Buntala nampak mendorong motornya yang mogok. Pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan tampan itu menghela napas panjang merasakan teriknya sinar matahari yang menyengat kulit.
Zayn yang melintas berlawanan arah dengan pria itu pun memperlambat laju motornya saat merasa mengenali orang yang sedang mendorong motor itu.
"Bukankah itu bapaknya Khaira?" gumam Zayn, kemudian memutuskan untuk putar balik.
Buntala mengernyitkan keningnya saat sebuah motor berhenti tidak jauh di depannya. Apalagi saat mengendara motor itu nampak menghampiri dirinya.
"Pak, kenapa motornya?" tanya Zayn setelah membuka helm full face-nya.
"Bapak tidak tahu, tiba-tiba saja mati," sahut Buntala yang berhenti mendorong motornya.
"Boleh saya lihat, Pak?" tanya Zayn.
"Kamu bisa memperbaiki motor?" tanya Buntala seraya melirik motor milik Zayn yang tergolong motor jadul sama seperti miliknya.
"Kalau kerusakannya tidak parah, sih, bisa, Pak. Tapi, kalau parah ya, nggak bisa," sahut Zayn tersenyum bodoh.
"Coba, deh, kamu lihat!" pinta Buntala yang terpaksa membiarkan Zayn memeriksa motonya, karena jarak antara tempatnya berada saat ini dengan bengkel masih jauh. Buntala berharap pemuda itu bisa memperbaiki motornya, hingga tidak harus mendorong sampai ke bengkel.
Zayn meletakkan helm-nya di atas motor, lalu mengambil perkakas motor yang dibawanya. Pemuda itu membawa motor Buntala ke tempat yang teduh. Zayn mulai memeriksa mesin motor itu. Sedangkan Buntala memperhatikan Zayn yang sedang sibuk mengotak-atik motornya dengan perkakas yang dibawa pemuda itu.
"Pemuda ini menyembunyikan bentuk tubuhnya di balik pakaiannya yang besar. Namun lengan pemuda ini terlihat berotot. Dilihat dari pakaiannya, dia seperti dari kalangan menengah, tapi melihat kulitnya yang putih bersih, dia seperti pemuda dari kalangan atas," gumam Buntala dalam hati masih mengamati Zayn.
Tak berapa lama kemudian, motor Buntala pun hidup dan pemuda itupun mengemasi peralatan motornya.
"Wah, kamu hebat juga, ya, bisa benerin motor," puji Buntala yang terlihat senang, karena motornya bisa hidup lagi.
"Saya cuma bisa sedikit, Pak. Oh, iya, walaupun motor bapak bisa hidup lagi, tapi ini nggak bakal bertahan lama. Namun masih bisa bapak kendarai sampai bengkel yang ada dekat sini. Saya sarankan untuk memperbaiki kerusakannya, agar tidak mogok di jalan lagi," ujar Zayn kemudian menjelaskan pada Buntala bagian motor Buntala yang rusak.
"Terimakasih. Paling tidaknya, bapak tidak perlu mendorong motor ini sampai bengkel. Oh, ya, siapa nama kamu?" tanya Buntala seraya mengamati wajah Zayn.
"Nama saya, Zayn, Pak," sahut Zayn tersenyum ramah.
"Tinggal dimana?" tanya Buntala kepo.
"Saya ngontrak tidak jauh dari daerah pengerajin kasur lantai, Pak," sahut Zayn seraya membersihkan tangannya menggunakan tisu basah.
"Ngontrak?" tanya Buntala seraya mengernyitkan keningnya.
"Iya, rumah orang tua saya jauh dari sekolah saya, jadi saya ngontrak di daerah yang nggak jauh dari sekolah," sahut Zayn yang benar adanya.
"Ohh, begitu. Kamu sekolah dimana memangnya?" tanya Buntala yang seperti tertarik dengan Zayn.
"Saya satu kelas dengan putri bapak. Bangku saya di belakang bangku putri bapak," sahut Zayn tersenyum tipis.
"Kamu teman sekelas Khaira?" tanya Buntala nampak terkejut.
"Iya, Pak. Saya sering lihat bapak mengantar dan menjemput Khaira," jawab Zayn yang terlihat tenang mengobrol dengan pria yang terkenal galak itu.
Setelah mengobrol beberapa lama, akhirnya Zayn pamit untuk melanjutkan perjalannya. Buntala tersenyum tipis menatap Zayn yang semakin menjauh dari pandangannya.
"Anak muda yang sopan, berwawasan dan menyenangkan," gumam Buntala tersenyum tipis seraya menaiki motornya.
*
Zayn menyusuri jalan yang tidak jauh dari pasar tradisional yang pernah didatanginya. Entah mengapa Zayn begitu penasaran dengan Indah. Zayn ingin tahu bagaimana sebenarnya kehidupan gadis yang menjadi teman sebangkunya itu.
Pemuda itu melewati bentangan sawah yang sepertinya baru selesai di bajak. Nampak beberapa orang petani yang sedang memperbaiki pematang sawah.
Zayn berhenti di bawah pohon rindang di tepi jalan. Pemuda itu melepaskan helm-nya dan menghampiri warung yang ada di sebelah pohon itu. Dua orang pria nampak berada di dalam warung itu dengan secangkir kopi dan gorengan di depan mereka.
Pemuda itu duduk di dalam warung sederhana yang dindingnya tidak terlalu tinggi itu. Dari dalam warung itu, Zayn tetap bisa melihat keadaan di luar warung. Pemuda itu mengambil roti dan juga air mineral dalam kemasan botol.
"Itu cucunya Nek Inem, ya?" tanya pria yang rambutnya gondrong.
"Iya. Anak gadis, tapi memegang cangkul," sahut pria satunya yang rambutnya terlihat seperti baru di cukur.
Obrolan dua orang pria itu sukses membuat Zayn menatap ke arah mana mata dua orang pria itu menatap. Zayn melihat sosok yang memakai celana panjang dan baju lengan panjang. Sedangkan kepala dan wajah orang itu di tutup baju kaus yang dipakai seperti seorang ninja, hingga hanya mata orang itu saja yang terlihat. Sosok itu nampak sedang mencangkul memperbaiki pematang sawah.
"Kasihan, ya, gadis itu yatim piatu dan hanya tinggal bersama neneknya. Beruntung neneknya masih bisa menyewa sepetak sawah untuk sumber penghasilan mereka. Kalau tidak menyewa sawah, hidup mereka bakal tambah sulit," sahut pemilik warung.
"Pasti neneknya tidak punya uang untuk mempekerjakan orang memperbaiki pematang sawahnya. Karena itu dia yang memperbaikinya," sahut pria berambut gondrong lalu menyesap kopinya.
"Pematang sawah Nek Inem banyak lubangnya. Banyak ketam, sih. Kalau pematangnya tidak diperbaiki, air dalam petakan sawah akan keluar karena lubang-lubang yang dibuat oleh ketam," sahut pria yang rambutnya baru di cukur.
Ketam atau yuyu adalah sejenis kepiting air tawar yang merupakan salah satu hama padi.
"Anak itu pulang sekolah langsung ke sawah, kalau enggak ke sawah ya, mencari rumput untuk dijual. Setiap libur sekolah bekerja serabutan. Kerja harian di sawah, bantu-bantu bebersih di rumah orang, bantu-bantu memasak, menggembala kambing dan sapi. Bahkan memandikan sapi di kali," ujar sang pemilik warung.
"Dia juga pintar memanjat pohon mangga dan jambu. Dia yang memanen mangga dan jambu di pekarangan rumahnya, lalu neneknya yang menjualnya ke pasar,"
"Anakku yang cowok saja tidak serajin dia. Boro-boro di suruh bekerja di sawah, di suruh mengantar makanan ke sawah saja ogah,"
"Anakku masih mending. Walaupun nggak mau di suruh ke sawah, tapi kalau di suruh yang lain cepat dikerjakan. Dia nggak mau di suruh ke sawah, karena katanya takut kulitnya hitam,"
"Anakku di rumah kerjanya cuma main game doang. Mending kalau ikut lomba game dan memenangkan hadiah, ini malah nggak udah-udah minta kota internet buat main game. Pusing aku,"
"Kuota kali, bukan kota,"
"Ah iya, ribet aku ngomongnya,"
"Kalau cucu Nek Inem sudah cukup umur nanti, aku ingin melamar dia untuk aku jadikan menantuku. Dia itu calon mantu idaman,"
"Mana mau anak kamu sama cucu Nek Inem? Anakmu, 'kan, suka, bahkan tergila-gila sama anak kepala desa,"
"Aku tidak setuju, kalau anakku menikah sama anak kepala desa. Anak kepala desa itu memang cantik, tapi manja. Dia hanya akan jadi ratu di rumah. Cuma bikin bangga saat di bawa kondangan. Boro-boro bantu di sawah kayak cucu Nek Inem, aku dengar masak saja nggak bisa. Aku bisa stres kalau punya menantu seperti itu,"
"Memangnya kamu mau memaksa anakmu menikah dengan cucunya Nek Inem? Sudah, biar gadis itu jadi menantuku saja,"
"Aku juga mau jadiin gadis itu menantuku. Dia nggak perlu kerja di sawah, cukup nunggu warung ku ini saja,"
Zayn hanya mendengar obrolan dua orang pria dan wanita pemilik warung itu. Sedangkan matanya menatap ke arah sosok yang sedang memperbaiki pematang yang dibicarakan dua orang pria dan satu wanita itu.
"Siapa gadis itu? Mendengar dari tiga orang ini, kehidupannya keras sekali," gumam Zayn penasaran. Zayn tidak bisa mengenali sosok yang dibicarakan tiga orang itu, karena penampilannya yang sudah seperti ninja. Apalagi jarak mereka cukup jauh.
"Wah, sepertinya mata cucu Nek Inem kena percikan air bercampur tanah itu," ucap pria berambut gondrong.
Zayn melihat sosok yang masih berada di pinggir pematang sawah itu meletakkan cangkul nya, lalu menutup sebelah matanya berjalan ke pematang yang lain. Sosok itu melepaskan kaus yang membungkus kepalanya. Zayn nampak fokus menatap ke arah sosok itu, karena ingin tahu seperti apa wajah gadis yang diperebutkan menjadi menantu tiga orang yang ada di warung itu.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Rifa Endro
kasihan indah. pekerja keras
2024-03-27
2
Bunda windi❤ 💚
oalah ternyata indah anak yatim piatu hanya tinggal sama nenek nya kasihan bener kamu indah,, bapak-bapak kalo lagi diwarung kopi tuh betah banget ya kopi secangkir sampai berjam-jam gak tau nya sambil ngerumpi gak jelas 🤭
2024-03-25
4
💞R0$€_22💞
ada juga bp2 rumpi..komplit bener nih novel...😂😂😂😂
2024-03-08
2