Zayn dan Yoga masih berada di tempat persembunyian mereka. Keduanya terus mengamati pria paruh baya yang duduk di atas motor itu.
"Pertunjukan akan segera dimulai. Tiga cecunguk yang baru pindah itu tidak tahu, dengan siapa mereka sedang berhadapan," bisik Yoga pada Zayn dengan senyuman penuh arti di bibirnya..
Sedangkan Zayn hanya mengernyitkan keningnya. Entah mengapa dirinya mengikuti Yoga dan bersembunyi seperti penguntit seperti saat ini.
"Bapak," panggil Khaira dengan wajah ceria.
Antonio menatap ke arah mana pandangan mata Khaira. Tatapan mata Antonio tertuju pada pria paruh baya yang duduk di atas motor jadul, namun motor itu terlihat masih terawat.
"Itu bapaknya Khaira? Wajahnya terlihat tegas. Tapi senyumannya hangat pada Khaira," gumam Antonio dalam hati.
"Bapaknya Khaira masih terlihat muda, ya?" bisik si Kribo pada si Jabrik.
"Iya. Orangnya terlihat hangat, sekaligus tegas saat menatap Khaira. Tapi tatapan matanya langsung datar saat melihat kita," sahut si Jabrik.
Si Kribo dan si Jabrik selalu mengekor di belakang Antonio. Mengikuti kemanapun Antonio pergi. Dua orang itu sudah seperti pelayan yang mengikuti majikannya.
"Halo, Om! Perkenalkan, aku Antonio. Putra bupati yang sedang menjabat saat ini," sapa Antonio memperkenalkan diri dengan penuh kebanggaan. Pemuda itu mengulurkan tangannya pada Buntala yang menatapnya dengan tatapan datar.
"Aku Buntala, bapaknya Khaira," ucap Buntala masih dengan tatapan datarnya. Pria paruh baya itu menyambut uluran tangan Antonio dan sedikit melirik dua pemuda yang berdiri di belakang Antonio.
Namun ada yang aneh, karena wajah Antonio terlihat seperti menahan sesuatu. Sedangkan Buntala masih setia dengan ekspresi datarnya. Khaira sendiri memalingkan wajahnya menahan tawa setelah melirik ekspresi wajah Antonio yang berusaha melepaskan tangannya dari pegangan tangan Buntala.
"Sialan! Apa orang ini ingin meremukkan jemari tangan ku," gerutu Antonio yang akhirnya berhasil menarik tangannya dari pegangan Buntala.
Pemuda itu langsung menyembunyikan tangan kanannya di belakang punggungnya dan mengelusnya dengan tangan kirinya.
Si Kribo dan si Jabrik saling menatap setelah melihat tangan Antonio yang memerah. Dua orang teman itu meringis membayangkan apa yang terjadi pada tangan Antonio saat bersalaman dengan bapaknya Khaira tadi.
Sedangkan Yoga nampak mengulum senyum menahan tawa, "Tangannya pasti sakit karena diremas bapaknya Khaira," bisik Yoga pada Zayn.
"Darimana kamu tahu?" tanya Zayn pelan.
"Aku pernah mengalaminya," sahut Yoga menyengir bodoh.
"Berarti kamu pernah mendekati Khaira dan menemui bapaknya Khaira seperti siswa itu?" tanya Zayn pelan
"Iya," sahut Yoga menyengir kuda, membuat Zayn menghela napas panjang seraya menggelengkan kepalanya pelan.
"Kenapa kamu memperkenalkan diri padaku?" tanya Buntala menarik salah satu sudut bibirnya menampilkan senyuman miring. Pria paruh baya itu melipat kedua tangannya di depan dada.
"Aku ingin mengajak anak Om jalan-jalan," ucap Antonio tersenyum ramah, walaupun masih merasakan sakit di jemari tangannya.
"Ingin mengajak putriku jalan-jalan?" tanya Buntala masih dengan senyuman miringnya.
Buntala menatap Antonio dari ujung rambut hingga ujung kaki. Pemuda yang tubuhnya biasa saja menurut Buntala. Tinggi dan bentuk tubuh Antonio memang cukup ideal, tapi sama sekali tidak terlihat kekar. Wajah lumayan tampan, tapi tidak terlihat tegas.
"Iya," sahut Antonio, yang sebenarnya nyalinya terasa ciut melihat senyuman pria paruh baya di depannya itu. Tentunya salaman yang menyakitkan tadi menjadi salah satu alasannya. Apalagi ditatap dari atas hingga ke bawah seperti itu oleh Buntala.
"Boleh saja," sahut Buntala tersenyum ramah terdengar santai.
"Terimakasih, Om," ucap Antonio tersenyum lebar.
Si Kribo dan si Jabrix pun ikut tersenyum lebar. Sedangkan Khaira menghela napas panjang. Cempaka yang dari jauh membuntuti Khaira pun tersenyum remeh.
"Aku mau lihat, seberapa hebat anak bupati yang baru pindah sekolah ini. Gayanya sok banget," gumam Cempaka yang entah mengapa dari awal bertemu dengan Antonio sudah tidak suka dengan cowok itu.
"Jangan kedipkan matamu! Kita akan menyaksikan pertunjukan inti," bisik Yoga pada Zayn dengan mata yang tetap tertuju pada Buntala dan Antonio.
Zayn hanya diam dan tetap menatap ke arah Buntala dan Antonio. Zayn juga menatap sekilas ke arah Khaira.
"Kalau begitu, aku akan mengajak Khaira pergi sekarang," ucap Antonio bergegas meraih tangan Khaira.
"Greb"
Sebelum sempat tangan Antonio menyentuh tangan Khaira, Buntala lebih dulu memegang tangan Antonio. Pemuda itu menatap Buntala dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Sebelum kamu mengajak pergi putriku, apalagi menyentuhnya, kamu harus aku tes dulu," ucap Buntala yang tiba-tiba auranya berubah menjadi dingin. Pria itu paling tidak suka putrinya di sentuh pria selain dirinya.
"Maksudnya?" tanya Antonio yang tiba-tiba merasakan aura dingin di sekitarnya. Padahal cuaca saat ini sedang panas.
"Jika kamu bisa menjatuhkan aku dalam tiga pukulan, aku akan mengizinkan kamu mengajak pergi putriku. Tapi..jika tidak bisa.. lebih baik mulai saat ini kamu jauhi putriku dan jangan pernah berharap menjadi pacar, apalagi suami putri kesayanganku," ucap Buntala dengan suara datar yang terkesan dingin.
"Om, yakin ingin aku pukul? Aku paling jago berkelahi," ucap Antonio penuh percaya diri.
"Tentu saja aku yakin. Sampai saat ini, belum ada satu orang pun yang bisa merobohkan aku dalam tiga pukulan," sahut Buntala dengan ekspresi serius.
"Bro, kalau kamu bisa membuat bapaknya Khaira jatuh, aku berjanji akan menjadi kacung mu," cetus Cempaka memprovokasi Antonio. Entah sejak kapan gadis itu sudah berada di samping Khaira.
"Baik, aku tidak akan sungkan lagi pada, Om," ucap Antonio tersenyum miring.
Ini adalah kesempatan bagi dirinya untuk membalas Buntala yang telah meremas jemari tangannya. Tentu saja pemuda itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Apalagi setelah mendengar perkataan Cempaka, siswi yang sedari tadi terlihat meremehkan dirinya.
Dengan santai Buntala yang sedari tadi duduk di atas motornya itu berdiri. Pria paruh baya itu berdiri dengan tegak menghadap Antonio, siap menerima pukulan dari siswa yang sering pindah sekolah karena suka tawuran itu. Antonio mundur beberapa langkah dari Buntala untuk bersiap menyerang
Khaira menjauh dari bapaknya diikuti Cempaka, sedangkan Yoga dan Zayn nampak serius memperhatikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tanpa disadari, tempat itu telah ramai oleh para siswa yang penasaran dengan siswa baru yang ingin mendekati Khaira. Yoga dan Zayn akhirnya keluar dari tempat persembunyian mereka dan melihat apa yang akan terjadi secara terang-terangan.
Sudah menjadi rahasia umum, siapapun yang ingin mendekati Khaira harus menghadapi bapaknya Khaira. Dan sejauh ini, belum ada satupun yang bisa mendapatkan restu dari pria paruh baya yang masih terlihat muda, tampan, gagah, berkharisma dan berwibawa itu.
"Hiyaaa.." pekik Antonio berlari dengan tangan terkepal kearah Buntala.
"Bugh"
Antonio meninju ulu hati Buntala dengan sekuat tenaga. Namun, pria paruh baya itu masih bergeming di tempatnya berdiri, tanpa bergeser sedikitpun. Wajah pria itu terlihat biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Padahal tangan Antonio terasa kebas dan memerah setelah meninju ulu hati Buntala.
"Buset! Aku seperti meninju tembok. Apa orang ini memakai baju besi?" gumam Antonio dalam hati dengan wajah memerah menahan sakit di tangannya.
"Gila! Bos sudah meninju dengan kuat, tapi orang itu masih bergeming di tempatnya," celetuk si Jabrik.
"Sepertinya si Bos kesakitan," sahut si Kribo.
"Baru satu pukulan. Kamu masih punya dua pukulan lagi untuk menjatuhkan aku," ucap Buntala dengan senyuman miring.
"Baik," sahut Antonio kembali bersiap memukul Buntala.
"Dia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri," gumam Yoga lirih, tertawa tanpa suara.
"Brugh"
Kali ini dengan sekuat tenaga Antonio meninju wajah Buntala. Namun wajah pria paruh baya itu hanya sedikit menoleh ke samping. Masih terlihat santai dan tetap bergeming di tempatnya berdiri. Seolah pukulan di wajahnya tidak berarti sama sekali dan tidak terjadi apa-apa padanya.
"Cuma segini kekuatan kamu?" tanya Buntala tersenyum remeh.
"Sial! Orang ini manusia apa bukan, sih?!" gerutu Antonio yang merasa malu, karena tidak sedikitpun bisa membuat pria paruh baya di depannya itu goyah dari tempatnya berdiri, apalagi terjatuh.
Sedangkan semua orang yang ada di sekitar tempat itu mulai bercuit.
"Belum ada yang bisa membuat bapaknya Khaira tumbang,"
"Sudah dua pukulan, tapi nggak ada efek,"
"Aku bertaruh, dia tidak akan bisa menumbangkan bapaknya Khaira,"
"Kalau dia bisa menumbangkan bapaknya Khaira, aku akan lari lapangan bola sepuluh kali putaran,"
"Kalau hari ini bapaknya Khaira bisa ditumbangkan, besok akan aku borong semua makanan di kantin sekolah untuk semua siswa,"
Cuitan semua orang di sekitar tempat itu membuat darah Antonio terasa terbakar dan jiwanya tertantang. Karena nada bicara mereka terdengar meremehkan Antonio.
Antonio mundur beberapa langkah. Pemuda itu nampak kembali bersiap mengambil ancang-ancang untuk menyerang Buntala.
"Semangat, Bos!" ucap si Jabrik memberi semangat.
"Serang sepenuh tenaga, Bos!" si Kribo ikut memberi semangat.
"Bos pasti bisa menumbangkan orang itu," si Jabrik terus memberi semangat.
"Tap! Tap! Tap!"
"Hiyaa.."
"Brugh"
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Rifa Endro
jumawa sekali, anda , tuan muda
2024-03-25
3
Bunda windi❤ 💚
sia-sia kamu Antonio meskipun kamu ngeluarin tenaga dalam sampai habis gak bisa ngrobohin buntala malah yang ada tanganmu yang patah 😅
2024-03-21
2
💞R0$€_22💞
Bapaknya keren nih, dijamin anaknya bakal aman gada yg ganggu...
2024-03-08
2