar.

Terdengar suara pintu kamar mandi yang dibuka, Tania menolehkan kepala.

Menatap Saka yang juga tengah menatapnya.

"Kak Saka dari mana saja? Aku khawatir kak.." Tanya Tania sambil menghampiri Saka. Ia berusaha meraih lengan Kakaknya tapi lagi dan lagi Saka menepis tangannya kasar.

"Bukan urusanmu." Jawab Saka ketus. Pria itu menarik tangan Tania kasar. Lalu menghempaskan tubuh Tania ke atas ranjang.

Saka menatap tajam Tania lalu menghembuskan nafas.

"Kau tidur di atas ranjang. Aku yang akan tidur di sofa." Ucap Saka datar. Pria itu mengambil bantal lalu berjalan ke sebuah sofa yang ada di dalam kamarnya. Meninggalkan Tania yang duduk di atas ranjang.

Saka meletakkan bantalnya, membaringkan tubuhnya ke atas sofa. Hembusan nafas berat keluar dari bibirnya. Saka mencoba memejamkan mata sambil tangan kanannya ia letakkan di atas kepala yang hampir menutupi mata.

Beberapa butiran bening lolos jatuh membasahi pipi. Saka menangis, meratapi nasib cintanya. Gadis pujaan, gadis yang di cintai dengan sepenuh hati pergi meninggalkannya di hari pernikahan. Inayah Azmi Salsabila. Calon istrinya pergi meninggalkannya, lebih tepatnya kabur di acara Akad Nikah. Entah mengapa Ina tega melakukan ini kepadanya. Bukankah mereka saling mencintai terus kenapa Ina kabur?

Gara-gara insiden Ina yang kabur melarikan diri membuatnya harus menikahi Tania.

'Air mata sialan kenapa kau terus keluar hah!' Geram Saka di dalam hati.

Tania menatap sedih ke arah Saka. Gadis cantik itu tahu betul bagaimana perasaan hati kakaknya saat ini. Pastinya sakit sekali. Pengkhianatan Kak Ina membuat Kakaknya sedih dan menderita. Hatinya ikut teriris mendengar isak tangis Kak Saka. Tania tahu kalau kak Saka pasti sedang menangis. Telinganya cukup peka menangkap suara isak tangis kakaknya.

Gadis itu hanya diam di atas ranjang. Beberapa menit lamanya menunggu akhirnya ia bisa mendengar suara dengkuran halus dari seseorang yang tengah tidur di atas sofa. Inilah yang di tunggunya. Menunggu Saka yang tertidur pulas barulah ia akan menghampiri pria itu.

Tania bangkit berdiri, berjalan pelan menuju sofa. Ia menatap Saka yang tertidur.

Dengan hati-hati Tania meraih lengan Saka yang menutupi matanya, meletakkannya di samping tubuh pria itu.

Tania menghembuskan nafas berat, ia memberanikan diri untuk menghapus jejak air mata Saka yang mulai mengering. Ia membungkuk.

Cup

Tania mengecup kening Saka dengan lembut.

"Aku menyayangimu kak." Bisiknya pelan.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Lanjut ya kak ceritanya.
4 like meluncur buatmu. semangat

2024-04-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!