Setelah beberapa jam menempuh perjalanan, akhirnya mobil yang ditumpangi Zayn berhenti di pinggir jalan yang tidak terlalu ramai. Zayn memakai kawat gigi dan kacamata yang lumayan tebal, rambutnya disisir biasa tanpa menggunakan minyak rambut. Mengenakan kemeja dan celana panjang yang biasa digunakan kalangan menengah ke bawah. Tak lupa handphone Android yang harganya di bawah dua juta dan sepatu kets yang harganya hanya berkisar seratus limapuluh ribuan.
"Tuan muda ingin turun di sini?" tanya supir pribadi Zayn menatap penampilan baru majikannya.
"Iya, pak. Terimakasih, ya, pak, sudah di antar," ucap Zayn seraya keluar dari dalam mobil.
"Hati-hati, Tuan muda!" pesan sang supir.
"Iya, pak," sahut Zayn tersenyum ramah.
Setelah mobil itu pergi, Zayn mulai melangkah menuju pangkalan ojek yang tidak jauh dari tempat itu. Menunjukkan alamat yang ada di handphonenya pada sang tukang ojek. Selama di dalam mobil tadi, Zayn memang mencari kontrakan yang ada di sekitar tempat dirinya akan bersekolah.
Zayn menatap sebuah rumah kontrakkan kecil di depannya setelah selesai membayar uang sewa rumah itu. Pemuda itu masuk ke rumah itu dan melihat isi di dalamnya. Rumah itu hanya memiliki satu kamar tidur, ruang tamu, dapur dan satu kamar mandi.
"Aku akan mulai hidup mandiri," gumam Zayn penuh senyuman.
*
Buntala melepaskan helm putri kesayangannya dan merapikan rambut putrinya yang panjang sepinggang itu. Para siswa melirik anak dan bapak itu. Sang bapak yang masih tampan dan terlihat muda dan sang anak yang cantik serta cerdas.
Khaira berpamitan pada bapaknya, lalu bergegas masuk ke gedung sekolahnya. Di dalam kelasnya, Khaira menghampiri Cempaka, teman sebangkunya.
"Tumben kamu sudah datang duluan?" tanya Khaira tersenyum lembut pada Cempaka.
"Hari ini aku piket, Ra," sahut Cempaka.
"Sejak kapan kamu berangkat pagi karena mau piket?" tanya Khaira terkekeh kecil.
"Aku lagi insaf," sahut cempaka menyengir tanpa dosa.
"Beneran insaf, nih?" tanya Khaira nampak tidak percaya
"Ye ilee.. nggak percaya amat! Amat aja percaya. By the way anyway busway, contekkin PR matematika, dong! Kamu cantik, deh," ujar Cempaka merayu Khaira.
"Ohh..ternyata ini alasannya berangkat pagi?" ujar Khaira menggelengkan kepala dengan senyuman prihatin. Sedangkan Cempaka malah kembali menyengir tanpa dosa.
Tak lama kemudian, bel tanda jam pelajaran dimulai pun berbunyi. Seorang guru pun masuk ke dalam kelas bersama seorang siswa berkacamata dengan baju yang terlihat longgar. Semua murid pun memperhatikan pemuda itu.
"Selamat pagi semuanya!" sapa sang guru.
"Pagi, Bu!" sahut para murid.
"Hari ini kalian kedatangan teman baru," ucap sang guru lalu menatap pada siswa yang datang bersama dengan dirinya, "perkenalkan dirimu," pinta sang guru.
"Baik, Bu," sahut siswa itu, lalu menghadap ke arah semua murid, "perkenalkan, aku Zayn. Mulai hari ini, aku akan belajar bersama kalian di kelas ini. Semoga kita semua bisa berteman baik," ucap Zayn tersenyum ramah.
"Baiklah, kalau begitu kamu boleh duduk di kursi yang masih kosong," ucap sang guru.
"Terimakasih, Bu," sahut Zayn, kemudian mencari bangku yang kosong.
Zayn duduk di sebelah siswi yang duduk sendiri di pojok ruangan. Gadis sederhana yang tersenyum canggung padanya. Zayn pun tersenyum tipis membalas senyuman gadis itu, lalu mulai membuka bukunya.
"Nama kamu siapa?" tanya Zayn pelan.
"Indah," sahut gadis itu singkat.
"Senang berkenalan dengan mu," sahut Zayn kembali tersenyum tipis, lalu mulai mengikuti pelajaran.
Beberapa jam kemudian, bel tanda istirahat pun berbunyi. Para siswa pun menyimpan kembali buku mereka di dalam tas.
"Teman-teman, sebelum istirahat, mohon sumbangannya untuk siswa dari kelas sebelah yang ayahnya meninggal," ucap ketua kelas seraya membalikkan topinya untuk menerima uang sumbangan dari para siswa yang mulai keluar kelas untuk pergi ke kantin.
Zayn melirik Indah yang tidak membereskan buku-bukunya dan terlihat tidak ada niat untuk keluar dari kelas.
"Kamu tidak istirahat di luar atau pergi ke kantin?" tanya Zayn.
"Tidak. Aku akan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tadi," sahut Indah tersenyum tipis.
"Indah memang tidak pernah istirahat, Zayn. Perkenalkan, namaku Yoga. Ayo, aku tunjukkan kantinnya padamu," ujar Yoga seraya merangkul pundak Zayn.
Zayn melirik Indah saat akan keluar dari kelas itu. Entah mengapa Zayn melihat kesedihan di mata gadis itu.
"Kamu bilang, si Indah itu tidak pernah istirahat. Apa dia tidak bosan dengan buku-buku itu?" tanya Zayn penasaran.
"Aku juga tidak tahu. Dia itu kayak kuper gitu. Setiap jam istirahat cuma berada di kelas mengerjakan tugas atau membaca buku di perpustakaan. Nggak pernah pergi ke kantin. Btw, kenapa kamu nggak nanya soal Khaira saja? Dia itu gadis tercantik di sekolah kita. Kamu lihat nggak tadi? Gadis yang duduk di bangku di depan kamu," jelas Yoga.
"Iya, aku lihat," sahut Zayn yang memang melihat ada gadis yang menurutnya memang sangat cantik.
"Sampai sekarang, belum ada yang bisa menjadi pacarnya. Dia itu sulit di dekati. Apalagi, bapaknya galak setengah mati. Aku pernah datang ke rumah dia, tapi aku ditanyai bapaknya seperti diinterogasi," ujar Yoga mengingat bagaimana dirinya bertemu dengan ayah dari gadis tercantik di sekolahnya itu.
"Oh, ya? Tapi, kamu niat sekolah apa pacaran?" tanya Zayn tersenyum tipis.
"Dua-duanya. Biar lebih semangat masuk sekolah," sahut Yoga terkekeh kecil, "btw, kok, kamu kayaknya biasa aja lihat gadis secantik Khaira? Padahal semua cowok yang baru pertama kali melihat dia, pasti langsung suka sama dia," tanya Yoga penasaran yang melihat Zayn tidak antusias sama sekali membahas tentang Khaira.
"Aku sudah banyak menemui gadis cantik dalam hidup ku. Banyak juga yang mendekati aku. Tapi..mereka hanya punya outer beauty dan minim inner beauty. Aku nggak suka cewek kayak gitu," ujar Zayn tanpa berbohong sedikitpun.
Inner beauty mengacu pada pikiran dan kepribadian seseorang. Sedangkan outer beauty (kecantikan luar) mengacu pada penampilan seseorang.
"Woahh..benarkah? Tapi..kalau di lihat-lihat, sebenarnya kamu ini ganteng. Kalau nggak pakai kacamata dan kawat gigi, aku yakin kamu pasti ganteng banget. Kamu bakal jadi pangeran di sekolah ini," ucap Yoga menelisik wajah Zayn.
"Aku ke sini untuk belajar, bukan untuk tebar pesona," sahut Zayn tersenyum tipis menggelengkan kepalanya pelan.
"Sambil menyelam minum air, bro," sahut Yoga terkekeh.
Dua orang yang baru menjadi teman itu makan di kantin sekolah. Yoga nampak cepat akrab dengan Zayn. Sedangkan Zayn juga nampak nyaman-nyaman saja dengan Yoga.
"Hei, cantik!" sapa seorang siswa bersama dua orang siswa lainnya seraya duduk di depan Khaira.
Zayn dan Yoga pun menatap tiga cowok itu, karena meja mereka tepat di belakang Khaira.
"Kenalkan, aku murid baru di sekolah ini. Namaku Antonio. Aku anak Bupati baru di kota ini," ucap cowok itu penuh percaya diri mengulurkan tangannya.
"Aku Khaira," ucap Khaira tersenyum tipis tanpa menyambut uluran tangan Antonio.
Antonio tersenyum masam menarik tangannya kembali. Sedangkan dua siswa yang bersama Antonio nampak terkejut melihat Khaira tidak menyambut uluran tangan Antonio.
"Gimana kalau pulang sekolah jalan-jalan sama aku?" tawar Antonio.
Khaira tersenyum tipis mendengar ajakan Antonio, "Aku pulang di jemput bapakku," sahut Khaira masih tersenyum tipis.
Sudah banyak pemuda yang mendekati dirinya, tapi tak satupun yang lanjut mendekati dirinya. Semuanya mundur, tidak berani menghadapi bapaknya. Kecuali Jimin yang tetap berani mendekat, tapi langsung kabur juga saat kepergok bapaknya.
"Nanti aku minta izin sama bapak kamu," ucap Antonio penuh percaya diri.
"Silahkan saja," sahut Khaira kembali tersenyum tipis.
"Aku pengen lihat, gimana kamu meminta izin sama bapaknya Khaira," celetuk Cempaka yang duduk di sebelah Khaira. Gadis itu tersenyum remeh, karena tahu benar sifat bapaknya Khaira.
Sedangkan Zayn yang mendengar pembicaraan mereka, sejenak melirik ekspresi Yoga yang tertawa tanpa suara mendengar pembicaraan Khaira dan murid baru itu.
"Kenapa ekspresi kamu seperti itu?" tanya Zayn pada Yoga pelan.
"Kita akan menonton pertunjukan saat pulang sekolah nanti," ucap Yoga seraya menepuk pundak Zayn.
"Pertunjukan?" tanya Zayn dengan kening yang berkerut.
Bel tanda pelajaran berakhir sudah berbunyi. Murid-murid pun mengemasi peralatan belajar mereka. Dengan penuh semangat Yoga menarik Zayn untuk pergi ke pinggir pagar sekolah. Di balik pagar itu Yoga dan Zayn melihat seorang pria yang terlihat gagah dan tampan. Pria itu duduk di motor kesayangannya.
"Yang duduk di atas motor jadul itu bapaknya Khaira," bisik Yoga pada Zayn.
Zayn mengamati pria yang yang dikatakan oleh Yoga itu dengan teliti. Pria yang terlihat masih muda.
"Orang ini terlihat tegas dan berwibawa. Tubuhnya tegap dan gagah. Melihat bentuk tubuh dan auranya, sepertinya dia rajin berolahraga dan memiliki ilmu beladiri," gumam Zayn dalam hati.
"Bapak!" panggil Khaira dengan wajah ceria.
Pria yang duduk di atas motor itu tersenyum hangat pada putrinya. Namun, raut wajahnya berubah saat melihat seorang siswa nampak berjalan di samping putrinya dan dua orang siswa mengekor di belakang siswa itu.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Fadillah Ahmad
Nah ada Satu hal yang membuat aku penasaran kak Nana,apakah Ziel juga bisa bela diri juga nggk kak,seperti Zayn kak?
2025-02-05
1
Astri
indah gak punya uang
2024-08-01
0
雅婷郭
hmm...apakah Khaira calon jodohnya bang Zayn
2024-07-23
0