12. Melabrak

Zayn sudah tiba di rumah kontrakannya. Pemuda itu segera melepas kacamatanya dan mengganti pakaian sekolahnya dengan pakaian rumahan. Pemuda itu memakai kaus oblong dan celana pendek yang selalu dikenakannya saat di rumah.

Zayn membuka lemari es dan melihat bahan memasaknya sudah habis. Bahan masakan? Ya, bahan memasak. Sekolah baru Zayn mewajibkan setiap siswa untuk mengikuti ekstrakulikuler yang biasa di singkat ekskul. Dan tanpa di duga, Zayn malah memilih ekskul Tata boga, yaitu ilmu pengetahuan mengenai seni mengolah makanan, mulai dari persiapan, pengolahan, hingga cara menghidangkan makanan.

Kenapa Zayn memilih ekskul itu? Karena Zayn merasa ilmu itulah yang belum dipelajarinya. Dan hidup mandirinya ini belum lengkap jika belum bisa memasak sendiri. Karena itu, Zayn memilih ekskul tata boga.

"Aku harus membeli bahan memasak lagi. Aku ingin sayuran yang masih fresh. Apa sebaiknya aku mencari sayuran di pasar tradisional saja, ya? Nanti aku browsing, pasar tradisional mana yang menyediakan sayuran segar paling lengkap," gumam Zayn seraya mengambil telur dari dalam lemari es yang tinggal dua butir.

Pemuda itu membuat telur ceplok tanpa minyak menggunakan teflon. Sambil menunggu telur ceplok itu masak, Zayn mengupas dan mengiris bawang merah. Pemuda itu juga memotong-motong cabai rawit berbentuk bulatan-bulatan kecil. Setelah telur ceplok matang, Zayn meletakkannya di dalam piring. Pemuda itu menaburkan bawang merah yang diiris tipis dan juga cabai yang telah dipotong-potong di atas telur ceplok, lalu menyiram telur itu dengan kecap asin.

"Masakan sederhana, tapi enak rasanya," gumam Zayn tersenyum tipis seraya menyantap telur ceplok buatannya bersama nasi putih.

*

Zayn berjalan menuju sebuah warung yang tidak jauh dari rumahnya. Terlihat beberapa ibu-ibu juga sedang berbelanja di warung itu.

"Bu Ratna, minyak gorengnya adanya merk ini, mau nggak?" tanya pemilik warung pada seorang wanita yang kira-kira berusia sekitar dua puluh enam tahun. Wanita itu menggendong anak laki-laki yang tampan dan menggemaskan yang kira-kira berusia sekitar tiga tahun.

"Mau, Bu," sahut wanita yang tidak lain adalah Bu Ratna yang sempat dikirimi surat kaleng oleh seorang pria yang ditangkap Zayn bersama warga kemarin.

"Nak Zayn, mau beli apa?" tanya sang pemilik warung yang sudah mengenal Zayn.

"Telur sekilo, Bu," sahut Zayn tersenyum ramah.

"Pilih saja sendiri, ya!" ucap pemilik warung itu seraya mewadahi belanjaan seorang pembeli.

"Kantongnya nggak ada, Bu," sahut Zayn yang memang sudah biasa belanja di warung itu.

"Oh, sudah habis, 'ya? Ini kantongnya. Taruh saja di tempat biasanya, ya, Nak!" pinta pemilik warung itu seraya menyodorkan sebungkus kantong yang belum di buka pada Zayn.

"Iya, Bu," sahut Zayn kemudian menghampiri tempat telur diletakkan dan mulai memilih telur.

"Enak, ya, yang baru dapat duit dari meres orang? Belanja banyak. Dasar wanita murahan," ucap seorang ibu-ibu yang baru saja datang. Wanita itu berbaju merah dan berusia sekitar empat puluh tahun. Wajahnya sinis melirik Bu Ratna.

Zayn melirik wanita yang baru saja datang itu sekilas. Bu Ratna nampak diam saja dan terkesan acuh. Sedangkan ibu-ibu yang lain nampak memperhatikan dua orang itu. Ya, wanita yang baru saja datang itu adalah istri dari pria yang ditangkap Zayn bersama warga kemarin.

"Total belanjaan saya, Bu," pinta Bu Ratna pada pemilik warung, seolah tidak mendengar apa yang dikatakan oleh wanita berbaju merah itu.

"Sebentar, Bu. Giliran, dulu," sahut pemilik warung yang masih menghitung belanjaan ibu-ibu yang lain.

"Dasar gatel! Matre! Orang miskin memang nggak bisa lihat uang, matanya langsung ijo. Bisanya cuma menggoda suami orang. Jadi guru, kok, nggak punya harga diri. Bagaimana mendidik muridnya, kalau guru nya saja nggak bener. Ibu-ibu, jagan mau anak kalian diajar oleh perempuan murahan ini!"

"Mau jadi apa anak kalian, kalau gurunya macam dia ini? Dia ini genit. Jangan-jangan, nanti dia menggoda suami kalian, lalu dijebak seperti suami saya. Awas, jangan dekat-dekat dengan perempuan ini! Suaminya cuma kerja serabutan, nggak punya tanah, rumah, apalagi kebon atau sawah,"

"Hidup dia ini susah. Jadi guru honorer cuma di gaji tiga ratus ribu satu bulan. Jadi, dia sengaja menggoda dan menjebak suami saya biar bisa dapat uang denda. Sungguh licik sekali. Tidak tahu malu! Penipu! Kenapa nggak jual diri saja sekalian!" ucap wanita berbaju merah itu penuh kebencian.

"Cukup!" bentak Bu Ratna yang dari tadi sepertinya sudah menahan emosi.

Wanita yang masih menggendong anaknya itu menatap wanita berbaju merah itu dengan tatapan tajam. Sedangkan anaknya hanya diam menatap ibu-ibu yang berbaju merah.

"Saya diam bukan berarti bisa ibu hina seenak hati ibu. Saya masih menghargai kalau ibu lebih tua dari saya. Saya juga menghargai profesi saya sebagai guru. Saya tidak ingin memberikan contoh yang buruk bagi anak didik saya dengan menghajar ibu di tempat ini. Karena itu, saya menahan diri dan tetap diam. Tapi ibu malah semakin keterlaluan,"

"Saya dan suami saya memang tidak punya rumah dan hanya tinggal di perumahan guru yang hampir jatuh ke sungai karena erosi. Suami saya memang hanya bisa kerja serabutan karena tidak memiliki sawah ataupun kebun, dan hanya lulusan SD. Gaji saya memang tidak seberapa. Tapi kami tidak pernah mengemis pada siapapun untuk makan dan minum,"

"Saya tidak pernah menggoda suami ibu ataupun suami siapapun. Suami saya lebih tampan, lebih gagah dan lebih muda daripada suami ibu. Untuk apa saya menggoda suami ibu yang jelek dan tua itu? Jika saya ingin menjadi wanita penggoda, buat apa saya tinggal di desa seperti ini? Lebih baik saya tinggal di kota yang banyak orang kayanya. Cuma punya rumah dan kebun warisan saja sombong,"

"Yang gatal itu suami ibu. Bukan saya! Dia yang menggoda saya, kenapa ibu malah marah pada saya dan memfitnah saya yang bukan-bukan? Introspeksi diri, kenapa suami ibu menggoda wanita lain? Jangan-jangan ibu tidak bisa memuaskan suami ibu, sudah dol, makanya suami ibu menggoda wanita lain," balas Bu Ratna yang tersulut emosinya.

"Kamu! Beraninya menghina aku!" ucap wanita berbaju merah itu hendak menyerang Bu Ratna. Karena tidak terima dikatakan sudah dol.

"Hentikan!" Zayn langsung memegang ibu-ibu berbaju merah yang hendak menyerang Bu Ratna.

Walaupun Zayn masih muda, tapi dirinya adalah satu-satunya pria di tempat itu. Mana mungkin Zayn membiarkan dua orang ibu-ibu berkelahi di depan matanya.

"Lepaskan! Biar aku hajar pelakor itu!" bentak wanita berbaju merah itu berusaha melepaskan diri dari Zayn.

"Yang menggoda Bu Ratna adalah suami ibu Kenapa ibu menyalahkan Bu Ratna? Jika Bu Ratna wanita murahan, Bu Ratna tidak akan melaporkan suami ibu ke aparat desa. Bu Ratna pasti sudah berselingkuh dengan suami ibu. Seharusnya ibu menghormati Bu Ratna yang tidak tergoda pada suami ibu. Jangan menyalahkan orang lain dalam situasi yang ibu hadapi. Dari pada ibu sibuk menyalahkan orang lain, sebaiknya ibu bawa suami ibu ke psikolog atau psikiater," ujar Zayn berusaha menengahi dan menyadarkan ibu-ibu yang berbaju merah itu.

"Kamu mau bilang kalau suami ku gila?!" ketus ibu-ibu berbaju merah itu pada Zayn.

"Saya tidak bilang suami ibu gila. Tapi kemungkinan, suami ibu itu mengalami gangguan kepribadian. Ibu adalah istrinya, pasti ibu lebih tahu dan lebih paham, kalau ada yang tidak beres pada suami ibu. Seharusnya ibu melakukan tindakan preventif (pencegahan) dengan membawa suami ibu ke psikolog atau psikiater. Agar kejadian kemarin tidak terulang lagi. Bukan malah menyalahkan, melabrak dan memfitnah orang lain," jelas Zayn mencoba membuat wanita itu sadar dan mengerti.

"Bener, tuh. Suami dia yang menggoda, kok, malah dia yang melabrak Bu Ratna yang di goda,"

"Jelas-jelas suami dia yang genit, nggak bisa lihat muka bening dikit,"

"Bener. Saya juga pernah di goda sama suami dia. Di iming-iming uang. Dia pikir saya perempuan apaan?"

"Saya juga pernah di goda sama suami dia,"

"Dia sama gilanya sama suaminya. Suami dia yang salah malah melabrak orang lain. Aneh!"

"Koreksi diri! Jangan menyalahkan orang lain. Kalau suami ibu mendapatkan service terbaik di rumah, mana mungkin dia masih melirik yang lain?"

"Bisanya cuma menyalahkan orang lain, tidak mau introspeksi diri,"

"Padahal anaknya gadis semua. Awas, jagan sampai kena karma! Karena karma tidak semanis kurma,"

"Iya, tuh. Kena karma baru tahu rasa,"

Mendengar cuitan ibu-ibu itu, ibu-ibu berbaju merah itupun dengan keras menghentakkan tangan Zayn yang memegangnya. Ibu-ibu itu pergi dengan membawa amarah dan kekesalan di hatinya.

Zayn menghela napas panjang setelah ibu-ibu berbaju merah itu pergi. Ternyata banyak sekali konflik di kalangan menengah ke bawah. Entah apalagi yang akan Zayn temui.

...🌸❤️🌸...

Perdebatan ibu-ibu ini beneran ada.

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Bunda windi❤ 💚

Bunda windi❤ 💚

suaminya yang salah kok main labrak aja gak malu apa

2024-03-24

2

Erna

Erna

lebih aman sdh ke warung pulang ke rmh,gak usah bergosip ria

2024-03-17

2

💞R0$€_22💞

💞R0$€_22💞

Penyakit emak2 nih, ghibah fitnah...
mending baca novel online sih drpd main ke tetangga, baru 5 menit duduk bareng aja, dah dapat info macam2, malah tambah puyeng kalo nongkrong sm tetangga tuh..😁

2024-03-08

4

lihat semua
Episodes
1 1. Tidak Berani Tapi Berharap
2 2. Penuh Percaya Diri
3 3. Tes
4 4. Motor Jadul
5 5. Malu
6 6. OCPD
7 7. SEPISAUPI
8 8. Damai
9 9. Terusik
10 10. Belum Menyerah
11 11. Adik
12 12. Melabrak
13 13. Familiar
14 14. Hanya Menghindar
15 15. Jangan!
16 16. Berencana Melamar
17 17. Bertolak Belakang
18 18. Tipikal Idaman
19 19. Satu Kelas
20 20. Cemburu
21 21. Merasa Aneh
22 22. Tidak Yakin
23 23. Rumit
24 24. Tidak Sabar
25 25. Terkejut dan Kagum
26 26. Sekali Tinju
27 27. Semakin Kagum
28 28. Beradu Ilmu
29 29. Memenuhi Kriteria
30 30. Tidak Jadi
31 31. Kenapa di Usir?
32 32. Menghasut
33 33. Ancaman
34 34. Lampu Hijau?
35 35. Pertama Kali
36 36. Menohok
37 37. Kepo
38 38. Tak Sesuai Ekspektasi
39 39. Lebih Muda
40 40. Yakin
41 41. Spek
42 42. Bantuan
43 43. Tidak Menyangka
44 44. Merasa Heran
45 45. Prihatin
46 46. Pipis Gratis
47 47. Nggak Doyan
48 48. Nikah Arisan?
49 49. Moral
50 50. Kopi Tahlil?
51 51. Diremehkan
52 52. Merasa Bingung
53 53. Memohon
54 54. Menahan Emosi
55 55. Pilihan
56 56. Kiss My Heart
57 57. Kepo
58 58. Menggombal
59 59. Pangling
60 60. Tidak Peduli
61 61. Meminta Izin
62 62. Terasa Lambat
63 63. Bahagia
64 64. Positive Father Complex
65 65. Takut
66 66. Cemburu Kah?
67 67. Tidak Sebanding
68 68. Aroma Tengil
69 69. Heboh
70 70. Jujur
71 71. Always Together
72 72. Gegana Yang Hilang
73 73. Sisi Lain
74 74. Kagum
75 75. Makin Cinta, Makin Takut
76 76. Melongo
77 77. Potek
78 78. Terlalu Pintar
79 79. Was-was
80 80. Angkuh
81 81. Gas Beracun
82 82. Emosi
83 83. Berapa?
84 84. Memohon
85 85. Berbesar Hati
86 86. Apa Marah?
87 87. Teguran
88 88. Tersentil
89 89. Ari Baru Tahu
90 90. Yakin
91 91. Serius
92 92. Iseng
93 93. Belum Tentu Kembali
94 94. You Kissed My Heart
95 95. Sempat Minder
96 96. Meminta Bantuan
97 97. Tidak Berdaya
98 98.Salah Sangka
99 99. Merasa Bersalah
100 100. Menghindari
101 101. Sangat Yakin
102 102. Memilih Jujur
103 103. Kalah
104 104. Uncle
105 105. Serangan
106 106. Pulang
107 107. Tangan Kosong
108 108. Sumpah
109 109. Tipe
110 110. Yang Baru
Episodes

Updated 110 Episodes

1
1. Tidak Berani Tapi Berharap
2
2. Penuh Percaya Diri
3
3. Tes
4
4. Motor Jadul
5
5. Malu
6
6. OCPD
7
7. SEPISAUPI
8
8. Damai
9
9. Terusik
10
10. Belum Menyerah
11
11. Adik
12
12. Melabrak
13
13. Familiar
14
14. Hanya Menghindar
15
15. Jangan!
16
16. Berencana Melamar
17
17. Bertolak Belakang
18
18. Tipikal Idaman
19
19. Satu Kelas
20
20. Cemburu
21
21. Merasa Aneh
22
22. Tidak Yakin
23
23. Rumit
24
24. Tidak Sabar
25
25. Terkejut dan Kagum
26
26. Sekali Tinju
27
27. Semakin Kagum
28
28. Beradu Ilmu
29
29. Memenuhi Kriteria
30
30. Tidak Jadi
31
31. Kenapa di Usir?
32
32. Menghasut
33
33. Ancaman
34
34. Lampu Hijau?
35
35. Pertama Kali
36
36. Menohok
37
37. Kepo
38
38. Tak Sesuai Ekspektasi
39
39. Lebih Muda
40
40. Yakin
41
41. Spek
42
42. Bantuan
43
43. Tidak Menyangka
44
44. Merasa Heran
45
45. Prihatin
46
46. Pipis Gratis
47
47. Nggak Doyan
48
48. Nikah Arisan?
49
49. Moral
50
50. Kopi Tahlil?
51
51. Diremehkan
52
52. Merasa Bingung
53
53. Memohon
54
54. Menahan Emosi
55
55. Pilihan
56
56. Kiss My Heart
57
57. Kepo
58
58. Menggombal
59
59. Pangling
60
60. Tidak Peduli
61
61. Meminta Izin
62
62. Terasa Lambat
63
63. Bahagia
64
64. Positive Father Complex
65
65. Takut
66
66. Cemburu Kah?
67
67. Tidak Sebanding
68
68. Aroma Tengil
69
69. Heboh
70
70. Jujur
71
71. Always Together
72
72. Gegana Yang Hilang
73
73. Sisi Lain
74
74. Kagum
75
75. Makin Cinta, Makin Takut
76
76. Melongo
77
77. Potek
78
78. Terlalu Pintar
79
79. Was-was
80
80. Angkuh
81
81. Gas Beracun
82
82. Emosi
83
83. Berapa?
84
84. Memohon
85
85. Berbesar Hati
86
86. Apa Marah?
87
87. Teguran
88
88. Tersentil
89
89. Ari Baru Tahu
90
90. Yakin
91
91. Serius
92
92. Iseng
93
93. Belum Tentu Kembali
94
94. You Kissed My Heart
95
95. Sempat Minder
96
96. Meminta Bantuan
97
97. Tidak Berdaya
98
98.Salah Sangka
99
99. Merasa Bersalah
100
100. Menghindari
101
101. Sangat Yakin
102
102. Memilih Jujur
103
103. Kalah
104
104. Uncle
105
105. Serangan
106
106. Pulang
107
107. Tangan Kosong
108
108. Sumpah
109
109. Tipe
110
110. Yang Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!