Bab 17

"Hahahaha."

"Hahahaha."

Suara gelak tawa terdengar riuh memenuhi sebuah cafe yang terkenal di kota Jakarta. Suara-nya yang kian mengeras dari segerombolan pemuda-pemudi yang tengah berkumpul bersama di satu meja besar.

Tania tertawa sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan, mata indahnya melihat ke arah senior dan juga alumni. Ia dan semua orang di meja ini menertawakan tingkah konyol mereka yang tengah membuat lelucon. Mata indahnya beralih pandang ke arah lain, melihat dosen Ilham yang sedang tersenyum tipis. Pria itu hanya tersenyum tipis menanggapi tidak ikut tertawa seperti dirinya dan yang lainnya. Seolah mengerti jika dirinya diperhatikan oleh seseorang, Ilham meluruskan pandangannya ke depan dan seketika itu juga manik hitamnya bertemu dengan mata indah yang menawan. Senyum Ilham semakin lebar sambil menatap Tania yang duduk di seberang meja. Ilham terkekeh saat gadis cantik itu mengalihkan pandang ke arah lain. Ia mengambil cangkir berisi kopi hitam lalu meminumnya sambil terus melihat Tania.

Tania buru-buru mengalihkan pandang ke sembarang arah saat dosen Ilham menatapnya. Malu rasanya karena ia ketahuan tengah memperhatikan Pria itu. Mata indahnya melihat sekeliling cafe yang dipenuhi dengan tanaman hijau yang menyegarkan mata. Cafe yang didatanginya bersama perkumpulan ini merupakan salah satu cafe yang cukup terkenal di kota Jakarta. Cafe semi outdoor berlantai dua ini mengusung gaya Vintage. Meja dan kursi terbuat dari kayu jati yang tersusun rapi di berbagai sisi ruangan. Terdapat benda-benda kuno yang dipajang di dinding cafe. Di lantai satu terdapat bar yang menyediakan minuman-minuman beralkohol untuk pelanggan, di dalam lemari kaca ada banyak botol wine yang mahal.

Sedangkan di lantai dua yang ditempati Tania ini adalah ruang outdoor nya.

Bagus sekali cafe ini.

Kapan-kapan ia ingin menanam dan merawat tanaman hijau. Sepertinya akan bagus kalau ditaruh di balkon apartemen.

"Kak Tania? Kak?" Terdengar suara seseorang memanggil namanya. Tania mengerjapkan mata pelan sembari menolehkan kepala ke samping.

"Eh, iya Mila. Ada Apa?" Tanyanya pada gadis cantik bersurai hitam pendek yang duduk disebelahnya. Gadis itu adalah adik tingkatnya. Ia dan Mila barusan saja berkenalan tadi. Mereka merupakan salah satu dari sebagian orang baru di perkumpulan ini.

"Ternyata menyenangkan ya Kak berkumpul bersama seperti ini ?"

"Iya. " Tania menganggukkan kepala.

"Kita bisa sharing cerita dan pengalaman di sini. Berdiskusi bersama-sama tentang hukum. Menurutku perkumpulan ini bukan hanya sekedar kumpul-kumpul biasa tetapi juga wadah untuk kita bisa belajar lebih banyak lagi." Ucap Tania.

"Iya Kak. Aku setuju pendapat kakak." Ucap Mila.

"Selain itu kita juga bisa mendengarkan lelucon dari kakak-kakak senior, ya walaupun kadang lelucon mereka itu garing tapi tetap lucu kok hehe." Tambahnya sambil terkekeh. Tania tersenyum menanggapi. Walaupun mereka baru saling mengenal satu sama lain tidak membuat mereka bersikap canggung. Justru terlihat akrab dengan obrolan-obrolan yang tercipta.

"Makanan dan minuman di cafe ini juga enak-enak ya Mila, Kak Tania?" Gadis cantik bersurai panjang berwarna hitam yang diam-diam mendengarkan obrolan mereka pun menyahut. Yuna namanya. Dia adalah teman baik Mila.

"Iya. Enak sekali." Ucap Mila sambil kembali mengunyah kue lapis Surabaya yang empuk dan lembut sedangkan Tania hanya menganggukkan kepala mengiyakan ucapan Yuna.

Memang benar, makanan dan minuman di sini sangat enak. Cafe ini menyajikan menu-menu hidangan yang lezat.

Tania tadi memesan Mie ayam, Dessert box oreo milo cream cheese, dan sekarang sedang menikmati es selendang mayang khas betawi.

Tania mengambil buku menu yang ada didekatnya kemudian membuka halaman buku dengan pelan sambil melihat-lihat menu. Sepertinya ia ingin mencoba menu hidangan yang lainnya lagi.

'Wow... ada Brownies sarikaya pandan kesukaanku. Aku mau beli ini dan memakannya di rumah nanti.' Katanya di dalam hati sambil tersenyum. Tania menengadah kepala ke atas menatap langit malam yang bertaburan bintang. Mata indahnya berpindah melihat ke jam tangannya yang telah menunjukkan pukul 7 malam lewat 15 menit. Tak terasa di sini dia sudah terlalu lama menghabiskan waktu. Tania jadi teringat pesan Kak Saka untuk jangan pulang terlarut malam.

"Mila aku ke bawah dulu ya mau beli Brownies." Ucapnya pada Mila.

"Oh iya Kak."

Gadis cantik bersurai pirang sebahu itu bangkit berdiri dari kursi. Tania berjalan pelan menuju tangga, menuruni tangga yang akan membawanya ke lantai satu. Dia mau memesan Brownies kesukaannya ke kasir untuk dibawanya pulang.

"Loh Kak Tania mau kemana Mila?" Tanya Yuna saat melihat Kak Tania yang tiba-tiba berdiri dari kursinya.

"Kak Tania mau beli Brownies." Jawab Mila.

"Oh" Ucap Yuna hanya ber'oh' ria saja.

Sedangkan manik hitam yang sedari tadi melihat ketiganya mengobrol pun mengernyitkan alis saat melihat Tania yang berdiri dari kusirnya dan berjalan meninggalkan meja.

'Mau kemana dia?' Pikirnya.

Karena rasa penasaran Ilham bangkit berdiri lalu melangkahkan kaki mengikuti gadis itu.

"Kak aku pesan Brownies sarikaya pandan satu ya dan dibungkus." Ucap Tania pada Kasir.

"Baik Kak. Mohon ditunggu sebentar ya Kak." Ucap Kasir dengan ramah.

Tania mengangguk kepala. Setelah itu melihat-lihat ke arah dinding cafe yang dipenuhi dengan benda-benda kuno.

"Tania."

Tania berjengit kaget lalu menoleh ke belakang saat mendengar suara seseorang memanggil namanya.

"Eh, Pak Ilham?" Tania mengernyitkan dahi, bingung melihat Dosen Ilham yang tiba-tiba ada di sini.

Ilham tersenyum tipis melihat Tania yang terkejut.

"Sedang apa kamu di sini, Tania?" Tanyanya.

"Saya ingin beli Brownies sarikaya pandan Pak." Jawab Tania.

"Brownies sarikaya pandan ya?"

"Iya Pak."

"Baiklah kalau begitu. Kak saya pesan Brownies sarikaya pandan juga sekalian saya bayar punya gadis yang disebelah Saya." Ucap Ilham pada Kasir. Pria itu merogoh saku celana untuk mengambil dompet.

"Eh, tidak usah Pak. Saya bisa bayar sendiri." Sela Tania seraya menahan tangan Ilham yang akan mengambil uang di dompetnya.

"Tidak apa-apa."

"Tidak Pak. Saya merasa tidak enak sama Pak Ilham."

"Tidak apa-apa Tania. Biar saya saja yang bayar."

"Jangan Pak. Saya tidak mau merepotkan Bapak."

"Saya tidak merasa direpotkan kok. Jadi biar saya saja yang bayar semuanya ya?"

Tania menghela nafas sambil melepaskan tangannya yang dari tadi menahan tangan Ilham, percuma juga dia lanjut berdebat dengan Pak Ilham kalau Dosennya itu tetap kokoh ingin membayar Brownies pesanannya. Mata indahnya sempat melirik kasir tak enak karena melihat mereka berdebat, "Baiklah Pak."

Ilham Tersenyum, "Jadi berapa semuanya Kak?" Tanyanya pada Kasir.

"200 ribu Kak." Jawab Kasir.

Ilham mengeluarkan dua lembar seratus ribuan dari dompet lalu menyerahkan ke Kasir.

"Maaf Kak Brownies yang satunya lagi mau dibungkus atau dimakan di sini ya Kak?" Tanya Kasir.

"Punya kamu dibungkus Tania?" Tanya Ilham sambil menatap Tania.

"Iya Pak." Jawab Tania.

Ilham mengalihkan pandang ke arah kasir sambil menjawab, "Dibungkus aja Kak."

"Baik Kak. Ini Kak, Terima Kasih." Kasir itu tersenyum sembari menyodorkan dua paper bag ke Ilham.

"Sama-sama."

"Ini punya kamu Tania." Ilham menyerahkan satu paper bag ke Tania.

Tania mengambil paper bag itu seraya Tersenyum, "Terima kasih Pak."

"Sama-sama." Ujar Ilham sambil tersenyum.

Tanpa mereka sadari sepasang manik kelam menatap tak suka ke arah keduanya. Dari mejanya Saka bisa melihat Tania yang tengah berbincang dengan seorang pria yang entah siapa. Dia tidak kenal sama sekali dengan pria itu. Kalau dipikir-pikir sih sepertinya pria itu merupakan salah satu temannya atau mungkin dosennya. Saka tidak masalah jika Tania berteman dengan laki-laki. Tapi yang membuatnya tak suka yaitu mereka kelihatan mengobrol dengan mesra bahkan sampai berpegangan tangan. Saka juga tidak tahu kenapa dia sedikit emosi melihatnya.

'Siapa dia? ' Tanyanya di dalam hati. Manik kelamnya terus menatap tak suka ke arah istrinya dan pria itu.

'Dan kenapa Tania ada di cafe ini?' Tanyanya lagi di dalam hati. Oh iya, dia ingat sekarang tadi siang Tania meminta izin kepadanya untuk terlambat pulang karena mau berkumpul bersama dengan perkumpulan.

"Bagaimana menurut Pak Saka? Mungkin ada yang kurang atau ingin menambahkan sesuatu? Ehm, Pak? Pak Saka?" Seorang Pria paruh baya bertanya pada Saka.

"Pak Saka. Pak bos. Hei Saka!" Ucap Nicholas sambil menyenggol lengan Saka dengan Siku tangannya. Anggap saja Nicholas tidak sopan pada Bosnya karena memanggil namanya tanpa embel-embel Pak. Salahkan juga Saka yang tidak mendengarkan panggilannya hingga membuat Nicholas memanggil namanya saja. Oh iya, dan satu lagi dia sudah memanggil bos nya dengan Formal tadi. Sebenarnya apa sih yang sedang dilamunkan oleh Saka. Nicholas melihat ke arah kasir yang sedari tadi menjadi objek manik kelam itu.

'Oh... apparently the boss is jealous.' Batinnya sambil terkekeh geli.

Saka mendelik kesal pada Nicholas yang menyenggol lengannya kemudian menatap Pria paruh baya yang duduk dihadapannya.

"Mohon maaf Pak, bisa Bapak ulangi pertanyaannya?"

"Bagaimana menurut Pak Saka? Mungkin ada yang kurang atau ingin menambahkan sesuatu? " Tanya Pria paruh baya itu mengulangi pertanyaannya.

"Tidak ada Pak. Saya cukup puas dengan Materi yang disampaikan oleh Sekretaris anda." Jawab Saka.

"Baik, jadi Pak Saka setuju dengan kerjasama ini ?" Tanya Pria paruh baya itu.

"Iya Pak, Saya Setuju." Jawab Saka.

"Kalau begitu Saya dan Sekretaris saya pamit undur diri. Terima Kasih Pak Saka sudah meluangkan waktu untuk meeting hari ini." Ucap Pria paruh baya itu sambil mengulurkan tangan ke hadapan Saka.

"Iya Pak. Saya juga terima kasih." Ucap Saka sambil menjabat tangan Pria paruh baya itu.

Pria Paruh baya dan Sekretarisnya bangkit berdiri setelah itu pergi meninggalkan meja Saka. Manik kelam miliknya melihat ke arah lain. Di sana Tania sedang berjalan menuju pintu cafe. Istrinya terlihat tersenyum pada Pria yang ada disebelahnya. Pria yang sama waktu di kasir tadi.

.

.

.

Gelap gulita menyapa indra penglihatannya saat dia membuka pintu apartemen.

"Gelap sekali. Apa Kak Saka belum pulang ya?"

Tania mencoba meraba dinding untuk menemukan saklar lampu. Saat jari lentiknya berhasil menemukan saklar lampu dia segera menekannya. Membuat ruang tamu itu menjadi terang benderang.

Gadis cantik itu berjalan ke arah meja makan dan menaruh paper bag di atasnya. Melihat ke sekeliling apartemen yang terlihat sepi, "Sepertinya Kakak belum pulang."

Tania melirik sekilas ke jam tangannya yang menunjukkan pukul 21.30 malam.

"Sudah malam sekali." Tania menghela nafas panjang sambil duduk di kursi. Andai saja dia tidak terjebak macet mungkin dia sudah sampai di rumah lebih awal.

Tania bangkit berdiri dari kursi, berjalan menuju Kulkas untuk mengambil sebotol air mineral lalu meneguknya.

Cklek!

Tania mengalihkan pandang ke arah pintu yang dibuka oleh seseorang. Menatap Saka yang baru saja pulang. suaminya itu berjalan pelan tanpa memandang nya.

"Kak Saka baru saja pulang? tumben pulangnya malam sekali?" Tanya Tania.

"Hn. Ada rapat penting." Jawab Saka singkat sambil terus berjalan.

"Kak Saka sudah makan malam? Kalau belum mau Tania masakan sesuatu? Tapi aku belanja dulu sebentar di supermarket yang ada di depan apartemen soalnya persediaan bahan makanan sudah habis, tidak apa-apa kan?"

"Aku sudah makan. Tidak usah repot-repot memasak untukku."

"Oh iya Kak. Tadi Tania beli Brownies. Kakak mau makan bersama?"

Saka menghentikan langkah kakinya. Menoleh ke belakang untuk menatap Tania. Manik hitamnya menatap dingin mata indah itu.

"Aku tidak suka makanan manis seperti brownies. Kau makan sendirian saja." Ujarnya. Setelah itu melangkahkan kaki menuju kamarnya.

Tania terpaku melihat punggung Saka yang menghilang dibalik pintu kamar. Hanya perasaannya saja atau memang benar Kak Saka agak berbeda malam ini. Pria itu bersikap dingin. Apakah Tania sudah membuat kesalahan? Dan apa salahnya?

Tania menghembuskan nafas kasar. Entah mengapa melihat sikap Kak Saka yang dingin kembali membuatnya sedih

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!